6. Bunga Melati

64 4 0
                                    

Mereka berjalan menyusuri taman itu sembari mengaitkan tangan mereka, mencari-cari keyakinan untuk melanjutkan perjalanan ini. Gugusan bintang di langit bersinar terang, seakan-akan mendukung perjalanan mereka malam itu.

Setelah keduanya merasa yakin, mereka melanjutkan perjalanan menyusuri taman itu. Tangan keduanya tetap terkait--sangat erat, bagai dipasang lem agar tidak terlepas. Sang cowok tersenyum pada si cewek, tangan yang satunya memetik satu bunga melati dan menyisipkannya di belakang telinga gadisnya. Rona merah tercetak jelas di pipi si cewek yang terlihat kaget bercampur senang.

"Bunga melati untuk kesayangan melati," ujar keduanya berbarengan.

Tiba-tiba muka cowok itu berubah pucat, tangannya di tarik paksa oleh sekumpulan orang berbaju hitam. Kedua tangan mereka yang tadinya terkait seketika lepas begitu saja tanpa tahu siapa yang membuatnya lepas.

Setelah mendapatkan si cowok, sekumpulan orang tidak dikenal itu menghilang dengan sangat cepat, bersama si cowok, meninggalkan Melati sendirian.

Dan di depan Melati, jatuh sepucuk surat yang bertuliskan:

Datanglah di saat yang tepat, Melatine.

***

Deru nafas Caroline tidak terkendali setelah ia mengingat kejadian itu. Ia hanya bisa mengingat sampai disitu, walau instingnya mengatakan bahwa ada sekelebat informasi lagi dibalik kenangan itu.

Caroline membenamkan wajahnya di balik tekukan lutut mungilnya. Usai menemani Caleb tadi, ia langsung pergi ke rooftop sekolah untuk menenangkan diri. Caroline paling tidak tahan ketika mengingat kejadian itu, sehingga membuat dirinya ke sini.

Isakan kecil yang keluar dari mulut Caroline kini mulai bertambah dengan butiran air mata yang terus jatuh melalui pipinya. Rasanya sudah lama sekali cewek itu tidak bertemu dengan dia.

Siapa sih yang nggak sakit menahan rasa kangen yang selama ini ia pendam, tanpa bisa melakukan apa-apa selain nunggu? Bahkan orang-orang yang berada di sekitar cewek itu, yang selalu mengaguminya pun nggak akan tahu apa yang Caroline rasakan.

Karena memang, ia tidak membiarkan orang lain tahu.

Lama-lama, cewek itu mulai terlelap dalam tangisannya. Dalam kesedihannya yang berlarut dan membawanya ke alam mimpi.

Kemudian, cowok itu datang lagi, cowok yang sama saat membuatnya tenang kala ia bermimpi buruk. Di tangannya terdapat sebuah bunga melati kesukaannya dulu.

Calvin mulai menghampiri gadisnya yang sudah terlelap, menemaninya hingga Caroline akan bangun nanti. Bunga melati yang tadi ia genggam kini diselipkannya di telinga gadisnya.

"Bunga melati untuk kesayangan melati," ucapnya pelan.

***

"Seriously man?" ucap Caleb ketika mereka bertiga sudah sampai di rumah. Tangannya terkepal sampai buku jarinya memutih.

"Caleb." ingat Clarie, sambil memberikan tatapan biarin-dia-jelasin-dulu, serta penekanan pada nama kakaknya itu.

Caleb hanya menaikkan alisnya, meminta penjelasan Calvin atas tindakannya tadi.

Bukannya menjawab, Calvin malah balik bertanya, "Hari ini mereka datang?"

Kedua saudaranya mengangguk.

Calvin tahu pasti kedatangan orang-orang itu ada sangkut pautnya dengan kejadian tadi.

"Gue akan jelasin semuanya nanti, pas mereka dateng. Sekarang gue pengen istirahat," putus Calvin yang langsung naik ke kamarnya.

Clarie menghela napas, kemudian ikut beranjak menuju kamarnya. Sementara Caleb, lelaki itu langsung pergi entah kemana.

Ia harus menenangkan diri.

***

a/n

yuhuu! disini udah mulai kebuka misterinyaaa, dan semoga aja kalian suka yaa! jangan lupa feedbacknyaa hoho xx

16 November 2014

Chocolate & Strawberry [SLOW UPDATE]Where stories live. Discover now