Bab 20

12.1K 577 55
                                    

Siang ini kami semua bersiap untuk pulang kampung halaman di Kediri, Jawa Timur, walau sebelumnya di subuh tadi kedatangan Niko kerumahku kembali membuat keributan dengan Satria.

Beruntungnya satria sedang menggendong Saka sehingga mereka tak sampai beradu jotos kembali, hanya saling menumpahkan kata-kata kasar.

Daddy dengan sigap meminta Satria untuk masuk kedalam membawa Saka, sedangkan Niko di dudukan oleh Daddy di kursi teras rumah dengan di dampingi bang Amar.

Akupun tak kuasa ingin memeluk Niko, rasanya tak seperti lima tahun lalu, mungkin jika waktu lalu kurelakan lelakiku untuk saudaraku sedangkan ini untuk orang lain, sungguh berat rasanya.

Aku berdiam diri didalam kamar, bersama Mara sedangkan Mbak ceri membantu mami di dapur.

Pintu kamar di ketuk dari luar, kemudian terbuka terlihat daddy masuk menghampiri ku.

"Niko mau ngomong berdua sama adik" setelah berkata demikian, Daddy membawa Mara dalam gendongannya keluar dari kamarku, dan setelahnya Niko masuk dan menutup pintu kamarku.

Duduk di sampingku di pinggir kasur, kami sama-sama terdiam lama, sibuk merangkai kata-kata yang akan kami utarakan.

"Yang" Niko membuka percakapan. "Maaf" hanya dua kata itu yang terucap dari mulut Niko.

Kubawa Niko dalam pelukan, kami berdua sama-sama menangis, hanya menangis hampir satu jam yang kita lakukan di dalam kamar, hingga kakiku terasa kesemutan.

"Aku nggak papa, sudah pengalaman" mencoba berbicara tegar dengan sedikit membumbui becandaan.

"Tanggungjawab bukan berarti menikahi karin" wajah lelah dari Niko terlihat jelas, ditambah dengan bekas luka tonjokan kemarin.

"Jangan lebih bajingan dari Satria" kugenggam erat tangan Niko. "tolong janji sama aku, jangan ada Mbak Aca dan Saka kedua" lanjutku memohon kepada Niko.

Kembali Niko memeluku, kini semakin erat dengan menangis tanpa suaranya.

"Ih, malu sama Saka" kuusap air mata Niko.

"Resek bapaknya tu bocah" Niko dengan tertawa menahan air matanya.

"Tolong jadi Niko yang bertanggung jawab" kembali kunasehati Niko, memang menasehati orang itu begitu mudah, tapi untuk hatiku sendiri kini telah ambyar tak berbentuk.

Kugandeng Niko keluar kamar, menuju dapur Niko berpamitan dengan mami masih dengan suasana haru saling berpelukan menangis bersama, begitu pun mbak ceri yang berada disana.

Niko berpamitan dengan semuanya kecuali Satria yang di lewatinya begitu saja oleh Niko.

Kehadiran Niko pagi tadi memang begitu membolak-balikan pikiran dan hatiku, aku harus ikhlas melepas Niko, lelaki kedua yang kurelakan untuk wanita lain.

Setelah kedatangan keluarga besarku dari hotel, kini waktu yang seharusnya mereka buat cuti untuk hari pernikahan ku kami gunakan untuk pulang kampung halaman di Kediri.

Selain menenagkan perasaan semuanya, berziarah ke makam eyang juga untuk bersilaturahmi dengan keluarga.

Perjalanan menuju Kediri, kali ini penuh dengan kesedihan bagi semuanya, tapi akulah yang lebih menyedihkan.

Tiba di Sore hari menjelang magrib, semuanya memang berada dirumah eyang orang tua mami, tetapi nanti Satria dan Saka akan menginap dirumah bang Amar karena Saka tak mau pisah dengan Mara, hanya saja masih ada masalah antara Saka dan Amar.

Kini ada PR untuk bang Amar, karena semenjak melihat bang Amar yang memukuli Satria, saat itu pula Saka menjadi takut dengan bang Amar.

Bang Amar dan mbak Ceri mencoba membujuk Saka untuk berjalan-jalan keliling Kediri di malam ini, mulai dari Taman Brantas yang terletak di bawah jembatan sepanjang pinggir sungai berantas, suasananya sungguh tenang, udara masih segar di malam hari dengan semilir angin dari pinggir sungai.

Jodohku Duda (Tersedia Lengkap Di Ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang