Bab 1

38.8K 917 23
                                    

Sudah lima tahun aku tinggal di kota Solo, semenjak hari itu, hari yang bagiku adalah hari kiamat.

Aku dokter Aci, dokter kandungan di Rumah Sakit Swasta di kota yang terkenal akan batik dan tengkleng.

Waktu itu setelah aku dinyatakan lulus menjadi dokter umum, dan berencana untuk menikah, tetapi kenyataan lainya kuterima sehari sebelum hari pernikahanku.

Kak Aca saudari kembarku, mangatakan bahwa dia telah hamil, tentu saja ungkapnya itu mengagetkan seluruh keluarga yang saat itu sedang berkumpul.

Pagi itu merupakan kiamat bagiku, setelah di desak oleh kemarahan Daddy kak Aca mengatakan bahwa yang menghamilinya adalah Kak satria , calon suamiku.

Lelaki yang kutahu agamanya kuat, pekerja keras, selalu romantis dan bertanggung jawab akan semua hal, ternyata telah menghamili calon kakak iparnya, saudari kembar dari tunangannya.

Mami pagi itu pingsan, hingga seharian suasana rumah seperti sebuah neraka. Bang Amar menenangkan ku di dalam kamar, yang sudah tak berbentuk lagi penampilanku.

Hingga malam tiba, keluarga satria datang karena panggilan dari Daddy dengan keputusan terakhir besok berganti menjadi pernikahan kak aca dan kak satria.

Kembali kekamar setelah pertemuan keluarga yang berlangsung panas, dimana satria tak ingin menikah dengan kak Aca dan dia merasa tak pernah melakukan hubungan dengan kak Aca, dan kak Aca menjelaskan tragedi yang dialami mereka berdua ketika mereka sedang berada di Kalimantan.

Memejamkan mata tanpa bisa pergi kealam mimpi, karena berharap hari ini adalah mimpi buruk ku.

"Sayang" mami memeluku dari belakang dan ikut berbaring di atas ranjang ku.

"Mami, Aci nggak papa kok" aku berbalik membalas memeluk mamiku.

Tak lama bang Amar ikut masuk, dan bergabung ikut memeluk mami, dulu biasanya ada kak Aca juga ikut berpelukan dengan mami, tapi entah sejak pertemuan keluarga tadi dia sudah masuk kekamar nya lagi dan tak muncul.

"Mungkin Allah sedang menguji keluarga kita, selama ini kan kita selalu dalam keharmonisan tanpa ada cobaan" bang amar seperti menguatkan mami, yang sedari pagi tak berhenti menangis.

"Bang, Aci boleh minta tolong" kini tangisku pun sudah tak lagi tertahan, sejak melihat mami memeluku.

"Apa dek?" Kini bang amar tertidur miring menghadap ke arahku dan mami.

"Besok pagi antar Aci kebandara"

"Mau kemana sayang" mami kini terduduk bersandar pada kepala ranjang.

"Solo, disana Aci bisa melanjutkan spesialis. Bukankah solo juga tempat mami menenangkan diri ketika dihianati Daddy"

"Asal beneran solo bukan kota lain" bang Amar kini mengeluarkan ponsel nya.

"Aci sudah pesan tiket kok" kutunjukan notifikasi pemesanan tiketku.

"Kenapa harus pergi sayang, tinggal dirumah Bintaro aja gimana, sama mami" mami menawarkan ku untuk pindah kerumah lama Daddy.

Suara pintu kamar kembali terbuka Daddy memasuki kamarku, dengan raut wajah terlihat begitu lelah.

"Bungsunya Daddy" Daddy menciumiku, membawaku dalam pelukannya, kemudian menarik mami dan bang amar kami berempat berpelukan layaknya anak-anak.

Setelahnya mami melaporkan niatku untuk pergi ke solo kepada Daddy, yang bermaksud agar Daddy menghentikan niatku.

Lama Daddy terdiam, sedang memikirkan baik buruknya kepergianku.

Jodohku Duda (Tersedia Lengkap Di Ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang