3. Di antar pacar?

229 8 0
                                    

Cowok itu menghampiri Sherin dan mengambil sesuatu di rok gadis yang sedang menangis.

"Udah gue ambil, ga usah nangis lagi" ternyata ada kecoa di rok Sherin yang membuat dia menangis.

Sherin membuka matanya dan mengusap air matanya, lalu tatapannya tertuju ke cowok dihadapannya. Tatapan mereka bertemu.

"Hm" singkat, padat dan jelas. Sesungguhnya ia malu telah menangis didepan cowok ini.

"Sama-sama" ucap Devan

"Lah gue belum bilang makasih." -Sherin

"Itu barusan Lo bilang" -Devan

"Bilang apa?" -Sherin

"Makasih" -Devan

"Oke sama-sama" ucap Sherin. Devan yang sadar jika ia di kerjai oleh Sherin pun terkekeh. Lebih tepatnya mereka berdua terkekeh.

"Eh lo kenapa rin? Abis nangis?" Tanya Mita yang baru datang. "Devan? Ngapain Lo disini? Ah atau jangan-jangan Lo yang bikin temen gue nangis ya? Ada masalah apa emang hah?"

"Mulut Lo di jaga, gue cuma bantuin dia doang." Ucap Devan lalu pergi. Devan merupakan cogan di sekolahnya, dia kapten futsal dan mantan ketua OSIS. Tak jarang banyak kaum hawa yang mengaguminya bahkan mengantri untuk jadi pacarnya. Sayangnya Devan tidak begitu peduli. Sampai sekarang dia masih sendiri. Devan bukan tipe cowok yang suka bermain atau bahkan dekat dengan wanita. Bisa dilihat jika Devan tidak mempunyai teman dekat cewek.

"Dev ke rooftoop yuk" ajak Gavin ketika melihat Devan menghampirinya, lebih tepatnya menghampiri Gavin, Reza dan Satria. Mereka bertiga merupakan sahabat Devan dari orok. Sejak kecil sampai sekarang mereka selalu bersama, dan lagi-lagi satu sekolahan, satu kelas. Kelas 12 IPA 3 tepatnya.


°°°

Kini kelas 12 IPA 1 sedang diajar oleh Pak Asep, guru olahraga.

"Baik semoga kalian paham dengan materi yang baru saja saya sampaikan. Sekarang kalian menuju ke lapangan untuk pemanasan lalu lari 5 putaran mengelilingi lapangan."

"Dih males banget gue lari-lari" belum apa-apa Alexa sudah mengeluh.

"Bacot, Lo mau pak Asep marah kalo kita bolos pelajarannya? Gak kan? Ya udah ayo ke lapangan" ucap Sherin. Sebenarnya dia juga malas tapi dia lebih malas jika harus di marahi oleh guru olahraga.

Sesampainya di lapangan. Sherin dkk santai-santai duduk sedangkan yang lain sibuk pemanasan. Jangan tanyakan pak Asep kenapa tidak menegur mereka. Karena pak Asep sedang ke ruang guru mengambil jurnal

"Eh itu pak Asep mau kesini, ayo bangun" Mita melihat kearah pak Asep yang sedang membawa buku ditangannya berjalan ke arah lapangan.

Lalu mereka berempat ikut baris dengan teman sekelasnya.

"Bagaimana, apakah kalian sudah pemanasan?"

"Sudah pak" jawab mereka serempak. Walaupun Sherin dkk tidak pemanasan tetapi mereka ikut menjawab sudah.

"Kalau begitu kalian bisa mulai lari mengelilingi lapangan."

SherinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang