Bab 4

15.3K 712 25
                                    

Hari ini adalah hari pertama aku menyandang menjadi seorang pengangguran, setelah kemarin hari terakhir aku menjadi dokter kandungan di Solo dan hari ini aku terbangun di siang hari akan bersiap untuk pulang kampung kerumah kedua orang tuaku.

Hendra di jam selesai poli sudah tiba dirumahku, dia nanti akan membantuku ke rumah sakit ku untuk acara perpisahan, sebenarnya selama ini tak ada acara seperti ini, sungguh kekuasaan Niko memang tak bisa diragukan.

Niko mengadakan acara perpisahan untuku dengan para pegawai rumah sakit, dan kali ini orang tua Niko pun datang untuk berkenalan denganku.

Para bidan yang selama ini menjadi partner kerjaku memberikan banyak kado, sungguh mereka semua bukan hanya patner kerja tetapi sudah seperti saudara atau genk selama ini.

Hendra sudah duduk manis bergosib dengan para teman-teman dokter lainya, dia lupa kedatanganya kesini sebagai asisten pribadiku yang siap membantuku membagikan bingkisan kenang-kenangan untuk semua yang datang.

"Ci, ayah bundaku udah datang" Niko menghampiri ku yang sedang duduk bercengkrama dengan para bidan-bidan.

Kuanggukan kepala, dan setelahnya kupamit pada Genk ku diruang VK dan nifas ini untuk menyapa orang tua Niko.

"Assalamualaikum Tante, Om" ku cium tangan kedua orang tua Niko.

Duduk berempat pada kursi bagian depan, sudah seperti ujian praktikum saja ini pertanyaan dari dua dokter spesialis senior dari asal, usia, alumni mana saja.

Kuceritakan jika aku asli Jakarta, walau kedua orang tuaku berasal dari Jawa timur, kuceritakan juga jika aku adalah teman Niko waktu di universitas Indonesia dahulu.

Hingga di pembahasan orang tua, yang aku menceritakan jika mamiku asalnya dari Kediri dan Daddy berasal dari Jombang, dan aku menjadi dokter karena ingin seperti Daddy.

"Nama mami kamu siapa?" Ayah Niko seperti sedang memastikan.

"Amara"

Ayah Niko terlihat terkejut, "panggilannya Ara bukan?" Tanyanya memastikan lagi. Kujawab dengan anggukan kepala.

Seketika bunda dari Niko tertawa cekikikan. Yang membuatku dan Niko kaget.

"Bentar deh, bukanya Ara dulu nikahnya sama pengusaha yang namanya Rama" ayah Niko berbincang dengan isterinya.

Kujawab kembali obrolan beliau "iya papinya bang Amar meninggal, kemudian mami menikah dengan Daddy om"

Bunda dari Niko kembali tertawa "Dunia sempit banget sih"

"Kenapa sih bun" Niko mewakili kekepoanku.

"Nih, ayah kamu dulu naksir sama bundanya Sachi" jelas bunda Niko sambil menepuk pundak sang suami.

"Beneran?" Aku dan Niko pun tak mempercayai.

"Dulu itu mami Sachi supervisor salah di farmasi area Solo sini" jelas bunda Niko kembali dan sang suami hanya diam menahan malu ,ketika sang isteri menceritakan kisah masa lalunya.

"Bener kok nik, memang dulu mami pernah tinggal di Solo"

"Yah, kan dulu ayah gagal tu menggaet maminya, sekarang biar Niko yang sama anaknya" Niko tak sungkan mengikuti sang bunda menggoda sang ayah.

Suasana semakin mencair, aku dan bunda Niko pun menjadi akrab memang Niko yang merupakan anak bungsu dan memiliki dua kakak laki-laki, ternyata sudah menjadikan bunda Niko membaur dengan para menantunya yang perempuan, sehingga dengan ku pun beliau sangat pengertian.

Acara berlanjut hingga menjelang dhuhur, orang tua Niko pamit pulang karena hari Sabtu seperti ini nanti para anak, menantu dan cucunya akan berkunjung dan menginap di rumahnya.

Jodohku Duda (Tersedia Lengkap Di Ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang