POL 5*

285 30 5
                                    

ENTAH kenapa pagi Minggu yang semula cerah nampak mendung kali ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ENTAH kenapa pagi Minggu yang semula cerah nampak mendung kali ini. Dan ini sukses disebabkan oleh Naruto, satu-satunya manusia paling mencolok diatara keluarga Hyuuga.

Awalnya Hinata benar-benar tak berminat mengikuti jejak Hanabi. Hanya saja, duduk sendirian menyantap makanan membuat Hinata tidak nafsu. Akhirnya, meskipun sedikit gengsi telah mengatai Hanabi dalam hati, Hinata pun memilih untuk ikut melihat tamu yang datang.

Namun, alangkah kagetnya Hinata ketika tahu bahwa tamu yang datang itu adalah Naruto. Terlebih lagi, jantungnya seakan ingin copot dari tempatnya ketika mendengar penuturan Naruto yang kelewat santuy kepada sang Papa. Dan saat itu juga ingin rasanya Hinata menenggelamkan Naruto jika nanti mereka ekstra Renang disekolah.

Dan kini disinilah Hinata, duduk bersama diruang keluarga bersama kedua orangtua dan adik perempuannya. Sudah hampir seperempat jam mereka duduk terdiam tanpa suara.

Hinata berdehem, "P-Papa... Ini tidak seperti yang Papa pikirkan... Hinata tidak punya hubungan apa-apa dengan Naruto..."

"Benar kata Hinata Om." sambung Naruto.

Sesaat, Hinata bernapas lega karna mendapat secercah harapan jika pemuda disamping kanannya ini dapat membantunya meluruskan kesalah pahaman pada sang Papa.

"Saya sama Hinata gak ada hubungan apa-apa." tutur Naruto lagi, yang sukses membuat Hikari dan Hanabi dapat bernapas lega.

Untung saja kali ini dia bisa lebih peka dengan situasi, batin Hinata.

"Tapi Om," Naruto tiba-tiba bangkit membuat seluruh keturunan Hyuuga disana ikut menatapnya.

"Meskipun sekarang Hinata hanya menganggap saya temanya, tapi saya akan berjuang supaya Hinata mau menerima saya sebagai pacarnya. Oleh karena itu saya mohon doa restu Om, Tante, dan calon adek ipar!"

Deklarasi Naruto pun diakhiri dengan sebuah bungkukan penuh hormat layaknya sudut siku-siku yang terbentuk sempurna.

Aku pasti membuat mereka terharu, YOSH! Bagus Naruto! Setelah ini mimpi untuk mendapatkan hati Hinata akan mudah terwujud! Batinnya proud of his self disela dirinya masih membungkukkan badan.

Selang beberapa detik membungkukkan badannya, Naruto menegakkan kembali tubuhnya dan tersenyum cerah kepada anggota keluarga Hyuuga yang tampak syok.

Tapi... Kenapa mereka hanya terdiam kaku? Apa deklarasi Naruto terlalu mengharukan? Pikirnya cukup kebingungan.

"N-Naruto... A-apa yang—"

Perkataan Hinata terpotong ketika Papanya tiba-tiba bangkit dan berjalan pelan meninggalkan ruang tamu.

"P-Papa? Papa mau ke m-mana?" tanya Hikari terbata-bata.

Hiashi yang baru berjalan sekitar sepuluh langkah berhenti.

"Ma?" panggil Hiashi mengabaikan pertanyaan sang istri.

"Y-ya?"

"Papa lupa dimana meletakkan kunci ruangan dojo."

Hanabi meneguk ludahnya kasar, bahkan menelan liurpun rasanya sangat sulit sekarang.

"U-untuk apa Pa?" tanya Hanabi mencoba berani.

Hiashi berbalik, dengan senyum lebar dia berkata, "Papa mau mengambil katana."

"Wah Om pinter main katana ya Om?" tanya Naruto.

Dengan tetap mempertahankan senyumnya Hiashi menjawab, "Ya... Aku baru ingat, aku baru mengasahnya kemarin dan belum mencoba ketajaman nya. Jadi Naruto apa kau mau membantuku?"

Naruto yang merasa ada kesempatan umtuk mengambil simpati Hiashi pun tersenyum lebar dan mengangguk setuju. Hinata yang tersadar mencoba mencekal Naruto.

Naruto yang pada dasarnya tidak bisa membaca situasi hanya cuek-cuek bebek.

Dalam hati, tak henti-hentinya Hinata mengutuk kebodohan Naruto. Kenapa pria pirang ini tidak bisa membaca situasi genting seperti sekarang?! Lihatlah senyuman mengerikan Papanya! Benar-benar horor dibandingkan kehadiran makhluk halus!

Yosh! Kesempatan untuk menarik hati camer! Batin Naruto.

"Tentu Om! Apa yang bisa saya bantu?" tanyanya semangat.

"K-kak Naru, c-cukup—" Hanabi ikut mencoba menahan Naruto. Bahkan lututnya bergetar ketakutan.

Ini mengerikan!!! Batin Hanabi berteriak.

"Maukah kau bersedia menjadi sasaran tebasan katana ku?" tanya Hiashi dengan senyuman yang semakin melebar.

Hampir menyerupai senyuman Momo. Namun, berkali-kali lipat lebih mengerikan.

"Tentu sa—"

Satu...

Dua...

Tiga...

Emp...

"A-APA?!!!"

"A-APA?!!!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Poor Naruto...

Well, kita doakan saja semoga setelah ini Mami Kushina sama Papi Minato gak mendapatkan paket berisi kepala buntung anak semata wayang mereka yah :')))))

𝘗𝘰𝘸𝘦𝘳 𝘰𝘧 𝘓𝘰𝘷𝘦Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang