7

393 28 4
                                    

DOOORRRR!!!!

Suara tembakan menggema di lobby rumah sakit, semua orang diam membatu dan terkejut dengan apa yang baru saja terjadi tepat di depan kedua mata mereka.

" Tante Hira... Tante Hira gak papa kan?"

Hira hanya tersenyum menjawab pertanyaan Lucio, sebelum dirinya tumbang dengan banyaknya darah.

" Ayah... Tolongin Tante Hira!!!!" teriak Lucio.

Hiro dan Siwon lantas berlari menghampiri Hira yang tak sadarkan diri.

" Rim, bawa Cio ke kamarnya. Andra, siapin ruang operasi.." ucap Hiro.

Rimba kemudian membawa Lucio kembali ke kamarnya, sedangkan Andra bergegas menuju lantai 5 untuk menyiapkan ruang operasi.

" Hira, bangun. Lo dengar gue kan, ra? Hira... Lo gak boleh tinggalin gue, ra. Hiraaa..." Siwon terus berusaha membangunkan Hira, namun dokter cantik itu tetap tak membuka matanya.

" Siwon, bawa Hira ke ruang operasi. Peluru dalam tubuh Hira harus segera di keluarkan.."

Siwon pun bergegas membawa Hira ke ruang operasi di lantai 5, dimana Andra sudah menunggu di sana.

Selepas Siwon pergi, Hiro kemudian meluapkan amarahnya pada Tasya. Dokter tampan yang juga pemilik sekaligus pendiri Columbia Hospital itu terlihat sangat murka dengan apa yang sudah Tasya lakukan pada istri dan sang kakak.

Tanpa memperdulikan banyaknya orang di lobby, Hiro menendang tubuh Tasya dan memukuli perempuan cantik itu tanpa ampun. Yulitta yang melihat sang putra mengamuk, hanya bisa diam membatu dan ketakutan.

" Lo udah bikin istri gue kritis di dalam sana, dan sekarang lo bikin kakak gue ikutan kritis. Maksud lo apa? Hah?" tanya Hiro seraya menarik kasar rambut Tasya.

Tasya tak berani menjawab, membuat Hiro semakin murka padanya dan menghajar kembali pelacur itu di hadapan Yulitta dan semua orang yang ada di lobby. Tindakan Hiro baru berhenti ketika Toni, Jeffri, dan Erdin datang.

" Astaghfirullah..."

Ketiganya pun mencoba menghentikan Hiro yang benar-benar sangat murka pada Tasya, sedangkan Marissa, Mocca, dan Ayumi bergidik ngeri melihat sikap Hiro.

" Istighfar, Ro. Lo kenapa berubah jadi monster gini sih? Dia perempuan, dan gak sepantasnya di sakitin.." ucap Jeffri.

" Dia udah bikin Tari kritis di ruang ICCU. Dan tadi, dia nembak Hira dengan pistol di tangannya. Apa gue harus diam, ketika orang-orang yang gue sayang tersakiti? Putra gue sakit parah, istri gue kritis, dan sekarang kakak gue juga ikutan kritis. Apa gue harus diam? Hah?!"

Ketiga pasangan itu pun terkejut mendengar perkataan Hiro tentang apa yang sebenarnya terjadi.

" Gue benci sama mereka! Mereka itu hanya benalu dalam hidup lo, Ro!!!"

Satu tendangan kembali di terima Tasya, kali ini di bagian perut.

" Benalu lo bilang? Lo yang benalu dalam hidup gue! Gara-gara lo dan nyokap gue, gue hampir menceraikan Tari. Dan lo... Lo bahkan simpanan bokap gue. Lo perempuan kotor, perempuan murahan. Lo bahkan jauh lebih menjijikkan di banding kotoran binatang!!"

Tasya dan Yulitta tertohok mendengar perkataan Hiro.

" Ayah..."

Hiro yang mendengar suara Lucio, seketika menoleh dan mendapati sang putra berada tak jauh darinya.

" Hey, Jagoan... Kenapa di sini? Paman Rimba kemana?" tanya Hiro pelan.

Hiro yang tadinya bagaikan monster, kini berubah menjadi malaikat di hadapan Lucio.

" Ayah.. Bunda dan Tante Hira gak papa kan? Bunda dan Tante Hira baik-baik aja kan? Tadi Cio liat Tante Hira kena tembakan..." tanya Lucio dengan wajah polosnya, membuat Hiro harus menahan tangisnya sekuat mungkin.

" Sayang... Kita berdoa aja ya, biar Bunda dan Tante Hira cepat sembuh. Sekarang, Cio kembali ke kamar ya.." ucap Hiro lembut.

" Tapi, Cio mau sama Ayah..."

" Iya. Ayah temanin Cio ke kamar.."

Hiro kemudian menggendong Cio dan bersiap menuju kamar rawat sang putra, sebelum...

" Ya Allah... Tolong sembuhin Bunda dan Tante Hira. Cio sayang banget sama mereka. Jangan ambil mereka dari Cio dan Ayah, Ya Allah. Cio gak mau kehilangan Bunda dan Tante Hira. Cio masih pengen liburan sama mereka. Kabulin doa Cio, Ya Allah. Aamiin..."

Hiro menangis mendengar doa sang putra yang begitu tulus, begitu juga ketiga pasangan tadi dan Yulitta serta Tasya. Sepeninggal Hiro, polisi pun datang dan membawa Yulitta juga Tasya tanpa perlawanan sedikitpun.
***
Tari masih dalam kondisi kritis, karena kehilangan banyak darah. Begitu juga dengan Hira, yang sedang berjuang untuk tetap hidup melalui meja operasi.

" Gawat, Ndra. Peluru itu menembus ke area paru-paru. Bagaimana ini?" tanya Mawar.

" Bismillah. Kita pasti bisa, Mawar.."

Di tengah proses pembedahan terhadap Hira, keduanya di kejutkan oleh pengumuman code blue.

' Code Blue... Dokter Lestari Efni, pasien Dokter Hiro Wibowo yang berada di ruang ICCU mengalami pendarahan hebat serta sulit bernafas. Code Blue.. Code Blue..'

Hiro yang berada di kamar rawat sang putra, mendadak panik dan berusaha menghubungi siapapun agar bisa menemani sang putra.

" Ro, mending lo ke tempat Tari sekarang. Biar kita yang nemenin Cio di sini.." ucap Toni begitu masuk ke kamar rawat Cio.

" Ayah pergi aja, selamatin Bunda. Cio gak papa kok.."

" Gue titip anak gue ya..." ucap Hiro.

" Iya. Lo tenang aja.." ucap Erdin pelan.

Hiro pun mencium kepala sang putra, sebelum berlari secepat mungkin menuju ruang ICCU, dimana Tari berada saat ini.

To be continued...

*sorry kalau gaje...  🙏🙏😊

Anak Langit (Tears)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang