2

401 26 3
                                    

" Terima kasih karena sudah meminjamkan ponselmu padaku, paman.."

" Sama-sama, anak ganteng. Kalau kamu butuh ponsel lagi, segera beritahu paman atau bibi Hira. Oke?"

Lucio memberi tanda oke menggunakan tangannya, membuat Tari tersenyum gemas melihat putranya.

" Lucio..."

Mendengar suara sang ayah, Lucio pun menatapnya dengan tatapan dingin dan tak suka, berbeda dengan saat Lucio menatap Tari. Terlihat jelas jika Lucio tidak menyukai sang ayah, dan itu pasti ada sebabnya.

" Iya, ayah. Apa sudah saatnya aku di suntik?" tanya Lucio dengan nada dingin pada Hiro.

Hiro melunak, dan meminta maaf jika sang putra harus melalui hal yang menyakitkan lagi.

" Bunda, sudah saatnya bunda pergi.." ucap Lucio lembut.

" Tapi bunda ingin menemani kamu, sayang.."

" Tidak perlu, bunda. Cio gak mau bunda menangis karena melihat apa yang mereka lakukan setiap hari pada Cio. Bunda keluar aja ya. Cio janji sama bunda, kalau Cio akan baik-baik saja.." ucap Lucio yang sanggup menggetarkan hati siapapun, terutama Hiro dan Tari.

Tari pun mengangguk paham, lalu menitipkan putranya pada kakak iparnya, yaitu Hira. Hira mengangguk dan menepuk bahu Tari pelan. Tari kemudian keluar, diikuti oleh Yulitta, sang mertua.

" Nenek... Jangan sakiti Bunda. Sudah cukup selama ini Bunda tersakiti oleh sikap Ayah dan Nenek.." tegas Cio, sebelum akhirnya tertidur lelap karena obat bius.

Hiro dan Yulitta terkejut mendengar perkataan Cio, bocah berusia 6 tahun, dengan nada cukup tegas. Merasa tak terima, Yulitta lantas menyusul Tari yang mungkin belum jauh dari ruang rawat Cio.

" Tari!"

Tari menulikan pendengarannya dan terus berjalan dengan sorot mata yang kosong. Yulitta merasa geram dengan sikap menantunya itu. Ibu mertuanya itu menjadi hobi membentak dirinya sejak setahun yang lalu, tepatnya sejak Yulitta mulai ikut campur dalam permasalahan rumah tangganya dengan Hiro.

" APA KAU TULI, HAH?"

Tari menghentikan langkahnya, lalu menatap wajah sang mertua.

" Jika kedatangan anda kesini hanya untuk menghina saya, maaf, saya tidak punya banyak waktu. Pekerjaan saya masih banyak. Permisi.." ucap Tari pelan, lalu kembali berjalan.

Yulitta menjadi benar-benar geram dan marah dengan sikap Tari, hingga akhirnya keluar pertanyaan pamungkas dari mulutnya.

" LESTARI AFNI, APA KAU SUDAH MENANDATANGANI SURAT PERCERAIAN DENGAN HIRO?"

Langkah kaki Tari terhenti ketika mendengar perkataan sang mertua, yang entah kenapa begitu meyakiti perasaannya. Tari menarik nafas dalam-dalam, sebelum kembali menatap sang mertua.

" Dengarkan perkataan saya baik-baik. Sampai kapanpun, saya tidak akan pernah menandatangani surat perceraian itu. Tidak sampai Lucio sembuh total. Anda paham?"

Tari kemudian pergi, kali ini benar-benar pergi menuju ruangannya di lantai 4. Yulitta merasa sikap Tari kali ini benar-benar keterlaluan dan tidak bisa di maafkan.

Sementara itu, Siwon baru saja selesai mengambil darah Lucio. Hiro lantas bertanya pada sepupunya itu, tentang hubungannya dengan Tari.

" Ada hubungan apa lo dengan Tari?" tanya Hiro dengan nada dingin.

" Tidak perlu gue jawab, lo pasti tahu lah jawabannya apa.." jawab Siwon singkat.

" Hanya jawab pertanyaan gue, bodoh!!!"

" Lo benar-benar ingin tahu? Ya, gue mencintai istri lo, bahkan jauh sebelum lo menikah dengannya, gue sudah sangat mencintainya. Tapi lo lihat sendiri kan, Tari hanya melihat lo dan dia hanya mencintai lo. Bukan gue!" jelas Siwon pada Hiro.

' Jadi benar, lo hanya mencintai Tari? Apa lo tidak bisa merasakan, kalau gue sangat mencintai lo, Siwonna?' batin Hira diikuti air matanya yang menetes tanpa di minta.

Siwon menyaksikan itu semua, tapi dokter tampan itu langsung berjalan keluar tanpa menanyakan apa yang terjadi pada Hira. Hiro melihat sang kakak menangis.

" Lo kenapa?" tanya Hiro dingin.

" Bukan urusan lo sih. Lo urus aja rumah tangga lo. Lo dengar gue baik-baik ya, jangan sampai Cio tersakiti karena perceraian lo dan Tari. Kalau sampai gue dapat kabar lo tetap bersikeras untuk bercerai dengan Tari, gue bakal habisin lo. Gue gak peduli, lo itu adek gue atau bukan. Lo ingat itu baik-baik!!!"

Setelah memberi ultimatum pada Hiro, Hira keluar dari kamar rawat Lucio, meninggalkan Hiro berdua dengan sang putra yang masih tertidur karena obat bius.
**
Hira yang sedang free, memutuskan untuk pergi ke kantin untuk membeli sesuatu, karena perutnya sejak tadi meronta minta makan.

" Ehh.. Ada gosip baru nih. Si Tari selingkuh sama Siwon, makanya Hiro ngotot mau menceraikan Tari.."

" Ah masa sih? Gak mungkin ah. Tari kan setia banget sama Hiro, apalagi putra mereka sedang sekarat di ruang rawat VIP.."

Hira yang tak tahan pun melabrak para perawat yang sejak tadi sibuk membicarakan keluarganya. Dengan gerakan cepat, Hira melempar kasar jus jeruk ke wajah salah satu perawat.

" Bacot lu bisa di jaga gak? Maksud lo apaan pake bilang kalau Tari selingkuh. Hah? Dapat info dari siapa lo? Lu kalau gak tau apa-apa tentang keluarga gue, lebih baik diam dan tutup mulut lo. Atau perlu, gue jahit mulut lo semua..." amuk Hira.

Siwon yang tidak sengaja lewat dekat kantin pun terkejut melihat Hira ribut dengan perawat baru. Dokter tampan itu segera menghampiri Hira dan mengajaknya pergi.

Setelah jauh dari kantin, Hira menghempas kasar tangan Siwon, hingga membuat Siwon kembali terkejut akan tindakan kasar Hira.

" Lo kenapa sih? Kok langsung marah-marah gak jelas gitu?" tanya Siwon to the point.

" Bukan urusan lo!!"

To be continued...

Anak Langit (Tears)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang