Prologg!

240 15 2
                                    

Namaku Anatasya Putri Purnama, umurku tujuh belas tahun. Aku adalah siswi sekolah menengah ke atas di salah satu sekolah negeri di Jakarta dengan memilih jurusan IPA. Karena menurutku, berhitung itu sangat menyenangkan.

Aku mempunyai kaka perempuam yaitu Raisa Liza,adik perempuan yaitu Chailash Purnama dan adik laki-lakiku bernama Rafan Purnama.

Perlu kalian tahu, hidupku bisa dibilang cukup memprihatinkan, karena semenjak ayah dan ibuku bercerai, keluargaku sangat mengekangku, juga teman-temanku mulai menjauhiku.

Aku merasa tidak bisa hidup kalau terus menerus seperti ini, rasanya aku ingin lari dari dunia saja.

Tetapi, aku punya seseorang yang selalu ada di sampingku dan selalu menolongku disaat aku senang ataupun sedih.

Dia yang membuatku merasa ingin hidup dan dia juga yang mengobati luka-lukaku.

Hanya dia yang bisa mengerti aku.

Suatu pagi, sinar mentari cerah dan silau membangunkanku lewat jendela kamar. Aku bangkit dari tidurku dan berjalan untuk membuka jendela.

"Semoga hari ini menjadi hari yang indah," ucapku sambil tersenyum.

"Ana!"

Tiba-tiba terdengar suara dari dapur yang mengagetkanku. Dia nenekku.

"Iya, oma?" Jawabku.

"Mandi dulu sana!" Teriaknya lagi, memerintahku.

"Iya tunggu!" Sahutku sembari berjalan ke kamar mandi.

Aku menghabiskan waktu tak lebih dari tiga puluh menit untuk mandi. Setelah itu, aku pergi ke dapur untuk melihat oma yang ternyata sedang menggoreng donat.

Donat buatan omaku sangat enak, berbeda dari donat yang lain yang pernah aku cicipi.

"Oma, boleh minta satu nggak?" Rayuku.

"Kenapa pake nanya sih? Ambil aja kalau mau," jawabnya.

"Iya, iya," ucapku sambil mengambil donat yang sudah ada dipiring.

Oma nampak melirikku yang sedang asik mengunyah donat.

"Na, kamu kenapa nggak pergi aja gitu kemana, pusing Oma lihat kamu di Rumah terus," keluh omaku.

Aku mencebik. "Iya, iya, ini Ana juga mau pergi kok," tukasku.

"Bagus deh."

Terdengar komentar Oma sambil menatapku sinis.

Tak lama, aku mendengar suara motor datang. Aku sangat hapal suara motor itu.

Ya, itu suara motor Araffi, temanku. Aku segera berlari ke halaman untuk menemuinya.

"Hai, Fi, tumben lo kesini ga telat?" sindirku menatapnya.

-TBC-

Voment juga ya:))

SATISFIEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang