Menunggu Raga datang untuk makan siang bersama!
*
*
Aku tiba di gedung Fakultas Kedokteran (FK) setelah berjalan kaki sekitar dua puluh menit, lebih cepat dari biasanya. Karena biasanya, aku membutuhkan waktu sampai dua puluh lima menit sampai lebih hanya untuk tiba di sini.
Mungkin diakibatkan karena aku sedang buru-buru. Kalah cepat sedikit, teman-temanku bisa menahanku dan mereka tentu tidak akan membiarkan aku pergi begitu saja. Aku harus ikut makan siang dengan mereka. Bukannya aku malas bersama dengan mereka, hanya saja aku tidak ingin apa yang kubawa di tanganku ini menjadi sia-sia. Aku harus bangun lebih awal untuk membuat makan siang. Makanya setelah kelas pertama selesai, aku langsung bergegas menuju gedung kuliah Raga.
Sesekali aku mengecek ponsel. Ingin memastikan apakah Raga meninggalkan satu pesan atau tidak. Hasilnya tidak ada pesan. Itu berarti Raga dapat dengan bebas kutemui hari ini. Raga sedang tidak ada urusan dengan teman-temannya atau perkuliahannya.
Aku berjalan menuju taman FK yang lokasinya tepat di sisi kiri bangunan utama tapi sedikit agak ke belakang. Menuju siang seperti ini, suasananya memang semakin ramai. Mungkin karena mahasiswa kedokteran sedang istirahat, baik hanya sekedar makan siang, bercengkrama dengan teman-teman atau ada yang masih sibuk dengan urusan tugas-tugas. Aku tidak terlalu mengerti, tetapi dari kebanyakan kasus yang kulihat di sini, mereka lebih banyak memilih belajar ketimbang benar-benar istirahat.
Setelah mendapat tempat kosong, aku buru-buru duduk di sana sendirian sambil memainkan ponsel. Mengabari Raga bahwa aku sudah tiba di FK dan mengatakan bahwa aku sudah dapat tempat, yang tak lama dibalas oleh laki-laki itu dengan kata bahwa dia sedang di perjalanan untuk menyusulku di sini.
Aku antusias. Bukan hanya tentang Raga yang sekarang akan menuju ke sini, tetapi juga reaksi yang akan aku dapati ketika nanti dia menyicipi masakan yang aku buat hari ini. Aku menatap senang ke arah rantang plastik bersusun dua ke atas di hadapanku ini. Meski bukan pertama kali membuatkannya bekal, namun rasanya seperti yang sudah-sudah, aku masih sama gugupnya. Masakanku seperti akan dinilai oleh Raga. Aku berharap besar dia akan suka. Meskipun pada kenyataannya, beberapa kali memberinya bekal, Raga selalu menerimanya dan menghabiskannya tanpa sisa.
"Lama nunggunya?"
Aku menelengkan kepala ke samping kanan dan menemukan Raga berdiri menjulang di sebelahku.
Aku menggeleng pelan. Menunggu selama beberapa menit, tentu bukan waktu yang lama, kan? Setidaknya aku tidak berbohong.
Raga meletakkan tasnya di atas meja dan duduk di hadapanku.
"Gue bawa bekal. Ayo, makan." Dengan penuh semangat, aku membuka satu per satu rantang makan berbentuk persegi ini dan menyodorkannnya nasi serta lauk-pauk yang aku masak. Memang bukan masakan mewah, hanya masakan sederhana yang tentu masih bisa ditelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Real Affection (COMPLETED)
RomanceSeolah belum cukup dikecewakan oleh orang yang disukainya, Gea membiarkan dirinya terjebak dalam lingkaran semu. Gea rela menghabiskan banyak waktunya dalam hubungan pertemanan dengan Raga agar dapat mempertahankan lelaki itu. Gea membiarkan dirinya...