Chapter 13

432 313 25
                                    

Vana mengayuh sepedanya dengan cepat menembus jalanan yang ramai di hari minggu.

Jika bukan karena harus mengantar susu dan pemesanan mendadak disaat jam kerjanya selesai, dia tidak akan terlambat.

Vana merutuki  bosnya yang tidak mau meminjamkan sepeda motor jika tahu tempatnya sangat jauh.

Vana berlari menuju tempat kompetisi Radith yang sedang berlangsung setelah memarkirkan sepedanya.

Mita dan Biyah melambai saat Vana menuju bangku penonton yang ramai. Teman-temannya yang lain bersorak menyemangati Radith.

Vana mengatur napasnya setelah menghempaskan pantatnya di bangku sebelah Biyah.

"Lo telat, pertandingannya sudah setengah jalan. Dari mana?" tanya Biyah begitu Vana duduk di sebelahnya.

Vana menggeleng kehabisan napas.

Sorakan dari pihak lawan membuat mereka mengalihkan pandangan ke arah lapangan pertandingan. Vana mengernyit melihat performa Radith terlihat tak bagus. Radith ketinggalan beberapa poin.

Apa yang terjadi? Batin Vana menonton dengan serius.

Radith tidak terlihat percaya diri seperti biasa. Keringatnya bercucuran membasahi kausnya. Matanya terlihat tidak fokus. Kadang dia meringis menggerakkan pergelangan tangannya.

Mungkin 'kah lengannya cedera?

Radith tahu dia akan kalah. Teman-teman sekelasnya tidak terlihat bersemangat bersorak untuknya. Radith merasa putus asa dan hampir menyerah karena nyeri di pergelangan tangan kanannya sangat menyakitkan. Pikirannya juga tidak fokus karena dia merasa gelisah yang entah mengapa. Dia memikirkan ibunya.

Waktu tinggal sedikit. Dan Radith masih ketinggalan beberapa poin. Teman-teman sekelasnya terlihat tidak bersemangat melihat Radith yang akan segera kalah.

Spontan Vana berdiri.

"Radith! Semangat!"

Radith memandang ke arah teman-teman sekelasnya. Tatapannya tertuju pada gadis berkulit pucat yang paling mencolok, menatapnya dengan tatapan cemas sekaligus tegang, tetapi dia tetap berteriak memberi semangat tanpa lelah.


Sudut bibir Radith terangkat, ada perasaan hangat menyusup ke dalam hatinya, menenangkan perasaannya yang gelisah.

Mita dan teman-temannya menatap Vana aneh, sebelum kemudian mereka juga ikut-ikut berdiri dan bersorak.

"Radith ...."

"Semangat!"

"Radith ...."

"Semangat!"

Radith mengepalkan tangannya ke atas, memberitahu teman-temannya bahwa dia takkan kalah.

Radith menatap lawannya dengan sorot tajam. Dia tidak boleh kalah. Tidak, saat ada teman-temannya  yang menonton dan ....

Demi ibunya yang terbaring di rumah sakit.

Radith pernah berjanji pada ibunya akan membawa medali kejuaraan sekali lagi padanya.

Vanaria (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang