4

472 26 14
                                    

Situasi penuh ketegangan sangat terasa di kamar rawat Lucio. Rimba masih terus berusaha mengembalikan detak jantung bocah berusia 6 tahun itu.

" Cio...  Kamu harus kuat, sayang. Ayo kembali ke ayah dan bunda. Ayo Cio..." gumam Rimba seraya kembali menggunakan alat kejut jantung pada Lucio.

Selang beberapa menit, jantung Lucio kembali berdetak normal. Semua orang pun bernafas lega, terutama Hiro dan Tari. Keduanya lantas berpelukan dan menangis bahagia.

" Untuk sementara, biarkan Cio istirahat dulu dan jangan di ganggu oleh siapapun. Nanti gue bakal periksa kondisi Cio setiap 1 jam sekali.."

" Thank you, Rim. Kalau gak ada lo, mungkin anak gue gak selamat.." ucap Hiro pelan.

" Bukan gue, Ro. Tapi Allah. Allah yang menyelamatkan Cio lewat gue. Ya sudah, kalau gitu, gue harus kembali ke laboratorium, soalnya masih ada pekerjaan yang belum gue selesaikan di sana.." ucap Rimba pada Hiro dan Tari, diikuti anggukan keduanya.

Setelah Rimba, Sasya, dan Andra keluar, tiba-tiba saja Yulitta dan seorang perempuan masuk ke dalam kamar Lucio. Yulitta kemudian menampar keras pipi Tari. Hiro yang melihat kejadian itu pun menggeram marah dan segera melindungi Tari ke belakang tubuhnya.

" Dasar perempuan gak tahu diri. Apa yang sudah kamu lakukan hingga Cio hampir meninggal, hah? Hiro, cepat urus perceraian kamu dan perempuan ini, setelah itu kamu menika dengan Tasya..."

" Jaga sikap dan omongan anda. Sampai kapan pun, saya tidak akan pernah menceraikan istri saya, apapun yang terjadi.." desis Hiro.

Di saat yang bersamaan, Hira masuk ke dalam kamar Lucio dan menatap tajam ke arah sang ibu dan perempuan bernama Tasya, yang mana merupakan mantan pacar Hiro saat masih duduk di bangku sekolah.

" Hiro tidak akan pernah menceraikan Tari, begitu juga sebaliknya. Dan mama apa-apaan sih, nyuruh Hiro menikah dengan Tasya, maksud mama apaan?"

" Tasya jelas perempuan baik-baik dan bisa menjadi ibu yang baik untuk Cio, di banding dengan Tari.."

" Oh ya? Mama bilang dia perempuan baik-baik? Kalau dia perempuan baik-baik, lalu kenapa aku bisa mendapati dia ada di lokalisasi? Dan dia gak sendiri, tapi bersama dengan papa. Apa itu yang di sebut dengan perempuan baik-baik? Hah? " ucap Hira telak di depan sang ibu dan juga Tasya.

Tasya hendak menampar Hira, namun tangannya di tahan oleh Siwon.

" Jangan pernah sentuh Hira dengan tangan kotor lo itu. Lebih baik anda berdua keluar dari ruangan ini, karena Cio masih butuh istirahat yang banyak.." ucap Siwon.

Yulitta dan Tasya pun keluar dari kamar Lucio dengan wajah merah menahan marah dan malu.

" Ra, lo serius? Tasya itu orang lokalisasi?" tanya Hiro penasaran.

" Kenapa? Kok lo penasaran gitu? Lo masih suka sama dia? Hah? Lo masih cinta sama dia? Awas aja kalau lo sampe berhubungan lagi sama pelacur itu. Gue gak akan tinggal diam.." ancam Hira pada sang adik.

" Ya kan gue cuma tanya doank, bener atau gak. Lagian kan gue ama Tari sudah baikan dan memutuskan untuk tidak bercerai.." jelas Hiro pada sang kakak.

" Kita bicara di luar aja, biar Cio bisa istirahat.."

Mereka berempat pun keluar dari kamar rawat Lucio, lalu mengobrol di lorong depan kamar Lucio.

" Jadi, gue pernah lewat area lokalisasi pas mau pulang ke rumah, kira-kira jam 11 malam lah. Pas lewat itu, gue liat papa ada di sana bersama dengan seorang perempuan, yang setelah gue perhatikan dengan jelas, perempuan itu adalah Tasya. Gue marah donk, kecewa dengan apa yang sudah papa lakukan di belakang kita. Dan lo tahu, Tasya tinggal dimana sekarang? Dia tinggal di apartement pribadi papa, dan parahnya lagi adalah, papa juga tinggal di sana. Jadi, intinya, mereka tinggal bareng. Erland aja tahu gimana kelakuan bejat papa. Gila gak tuh?!"

Hiro menggeram marah setelah mendengar semuanya dari Hira, begitu juga dengan Tari dan Siwon. Keduanya terlihat shock dan tidak bisa berkata apa-apa.

" Tasya aja kemaren hampir bikin Tari celaka. Tapi untungnya aja ada Siwon yang menolong istri lo. Jadi, lo jangan salah sangka dulu.."

Hiro kemudian meminta maaf pada Siwon, akan apa yang sudah terjadi. Siwon pun berbesar hati memaafkan Hiro.

" Lo jagain istri lo bener-bener, jangan ampe lo bikin dia nangis lagi. Kalau lo berani bikin Tari nangis lagi, gue gak akan segan-segan untuk merebut Tari dari lo. Oke?"

Hiro mengangguk paham, lalu keduanya pun berdamai. Hira dan Tari tersenyum melihat kedua pria itu akhirnya bisa bersahabat lagi.
***
Jam sudah menunjukkan pukul 12 malam lewat, Hira pun bersiap untuk pulang ke rumah. Namun, saat baru keluar dari lift, Hira melihat sang ayah dan Tasya masuk ke dalam lift. Hira pun menjadi was-was, dan bergegas kembali ke lantai 3, dimana kamar rawat Lucio berada.

" Ra... Kok balik lagi? Bukannya lo tadi mau pulang? Kenapa? Ada barang yang ketinggalan? Biar gue bantu cari..." ucap Siwon dengan pertanyaan beruntun.

" Hitari mana?"

" Mereka ada di dalam kamar Cio. Kenapa?"

" Gue tadi liat bokap gue dan Tasya ada di rumah sakit ini.."

" Hah? Serius lo?"

Saat akan menjawab, Hira buru-buru menarik Siwon masuk ke dalam kamar Lucio, membuat Hiro dan Tari yang sedang asik bercumbu terkejut.

" Astaga Ra... Bisa ketok pintu dulu gak sih?!" omel Hiro seraya mengancing kembali kemejanya.

" Itu ada papa dan Tasya di luar.." bisik Hira.

Hiro dan Tari pun sama terkejutnya, lalu keempatnya bersembunyi di balik tirai. Tak beberapa lama, Hariman dan Tasya masuk ke dalam kamar rawat Lucio.

" Apa kita tidak bisa menyingkirkan anak penyakitan ini, om? Dia sudah merusak semua rencana kita, termasuk rencana ku agar Hiro bisa menceraikan Tari.."

" Kamu tenang aja. Om akan pastikan anak penyakitan ini meninggal dengan cara tragis.." ucap Hariman.

Hitari dan Hira juga Siwon sangat terkejut mendengar perkataan Tasya dan Hariman. Hiro lantas keluar dari balik tirai ketika melihat sang ayah hendak mencabut alat bantu pernafasan Lucio. Hira bahkan bertepuk tangan ketika mengetahui rencana busuk Tasya dan sang ayah.

" Ka-kalian ada di sini juga?" tanya Tasya gugup dengan wajah pucat pasi.

" Kenapa? Lo kaget ngeliat ada gue, Siwon, Hiro dan Tari di sini? Lo kaget karena rencana kalian untuk menyingkirkan Cio malam ini gagal total?" tanya balik Hira.

" Papa apa-apaan sih? Cio itu cucu papa.." geram Hiro.

" Tapi papa gak suka punya cucu penyakitan seperti Cio. Lebih baik Cio mati kan, daripada harus kesakitan terus seperti ini..." ucap Hariman, yang membuat amarah Hiro meledak sempurna.

Tanpa rasa hormat, Hiro memberi bogem mentah kepada sang ayah, yang membuat Tari dan Tasya terkejut melihatnya.

" Listen to me... No one can killed my son, except God. Understand?"

Hira kemudian menyeret paksa Tasya keluar dari kamar Lucio, begitu juga dengan Hiro yang mendorong paksa Hariman.

To be continued...

Anak Langit (Tears)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang