Jika ditanya siapa orang paling sabar diantara kita, aku bisa menjawab. Akulah orangnya. Aku adalah orang yang paling sabar dalam hal menunggu.
Termasuk menunggu kamu.
─ Nigea Kamanian
*
*
Saat ini aku sedang hectic mengerjakan tugas di perpustakaan. Bukan perpustakaan FT, tapi FK. Seperti biasa, aku memang lebih suka untuk nugas di sini ketimbang di perpustakaan wilayah sendiri. Lagipula tidak akan ada juga yang melarangku untuk ke sini. Paling-paling hanya aku yang tidak bisa meminjam buku. Selain karena tidak memiliki KTM khusus mahasiswa FK, tidak ada satupun buku di perpustakaan ini yang cocok dengan bidangku.
Salah satu tempat favoritku di sini adalah sudut paling ujung dan paling pojok dari perpustakaan sebesar ini. Aku tidak tahu, tapi perpustakaan ini tampak sangat spesial. Malah kupikir jauh lebih bagus daripada perpustakaan FT. Lebih tertata, lebih rapi, dan mungkin juga lebih lengkap─melihat Raga beberapa kali meminjam buku daripada membeli. Tetapi tetap, Raga masih membeli buku juga sebenarnya. Mungkin sebagai referensi untuk belajar dari sumber buku lainnya.
Fasilitas di sini juga lengkap. Apalagi spot favoritku di sini. Tepat di bawah AC! Kadang, aku bisa sampai ketiduran kalau sudah terlalu lelah berpikir atau ketika otakku sudah keburu macet di tengah mengerjakan tugas. Biasanya, Raga akan marah-marah dan menganggu tidurku sampai aku bangun dengan wajah yang sudah memberengut sebal.
Beberapa kali aku melirik ke arah ponsel untuk melihat jam digital yang tertera di sana─aku lupa memakai jam tangan. Beruntung, masih ada waktu sebelum kelas berikutnya di mulai. Aku juga sebenarnya sedang menunggu Raga. Tadi dia berjanji akan menemaniku di sini untuk menyelesaikan tugas. Karena selain Raina, hanya Raga yang aku kenal di sini.
Aku mengigit bibir bawahku gelisah. Pasalnya soal Matematika Teknik ini lumayan─bukan lumayan lagi, tapi sangat sulit. Aku menatap ponsel dengan harap akan ada notifikasi dari grup kelas ketika salah seorang temanku membagikan jawabannya. Oke, ini bukan hal baik untuk ditiru, jadi jangan coba-coba. Tetapi teman-temanku tidak jauh berbeda denganku. Semua orang tampak panik ketika belum menemukan jawaban sehingga menghambat pekerjaan.
"Ini beneran nggak ada yang share jawaban, ya?" ucapku sembari menggaruk kepala dengan menatap ponsel penuh harap. Berkali-kali aku sudah membuka dan menutup chat room grup yang isinya itu-itu saja. Tentang "woy share jawaban", "jangan pelit-pelit lah", sampai "ini susah banget! Gue mau nikah aja rasanya!".
Rasanya aku sangat panik. Shireena dan Arine juga tidak ada kabar. Mungkin mereka juga tengah sibuk menyelesaikan pekerjaan mereka sendiri. Buktinya, pesan yang aku kirim dari sekitar lima belas menit lalu di grup Cecantek tidak mendapat respon apapun. Boro-boro mendapat balasan, yang membaca saja tidak ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Real Affection (COMPLETED)
RomanceSeolah belum cukup dikecewakan oleh orang yang disukainya, Gea membiarkan dirinya terjebak dalam lingkaran semu. Gea rela menghabiskan banyak waktunya dalam hubungan pertemanan dengan Raga agar dapat mempertahankan lelaki itu. Gea membiarkan dirinya...