POV ZIA KIANA LESTARI .
Perkenalkan! Namaku ZIA KIANA LESTARI, orang-orang biasa memanggilku Zia. Aku dijuluki juga dengan nama 'Crazy Girl'.
Yah, nama ini terlahir karna sifatku yang berbuat sesukaku atau ... Karna aku lebih memilih asyik sendiri dari pada harus bergabung dengan mereka yang cinta akan gosip.
Aku sangat hoby tertawa atau menangis sendiri di depan layar handponeku, tanpa memperhatikan keadaan sekitar yang sudah mencapku GILA. Kurasa ini sudah menjadi alasan yang kuat untuk menjulukiku dengan nama itu.
Ok, mari fokus ke cerita awal.
Ayah dan Ibuku adalah sepasang kekasih yang tercipta karna hubungan gelap. Lebih tepatnya, masing-masing dari mereka sudah memiliki keluarga. Baik ayah ataupun Ibuku, mereka sama-sama berbohong. Hingga saat aku berumur 7 tahun, barulah semuanya terungkap. Dan saat itu hubungan mereka mulai renggang, kemudian memilih menyibukkan diri masing-masing dalam pekerjaan atau keluarga lamanya.
Meski mereka belum memutuskan untuk berpisah, dengan alasan, karna kehadiranku. Tetap saja sama, bahkan inilah keadaan paling menyakitkan dalam hidupku. Dimana saat mereka bertemu, aku harus mendengar suara bising yang tidak hanya menyakiti telingaku, tapi juga hatiku. Mereka sangat jarang datang berkunjung kerumah, namun sekali datang mereka malah bertengkar, Lagi dan lagi.
Ayah dan ibuku membuatku tinggal dengan seorang perawat yang berstatus janda. Ia menumpang dirumahku, ia makan atas hasil kerja keras orang tuaku, dan juga menerima imbalan yang besar untuk merawatku. Tapi tetap saja bertingkah layaknya tuan, ia tak segan memukuliku saat aku berbuat nakal. Padahal wajar saja kan? Kala itu aku masih anak-anak.
Hingga saat umurku 13 tahun, aku mulai berani membalas perbuatan kejinya. Perlahan kubiarkan ia kewalahan dengan sifatku hingga emosinya bergejolak dan saat ia memutuskan untuk memukuliku, disitulah saatnya aku beraksi.
Saat itu sapu sudah siap sedia digenggamnya. Ia ingin memukulku dengan benda itu, namun aku menghindar hingga benda itu mengenai sofa. Alhasil sapu itu pun patah, karna itu ia memilih untuk bertindak dengan tangan kosongnya. Kulihat tonggak sapu yang kini meruncing, lalu aku mengambilnya.
"Ke- keluar dari rumahku atau ..." aku mengancamnya dengan terbata-bata.
"Ahahaha, apa? Kau berani mengancamku ayo lakukanlah!" Bentaknya dan membuatku semakin gemetar.
Dengan seluruh tubuh yang gemetaran, aku tetap teguh mengarahkan tonggak sapu runcing itu kearahnya. Ia memandangku dengan mata yang tajam dan semakin bernafsu untuk memukuliku, entah kenapa ia tetap bersikeras melangkah maju? Karna ketakutan aku mengalihkan pandanganku lalu ... benda itu berhasil menusuk perutnya.
Crut ... kini Darah memuncrat mengenaiku. Awalnya aku tidak percaya bahwa aku telah membunuhnya. Bruk ... Aku menjatuhkan tubuh lalu terduduk. Kupandangi darah yang membasahi lantai rumahku.
Aku tersenyum miring. "Ahaha, anjing!" Bentakku pada jasad yang tersungkur dibalut simbah darah. Perlahan kubuka lebar telapak tanganku, kemudian terbayang kejadian yang baru saja terjadi. Di satu sisi aku bahagia karna berhasil menyingkirkan hama menyebalkan ini, tapi di sisi lain, sekarang aku adalah seorang pembunuh.
"Hiks ..." bunyi tangisku sebagai tanda ketidak-berdayaanku, "To- tolong" teriakku hingga beberapa warga tiba.
🍃🍃🍃
"Apa kau melihat pelakunya?" Tanya seorang detektif wanita padaku.
"Yah, aku melihatnya. Aku tau persis siapa pelakunya, pelakunya adalah aku" lirihku dalam hati.
Aku ingin sekali mengatakannya, namun aku teringat dengan perkataan orang tuaku waktu itu. "Jangan katakan apa-apa saat polisi itu menanyaimu." peringatan ini terus terngiang ditelingaku, seakan benar! Aku adalah seorang pembunuh handal yang sama sekali tidak mau mengakui dosa.
Satu persatu dari mereka bersikeras akan mendapat jawaban dariku. tapi tidak dengan detektif ini, ia menanyaiku dengan lembut namun jawaban yang ia terima hanyalah berupa anggukan dan gelengan.
Saat mereka menanyai orang tuaku, ternyata warga sekitar tempat tinggalku mendapat rumor bahwa kedua orang tuaku sudah meninggal. Padahal sebenarnya mereka hanya sembunyi, mereka takut akan dicap sebagai orang tua yang tidak baik. Sedari awal mereka menikah, semua identitas yang mereka pakai hanya identitas palsu, mereka melakukan hal itu dengan harapan nenutupi kebohongan yang telah mereka tanam dalam-dalam. Dan beruntungnya! Sekali lagi kebohongan itu menyelamatkan kedua orang tuaku.
Semua orang-orang mulai mencurigaiku. Mereka mencapku sebagai monster, mereka menjadikanku buah bibir terhangat kala itu. Hingga perlahan mentalku terganggu dan takut dengan dunia luar.
Lalu, disaat-saat paling mengerikan ini. Aku tidak punya siapa-siapa untuk dijadikan teman berbicara, seakan tuhan memang menuntunku sebagai seorang penyendiri.
Aku benci ayah dan ibuku, aku benci perawat itu dan aku benci hidup.
Untuk kali terakhirnya, aku berkomunikasi dengan orang tuaku adalah sebuah SMS ;
Mama udah ngirim uang ke rekening kamu dengan jumlah 1 milyar rupiah, jangan hubungi papa dan mama lagi, lupakan! Kalau kami pernah menjadi orang tuamu.
√√ Dilihat
Aku tidak tau kalau ternyata melepas tanggung jawab semudah itu. Diumurku yang masih menduduki kelas 1 smp, aku harus hidup sendiri. 3 tahun lamanya aku hidup dalam ketidak berdayaan, hanya sekedar sekolah, makan, tidur, lalu hanyut di depan layar hp atau laptop.
Saat aku menaiki kelas 1 sma. Aku memilih meninggalkan jauh kampung halaman, jauh dari masa lalu kelamku, jauh dari mereka yang mengetahui masa laluku.
Hingga aku mengenal seseorang di SMA bakti jaya 1 di jakarta. Dia mengubahku menjadi seseorang yang berdaya lagi, tersenyum lagi, dan mengenalkanku dengan yang namanya bahagia.
Meski harus melalui tahap sulit ketika mendekatiku, ia tetap berdiri kokoh menunggu aku menggapai tangannya yang masih kosong. Manis, humoris dan juga romantis, menjadi ciri khasnya yang tidak terlupakan. Aku mulai nyaman dengan keberadaannya, hari-hariku terasa menyenangkan saat dilalui bersamanya.
Dan yang terpenting adalah dia berhasil membantu menanam masa laluku yang begitu kelam.Dia adalah ZIO BRAMASYA
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNIA HALU
FantasíaHari-hari membosankan terlewati bagai dedaunan diterpa angin, waktu seakan terasa begitu lama. Muak, hampa, kosong, itu yang dirasakan gadis gila yang biasa disebut mereka crazy girl. Siapa sangka! kalau semangkuk ice cream ternyata mampu mengubah...