8. Rindu mom & dad

132 8 4
                                    

Sherin POV

"Bibi, Sherin pulang" ucap gue ketika masuk kedalam rumah.

"Iya non, non mau mandi dulu atau mau makan dulu?" Bi Atik sedikit teriak dari arah dapur.

"Mau mandi dulu bi" lalu gue menuju ke kamar.

Butuh waktu kurang lebih 15 menit buat gue mandi. Sekarang gue udah enak tiduran di kasur king size milik gue.

Gue masih mikirin kejadian di rooftoop tadi. Devan suka ke gue? Padahal gue ini partner berantemnya kann. Terus tadi dia nyium gue, dia mesum. Beberapa hari ini gue semakin Deket sama Devan dan membuat gue sedikit demi sedikit tau sifat Devan yang jarang orang lain tau.

"Kenapa ya jantung gue berdebar kenceng banget kalo dideket devan. Masa iya gue suka ke devan? Hahaha" Gue udah gila? Entahlah sekarang gue senyum-senyum sendiri dikamar.

°°°

"Sherin"

"Sherin sayang"

"Bangun nak"

Gue ngerasa ada yang manggil nama gue. Saat gue buka mata gue...

"Mom, dad" Gue pandangi mereka bergantian.

"Iya ini kita nak" ucap mom mengangguk

"Maafin dad sama mom ya" ucap dad, wajahnya penuh dengan penyesalan

"Dad, mom. Hikss..Sherin rindu. Kenapa kalian gak pulang dari dulu hikss...hikss" ucap gue lalu memeluk mereka berdua.

"Mom sama dad juga rindu kamu nak. Kamu sekarang udah gede ya." Ucap mom melepas pelukan. Gue masih menangis.

"Mom jangan pergi ninggalin Sherin  lagi ya.. Sherin sayang sama mom"

"Iya sayang. Mom gak akan ninggalin Sherin lagi. Iya kan dad?" Tanya momy gue ke Dady.

"Iya betul kata mom kita akan selalu bersama."

Saat gue,mom, sama dad masih pelukan. Tiba-tiba ada telfon masuk dari happy Dady.

"Bentar dad angkat dulu ya" gue mengangguk.

"Hallo"

"..."

"Sekarang?"

"..."

"Hm apa tidak bisa dicancel dulu meeting nya?"

"..."

"Oh baiklah satu jam lagi saya akan sampai dengan istri saya."

Lalu dad menutup telponnya

"Maaf sayang dad sama mom harus pergi sekarang" ucap dad gue

"Tapi dad janji ga akan ninggalin Sherin lagi kan?" Apakah mereka membohongi gue?

"Tapi maaf sayang ini urusan bisnis sangat penting, ayok mom nanti kita terlambat" ucap dad langsung menarik tangan mom dan meninggalkan gue sendiri.

"Mom, dad jangan pergi hiksss...hikss"

"Mom!"

"Dad!"

"Jangan tinggalin Sherin hikss"

"MOM DAD!"

Tiba-tiba gue terbangun dengan keringat mengalir di dahi gue.

"Cuma mimpi  argh" ucap gue langsung mengusap wajah gue dengan kasar.

"Hikss Sherin rindu" Gue menangis, gue rindu mereka tapi di lain sisi gue sakit hati karena mereka jika mengingat kejadian 8 tahun lalu.

Flashback on!

Digedung ini sangat ramai, banyak orang-orang yang memakai jas dan gaun.

"Selamat Tuan Lexand dan Nyonya Shenia atas kemenangannya di dunia bisnis yang mendunia ini. Saya tidak menyangka kau punya puluhan perusahan dan ratusan cabang dimana-mana." ucap Mr.Tama teman dad.

"Tuan Lexand apakah ini putrimu?" Tanya orang yang sudah lumayan tua itu.

"Iya dia putri ku, namanya Sherin"

"Hai Sherin. Umurmu berapa nak? Kau masih sangat menggemaskan sekali."

"Umurku 9 tahun"

"Dia masih sangat kecil apa kau tega meninggalkannya sendiri?" Tanya pak tua itu kepada dad.

'apa maksudnya?' batinku

"Apa boleh buat, Aku akan mendapatkan keuntungan yang besar dalam bisnisku jika aku pergi kesana. Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini tentunya" ucap dad terkekeh.

'keuntungan besar? Bisnis?' batinku lagi.

Setelah pulang dari gedung itu. Dad dan momy sedang sibuk melakukan sesuatu.

"Mom, dad kalian sedang apa?"

"Sedang packing sayang" -daddy

"Memang kita mau kemana?"

"Bukan kita tapi hanya dad dan momy yang akan pergi" -mommy

"Ayo cepat nanti kita tertinggal pesawat" Daddy membawa kopernya.

"Hikss.. mom dad mau pergi kemana?"

"Dad dan mom ada urusan sangat penting Sherin, Bi.. Bi Atik ini tolong urus Sherin"

"Sherin mau ikuttt hikss dad! Mom!"

"SHERIN DIAM!!! DAD DAN MOMY ADA URUSAN PENTING!!" bentak dad

"Ini soal bisnis, nanti jika mom dan dad tidak pergi perusahaan dad tidak akan untung besar." -mommy

"Sudah lah ayo berangkat." -dad

Mom dan dad sudah pergi. Pergi untuk selamanya.

Flashback of!

Gue tersenyum kecut mengingatnya.

Semenjak mereka pergi. Gue gak pernah tau keadaan mereka lagi. Gue gak pernah kontak-kontak dengan mereka lewat ponsel. Mereka juga gak peduli ke gue. Buktinya mereka gak pernah tanyain kabar gue.

Mereka selalu ngirimin uang yang sangat melimpah tiap bulannya. Tapi gue lebih butuh mereka ada disisi gue. Entahlah kini mungkin gue mulai membenci mereka.





SherinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang