2. Badboy Sekolah

8 1 0
                                    

"KAKAK sialan! Awas lo!"

Gadis itu menggerutu sepanjang perjalanan. Karena, di rumah tidak ada siapa - siapa. Hanya ada dia dan kakaknya.

Padahal, saat malam dia sudah mengatur alarmnya jam 5 pagi. Namun dia yakin, kakaknya itu menjahilinya dengan mengatur jam setengah 7 pagi. Mana mobilnya habis bensin, alhasil dia berlari ke arah sekolah. Jika memakai angkutan umum, pasti akan lebih telat, karena macet. Lagian jarak dari mobil mogok ke sekolahnya tak terlalu jauh.

Saat dia di depan gerbang, dia tidak melihat siapa-siapa. Sedangkan gerbangnya tidak dikunci.

Sip aman.

Dia segera masuk dengan hati-hati. Takut jika ada yang menuju ke sini.

"Telat?" gadis itu yang dari tadi menahan nafasnya, lalu membuangnya dengan kasar, dan berbalik.

Terlihat perempuan, dengan logo pengurus osis di lengan kirinya, yang melipat kedua tangannya di dada. Gadis itu hanya mengangguk dan tersenyum.

"Lari 10 keliling!"

"Kak, jangan dong. Saya dari rumah ke sini lari, masa lari lagi." ucap gadis itu dengan nafas yang masih ngos-ngosan.

Jangan lupa, Aiza termasuk murid yang sopan. Dia selalu bilang 'kak' kepada orang yang belum akrab dengannya. Entah kepada adik kelas, kakak kelas, atau seangkatan.

"Alasan! Kalo udah, lo minta tandatangan ke guru piket! Dia bakal ngawasin lo dari jauh! Habis itu, lo temui gue di kelas 11 Mipa 2." gadis itu mengangguk dengan lesu.

"Sial! Udah telat, mana laper lagi!"

Pengurus osis itu langsung meninggalkan gadis yang memasang muka kesal.

"Yasalam Aiza! Lo jam segini baru dateng?!" teriak Zilla, yang tadi di telepon Aiza, dan baru sampai.

"Hm. Lo liat kan? Gara-gara idola yang lo idam-idamkan itu tuh! Gue jadi kek gini. Gue bunuh dia entar lama-lama." Zilla tiba-tiba menunduk, tak berani melihat ke arah Aiza. Lebih tepatnya, ke belakang Aiza.

"Kualat lo sama kakak sendiri!" Aiza berbalik badan, terlihat abangnya yang sedang memasang muka sok cool leuheu.

"Lo yang salah! Gue jadi telat gara-gara lo tau gak?" Ucap Aiza yang memukul bahu abangnya itu dengan keras.

"Aw! Sakit ay!"

"Gak usah galak-galak Ai sama kakak sendiri." terang Zilla, sekalian cari perhatian dari kakak sahabatnya itu.

"Bodo! Lu urusin aja si kampret ini. Gue mau ngelajanin tugas."

"Byee adikku uchh. Kakak sayang kau dek!"

"Najis!" Aiza melangkahkan kakinya menuju lapangan. Lalu tinggalah, Zilla dan kakaknya Aiza.

"Yuk!" ajak kakaknya Aiza.

"Ke mana?"

"Lo maunya ke mana? Gue sih ayo-ayo aja." Zilla menatap kakak Aiza ini dengan tatapan aneh.

"Ayo!" ajak abangnya Ai, lalu menggenggam tangan Zilla menuju ke luar gerbang.

"Mau ke mana?"

"KUA."

"Ohh." Zilla hanya mengangguk mengerti. Eh?

22 DesemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang