8

629 24 9
                                    

Braakkk... Pintu di buka dengan kasar oleh Hiro, hingga membuat dua dokter senior, yakni Song Hyegyo dan Kwon Sangwoo terkejut.

" Kau darimana saja, Hiro? Istrimu hampir kehilangan nyawanya, jika saja kami terlambat menolongnya!!" omel Hyegyo.

" Cheosunghamnida, sunbaenim. Jeongmal cheosunghamnida..." Hiro buru-buru meminta maaf pada dua seniornya itu.

" Kau darimana saja? Kenapa wajahmu terlihat sangat pucat? Kau juga terlihat kelelahan sekali.." tanya Sangwoo pada Hiro.

" Saya dari ruangan putra saya, sunbaenim.."

" Aahh... Kamar rawat Cio? Bukankah ada Hira yang menemaninya?" tanya Hyegyo.

" Hira sedang berada di ruang operasi, sunbaenim. Dia di serang oleh perempuan tidak waras yang juga berusaha menghancurkan rumah tangga saya. Dan peluru dalam tubuh Hira harus segera di keluarkan.. " jelas Hiro pada kedua seniornya itu.

" Oh My Godness... Lalu siapa yang menangani Hira?" tanya Hyegyo cemas.

" Setahu saya, hanya Andra dan Mawar, sunbaenim. Karena kejadiannya juga mendadak sekali, dan saya bingung harus berbuat gimana. Istri saya kritis, kakak saya juga kritis, di tambah putra saya yang sakit cukup parah..."

Hyegyo dan Sangwoo menatap miris pada Hiro, dan terus memberikan semangat pada dokter muda tersebut.

" Percaya pada Tuhan, kalau kakak, istri, dan putramu akan baik-baik saja.." ucap Sangwoo seraya menepuk pelan bahu Hiro.

" Ne, sunbaenim. Ahh.. Terima kasih juga karena kalian telah menyelamatkan nyawa Tari. Terima kasih banyak.."

" Sama-sama. Itu sudah kewajiban kita sebagai dokter, bukan? Sekarang temani istrimu, karena kami masih harus keliling lagi untuk memeriksa kondisi pasien lainnya.."

" Ne. Gamsahamnida, sunbaenim.."

Di ruang operasi, Andra dan Mawar tampak kewalahan karena Hira berkali-kali mengalami pendarahan di area paru-paru, juga sesak nafas. Beruntung ada dokter senior yang datang dan membantu mereka.

" Bagaimana?"

" Hira terus mengalami pendarahan, dokter. Karena peluru itu menembus mengenai area paru-paru. Hira juga sesekali terlihat sulit bernafas.." jelas Andra.

Song Seunghoon, dokter senior spesialis Paru-paru itu pun turun tangan untuk menangani Hira secara langsung. Andra dan Mawar pun membantu sebisa mungkin.

" Saat aku ambil pelurunya, kalian langsung tutupi luka dengan kain kasa.."

" Baik, dokter.."

Seunghoon dengan hati-hati mengambil peluru yang berada di dekat paru-paru. Setelah berhasil, Andra dan Mawar pun segera menaruh kain kasa di area luka tersebut, hingga tak ada lagi genangan darah.

" Alhamdulillah. Terima kasih banyak untuk bantuannya, dokter.." ucap Mawar pelan.

" Sama-sama. Memang tugas seorang dokter untuk mengobati pasiennya kan? Kalian lanjutkan ya..." ucap Seunghoon ramah.

Andra dan Mawar mengangguk pelan, lalu melanjutkan apa yang sudah Seunghoon lakukan tadi.

" Bagaimana kondisi Hira? Dia baik-baik aja kan?" tanya Hyegyo pada Seunghoon ketika berpapasan di depan ruang operasi.

" Peluru dalam tubuhnya berhasil di keluarkan, walaupun sempat berkali-kali pendarahan. Hh... Aku bener-bener tidak mengerti, kenapa ada orang yang begitu jahat pada Hira dan Tari.." jelas Seunghoon

" Aku juga tidak mengerti. Mungkin ada konflik masa lalu, atau ada masalah yang belum selesai di antara mereka.." ucap Hyegyo.
***
Hira sudah berada di kamar rawat pasca operasi pengeluaran peluru, begitu juga dengan Tari yang sudah di pindah ke kamar rawat yang sama dengan Hira. Semua atas permintaan Hiro, agar bisa leluasa mengawasi kakak dan istrinya.

" Bule oncom... Lu kenapa sih? Gue baik-baik aja, masih hidup juga. Jangan tegang-tegang banget kenapa!" celetuk Hira, membuat Hiro menjadi kesal.

" Lu... Masih sempat-sempatnya becanda ya. Udah tau orang pada panik, cemas mikirin lu.." kesal Hiro pada sang kakak.

Hira hanya tertawa mendengar omelan sang adik, sementara Tari hanya diam tak merespon.

" Ro.. Cio gimana?"

" Alhamdulillah.. Cio udah mulai membaik kondisinya. Allah SWT memberikan kesembuhan untuk Cio, sayang.."

Hira dan Tari sama-sama menatap Hiro, seolah tak percaya pada dokter tampan itu.

" Jangan becanda lu ah. Lagi serius ini.."

" Lha, lu pikir gue berani bercanda soal ginian? Cio benar-benar sembuh total, Hira oncom..."

" Serius ah..." ucap Tari.

" Lu tanya Jisung hyungnim deh kalau gak percaya. Gue aja awalnya gak percaya, karena Cio udah di vonis gak akan pernah bisa sembuh, tapi kenyataannya apa? Cio sembuh berkat Allah SWT lewat tangan Jisung hyungnim.." jelas Hiro.

" Alhamdulillah...  Terima kasih, Ya Allah. Keponakan gue sembuh total. Oh ya, Siwon kemana? Kok gue gak ada liat dia?" tanya Hira pada sang adik.

" Siwon? Ada kok. Kenapa? Kangen lo ama tuh tiang listrik?"

" Tiang listrik. Sembarangan lu kalau ngomong. Cowok gua itu..."

" Hah? Lu udah jadian ama Siwon?" tanya Hiro dan Tari bersamaan.

" Hah? Kagak. Lagian Siwon itu bukan level gue..." ucap Hira dengan nada gugup.

" Masa? Bukannya kemaren lo abis di cium ama dia?" tanya Hiro to the point.

Hira membelalak, sementara Hiro kabur dan bersembunyi di samping ranjang Tari.

" Bule oncooommm!!! Mulut lo bener-bener yaaaa... " amuk Hira.

Hiro tampak puas menertawakan sang kakak, hingga tak menyadari ada seorang pria muda dengan penutup wajah masuk ke dalam kamar rawat Hira dan Tari. Pria itu tiba-tiba menyeret kasar Hiro keluar dari kamar rawat, membuat Hira dan Tari panik. Seolah tak peduli ama rasa sakit, keduanya memutuskan untuk melihat keluar kamar.

Hira dan Tari membelalak hebat ketika melihat pria itu menghajar Hiro tanpa ampun, dan Hiro pun tak bisa melawannya. Situasi pun berubah mencekam dan penuh ketegangan.

" Cukup!!! Jangan sakiti adek gue lagi!!!! Lo siapa, hah???"

To be continued...

*sorry kalau gaje abiss... Efek ikutan geser otak gue macam Hiro..  🤣🤣🤣
Next episode flashback kesembuhan Cio... 😁😁😁

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 13, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Anak Langit (Tears)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang