02 - Real Affection

999 68 0
                                    

Akan selalu ada dia di antara kita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akan selalu ada dia di antara kita. Kapan akan berhenti?

─ Nigea Kamanian

*

*

Pulang kuliah ini, aku terbiasa untuk pulang bersama Raga. Seperti biasa. Setiap hari aku selalu pergi dan pulang bersama dia. Bukan modus sebenarnya. Selain karena tidak bisa membawa kendaraan, area kos-an kami memang satu arah. Sehingga hal itu juga yang membuat kami bisa dengan ringan hati untuk saling menyetujui.

Setiap hari, saat aku pergi bersama Raga sebenarnya tidak dengan cuma-cuma. Aku turut membantu biaya bahan bakar kendaraanya. Untung saja Raga mau, meski awalnya dia sempat menolak. Tapi karena aku cukup bisa membujuknya, akhirnya dia menerima tawaranku. Biar bagaimanapun, Raga itu juga sama sepertiku. Kami sama-sama anak rantau yang hidup mandiri di sini, jauh dari keluarga besar, dan masih mengandalkan uang saku dari orangtua. Belum lagi Raga adalah anak kedokteran, pasti pengeluarannya jauh lebih banyak dari pada aku. Aku cukup tahu diri untuk hal yang satu itu.

Lokasi gedung kuliahku dengan Raga lumayan jauh, meski tidak jauh sekali. Tetapi lumayan, jika ditempuh dengan berjalan kaki. Kalau naik motor seperti Raga, mungkin hanya memakan waktu sekitar sepuluh menit sampai lebih.

Biasanya yang kulakukan untuk mempermudah Raga menjemputku adalah dengan menunggunya di halte bus FT. Hal itu supaya Raga tidak perlu menunggu di dalam area parkiran FT. Nanti urusannya jadi ribet karena biasanya ada petugas keamanan yang akan melakukan pemeriksaan. Dimulai dari meminta Kartu Mahasiswa, STNK, atau Kartu Tanda Penduduk. Jadi, aku menunggu di sini supaya Raga bisa cepat menjemputku dan dia tidak semakin repot.

Aku masih duduk dan melamun. Masih merasa senang dengan reaksi Raga tadi saat menyantap hidangan yang aku bawa. Mungkin Raga tidak menyadari bahwa tiga per empat makanan yang kubuat itu dia sendiri yang habiskan. Aku hanya makan beberapa sendok saja. Kupikir Raga sepertinya memang lapar, sebab jika sudah asyik belajar, biasanya Raga suka lupa waktu, bahkan untuk kebutuhan asupan gizi pada tubuhnya saja dia bisa tidak menghiraukan. Ada banyak sisa makanan serupa di kos yang sengaja aku buat lebih untuk kumakan nanti setelah selesai kuliah.

Ditengah-tengah perbincangan kami siang tadi, Raga yang sedang asyik mengunyah sisa makanannya bertanya tentang perempuan yang akhir-akhir ini memang cukup dekat sama dia dan berhasil menarik perhatiannya.

"Lo lihat Naomi nggak? Dari awal kita datang, gue nggak ada ketemu dia," tanyanya sambil sesekali menoleh ke arahku.

Aku menggeleng. Jujur, aku tidak melihat dimana Naomi. Lagipula gedung fakultas kami berbeda dan lokasinya berjauhan, baik dari FT maupun FK.

"Dia kemana, ya? Terakhir kali ketemu waktu gue anter ke toko ATK."

Aku menghela napas pelan. dan mulai merasa malas dengan topik pembicaraan kita kali itu. "Nggak tahu, Ga. Coba aja lo hubungin dia."

Real Affection (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang