03 - Real Affection

848 69 1
                                    

Aku akan selalu menjadi orang terdepan untuk kamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku akan selalu menjadi orang terdepan untuk kamu. Meski kamu tidak sadar itu.

Nigea Kamanian

*

*

Aku sudah duduk di salah satu kursi penonton yang berada di barisan depan. Bukan bagian paling depan, tetapi dari posisiku ini cukup strategis. Aku bisa melihat Raga dan juga Rean dari jarak yang cukup dekat.

Di sini, aku hanya pergi nonton sendiri. Sebenarnya tidak benar-benar sendiri, banyak juga mahasiswa lain yang juga menonton pertandingan persahabatan antara tim Rean yang mewakili FT dan tim Raga yang mewakili FK. Hanya saja, aku tidak memiliki teman yang menemaniku duduk di sebelahku. Shireena dan Arine tidak bisa datang, entah untuk urusan apa. Sedangkan Raina, dia juga tidak bisa karena harus mengurus tugas kuliahnya. Aku tahu memang sangat sulit mengajak Raina, dia sibuk sekali. Mirip-mirip dengan Raga, hanya saja Raga masih bisa memberi waktunya untukku.

Aku masih setia duduk di tempat. Memperhatikan Raga yang sedang asyik berbicara dengan temannya yang bernomor punggung 10 di pinggir lapangan. Sesekali dia tertawa, yang entah kenapa membuatku ikut tersenyum juga. Di pinggir lapangan sudut lainnya, aku melihat Rean. Dia sedang sibuk pemanasan dan ketika matanya menemukanku, dia melambaikan tangan tinggi dan menyengir. Akupun mengacungkan jempol, memberinya semangat. Aku tahu, Rean sangat suka sekali bermain futsal, bahkan sejak di SMP dulu. Makanya aku yakin dia punya ambisi besar untuk memenangkan pertandingan ini. Meski hanya untuk main-main saja.

Sebuah tepukan ringan mendarat di bahu kiriku, membuatku menoleh ke sebelah kiri. Aku menemukan sesosok perempuan cantik yang ikut duduk di sebelahku. Naomi tersenyum manis kepadaku.

"Hai. Sendirian aja, Ge?" tanyanya pada saat aku masih terperangah. Sebenarnya aku masih kaget bahwa di dunia nyata pun, aku bisa melihat perempuan yang sangat cantik nan anggun seperti Naomi. Begini, aku bukannya tidak normal. Aku normal tahu! Hanya saja aku jadi tidak percaya diri jika berdekatan dengan Naomi yang bisa membuatku sangat terbanting saat berada bersebelahan dengannya.

"Hallo, Gea." Naomi mengerakkan telapak tangannya di hadapanku, membuyarkan lamunanku yang sempat mengabaikannya. "Lo, kenapa?" Keningnya mengerut karena mendapatiku yang malah diam saja.

"Ah─i─iya, ba─ba─baik, kok," jawabku malah tergagap sambil menggaruk kepalaku salah tingkah karena kebodohanku sendiri.

Dia tertawa kecil melihat responku yang mungkin lucu baginya. Aku jadi malu karena malah menunjukkan reaksi bodoh. Kapan aku bisa elegan dan tidak terlihat kikuk sepertinya?

"Lo ini kenapa, deh? Oh, mungkin ini yang bikin Raga suka sama lo, ya?"

"HAH?"

Dia berjengkit kaget sedikit.

Real Affection (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang