Bab 14

10.7K 529 50
                                    

"Beneran?"

"Menurut kamu bener apa nggak?" Kubalik bertanya pada Niko.

"Nikahnya di majukan aja kalau gitu" senyum bahagia Niko, membuatku semakin kesal dengannya.

"Menurut pak dokter, beneran hamil ngga tunangan anda ini?" Ku perlihatkan perutku yang rata  di depanya

"Ya bener dong, kan kita sudah coitus, kamu pusing, mual-mual dan seharusnya kamu haid satu minggu yang lalu" Niko masih dengan senyum kebahagiaanya.

"Kita coitus terakhir di Solo itu pakai kondom dari Hendra ya yang" kuingatkan kembali Niko agar tak berharap aku hamil beneran, karena aku pun takut jika itu terjadi pasti mami dan daddy akan sedih, masak dua anak gadisnya hamil di luar nikah semua.

"Tapi kan sebelum nya yang di apartemenku nggak pakai pengamanan yang, apa lagi itu dua minggu sebelum kita ke Solo" kini rasa kawatirku semakin besar jika mengingat itu, 'apa iya pil kontrasepsi darurat ku tak berhasil, astaga masak gue dokter spesialis kandungan bisa kebobolan'.

"Yang aku tu minum pil kontrasepsi darurat selepas kita hubungan badan" kupeluk Niko erat, mencari rasa nyaman dari Niko untuk menghilangkan rasa kawatirku.

"Kalau hamil aku nggak akan lari dari tanggung jawab yang" Niko memeluku erat sesekali mencium puncak kepalaku.

"Aku takut buat mami dan daddy sedih yang"

"Besok pagi kita cek berdua di poli kamu" setelah Niko mengecup keningku.

"Kalau positif, kita cari alasan agar ijab kabul kita di majuin, misal negatif kita stop berhubungan badan hingga kita sah nanti, gimana?" Saran dari Niko sedikit membuatku tenang.

"Cinta deh sama kamu yang" ku kecup pipi Niko.

"Aku pamit pulang dulu ya, kamu bobok gih" Niko kembali memberi kecupan kemudian kami berjalan berdampingan menuju lantai bawah untuk Niko berpamitan dengan orangtuaku.

Niko sudah pulang sedangkan aku kembali menuju kamarku, tetapi mami ikut masuk kamarku dan juga ikut bergabung tidur denganku.

"Dek Aci, mami mau curhat" mami memeluk bonekaku menghadapku.

"Monggo" ku ikut memeluk guling menghadap mami.

"Dulu mami pernah di posisi dek Aci, mami juga pernah di posisi Satria" pembukaan curhatan mami, sepertinya bukan curhat lebih ke tausiah ala mami.

"Hemm"

"Ini mami ceritain dulu, jangan di potong ya" mami memperingatkan ku.

"Di persilahkan" mami terlihat menahan tawanya karena ekspresi ku yang  malas jika menyangkut satria.

"Dulu mami pacaran lama banget sama kayak dek Aci sama satria, tapi mami di selingkuhin sama papi Rama, dan di tinggal nikah, saat itu mami sakit hati, tetapi mami mencoba move on dengan bergonta-ganti pacar, hingga akhirnya mami ketemu Daddy, tak begitu lama pacaran kita tunangan tetapi ketika  hendak mau nikah mami naik jabatan sehingga pernikahan itu di undur, karena kita menjalani LDR, kembali mami di selingkuhin, bayangkan dek dua kali mami diduakan itu dengan sengaja selingkuhnya tetapi mami tetap mencoba untuk menjaga silaturahmi karena mami tau Allah maha segalanya" mami berganti posisi kini terlentang menghadap ke langit-langit kamarku.

"Lanjut mi"

"Pada waktu di selingkuhin Daddy mami berasa hancur dek, sampai-sampai dalam hati mami ketika di pesawat penerbangan Jakarta solo itu mami doa, semoga pesawat nya jatuh terus mati aja mami" cerita mami menginggatkan diriku yang waktu penerbangan ku ke solo pertama kali itu juga berdoa sama dengan beliau.

Jodohku Duda (Tersedia Lengkap Di Ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang