3. Calon mahasiswi abadi

145 32 12
                                    

"Hahaha, hihihi, anjir, bffff ... ahhaha" Zia cekikikan menonton drakor berjudul EMPRES KII yang dibintangi oleh ji zank wooK di laptopnya. Ia tak habis pikir, kalau oppanya itu harus tampil menjadi pria manja dan penakut.

Tampa sadar, kalau sekarang para mahasiswa tengah memandangnya aneh. "Gila!" Ujar beberapa diantara mereka, sedangkan sebagiannya lagi geleng-geleng, pertanda ia tau kebiasaan buruk si crazi girl menyebalkan itu.

"Tau ah, nggak selera gua kalau  gini" sambut Mila kesal sambil meletakkan kedua sendoknya. "Ganggu bangat sih tu anak, emang nggak bisa yah? Dia ngelakuin kegiatannya itu di rumah" Omel Mila yang juga salah satu Mahasiswi teladan di kampus.

"Sabar Mil, ntar juga Bu kantin bakal ngusir tuh anak. Udah banyak kok yang ngeluh soal itu ke Bu kantin." Melina mencoba meredam amarah sahabatnya itu.

"Tapi sampai sekarang, Nggak ada tuh tanggapan dari Bu kantin" keluhan Mila semakin manjadi-jadi.

"Tunggu aja"

"Iya tapi sampai kap_" Seketika perhatian Mila teralihkan dengan pemandangan yang tidak jauh dari hadapannya itu.

Bu kantin tampak tengah berbincang-bincang dengan Zia. Bukannya marah, justru mereka tertawa berbarengan. Ntah apa yang dibincangkan tapi mereka terlihat akrab. "Ok, siap bosque!" Ucap Zia riang, lalu beranjak meninggalkan kantin.

"Zia!!!" Panggil Dosen Kia. Yah, Dosen itu tengah menagih tugas yang belum juga diserahkan oleh si calon mahasiswi abadi ini.

Zia berpura-pura tidak mendengarkan panggilan itu. Kemudian berjalan sedikit mengendap-endap.

"Zi_ Zia!!!" Panggilan itu hampir memecahkan gendang telinga seluruh penghuni kantin. "Dasar anak durhaka!" Sambung Pak Prabu, salah satu Dosen killer di kampusnya.

Pak Prabu tidak melakukan perlakuan khusus ini pada mahasiswa lain selain Zia.
Orang tua memang sangat perhatian padanya, itulah sebabnya dia lebih sering berinteraksi dengan mereka yang lebih tua dibanding orang  yang seumuran dengannya.

🕛🕧🕐

"Hu hu ... hiks." Punggung tangan Zia tengah sibuk menghapus air matanya yang tak kunjung reda. Sekali lagi, sekarang dia menjadi pusat perhatian. Tapi kali ini di cafe terdekat kampusnya, dan beruntungnya! Hanya satu dua yang memutuskan untuk memperhatikan sedangkan lainnya memilih untuk bersikap bodo amat.

Zia masih fokus meredakan tangisan lebay nya itu dan ingin mengambil tisu di balik laptopnya.

"Ya ampun, MAK ZANG!!!" teriak Zia yang sedari tadi, tidak menyadari kalau ada pria yang duduk tepat di hadapannya.

"Hallo" sapa pria itu ramah. "Asyik bangat nontonnya, sampe nggak sadar kalau gue disini" Omelnya memasang wajah kesal.

"Ngapain lu disini bangke?! Asli, lu kayak lalat dah ngikutin gue tros" keluh Zia.

"Hehe lalat? Emang lalat suka ngikutin lu? Oh iya, gue lupa kalau ZIA KIANA LESTARI itu malas mandi" ujarnya sambil melontarkan senyum manisnya.

"Tau ah, bodo! Sana-sana muak gue, lihat muka lo yang kayak taplak meja." Zia kesal sekaligus bingung Ntah kenapa pria ini sangat bersi keras untuk berteman dengannya. Padahal Zia lebih senang sendirian tampa memerlukan kehadiran seorang teman.

Pria itu aneh, dan juga seorang penguntit handal dimata zia. Karna dimana zia berada, pria itu selalu muncul dihadapannya. "Untung! toilet tidak termasuk kategori" lirih Zia.

DUNIA HALUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang