Kring...
Saatnya pulang, selamat bertemu di esok hari. Hati - hati di jalan, dan semoga ilmunya bermanfaat.
Suara bel pulang, yang membuat kelas IPS 2 riuh. Karena, pelajaran terakhirnya adalah matematika.
"Ya sudah, itu tugas tolong dikerjakan. Ibu permisi, Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam." Bu Ratnengsih langsung keluar kelas, diikuti oleh murid - murid laki - laki yang tidak sabar ingin pulang dari tadi.
"Mau pulang bareng siapa?" tanya Zilla, sambil memasukan buku - bukunya ke dalam tas.
"Mau sama si Al deh." jawab Aiza yang masih fokus dengan tugasnya.
"Gue kira mau sama si Revan."
"Gak ah."
"Yaudah, eh tapi buruan! Abang gue takut ngamuk kalo harus nungguin gue lama."
"Ck, iya - iya."
"Padahal kan itu dikumpulkan minggu depan."
"Iya ih bawel!" ucap Aiza yang langsung membereskan buku - bukunya. Zilla yang melihat itu tersenyum puas.
...
"Lo gak bilang - bilang kalo jadi pacarnya si Revan." ucap Zilla. Saat ini mereka sedang berjalan ke arah gerbang untuk pulang.
"Inget, pacar bohongan." jawab Aiza dengan suara pelan. Karena, orang - orang tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
"Iya - iya. Tapi itu hubungan mau sampai kapan?" tanya Zilla.
"Tau ah, kesel gue." tiba - tiba di depan mereka ada orang - orang yang menghadang mereka. Lalu seseorang muncul di balik mereka. Tentu saja, siapa lagi jika bukan para fans si Revan.
"Ohh, jadi ini pacarnya Kak Revan." tunggu, kak? Jadi dia adik kelasnya?
"Siapa lo?" tanya Zilla berani.
"Wih, dia ngga tau gue gengs!" orang - orang yang menghadang mereka hanya tertawa.
"Kenalin, Syera Niva Rastaf." Syera sengaja menyebut nama belakangnya, agar Zilla dan Aiza tau bahwa Syera anak dari salah satu donatur di sekolah ini.
"Ohh, anak keluarga Rastaf?" tanya Aiza sambil terkekeh, dan Syera hanya mengangguk bangga. Orang - orang yang baru saja ingin pulang, menghentikan langkah mereka demi melihat tontonan gratis.
"Setau gue, anak keluarga Rastaf itu cowok semua." hal itu membuat semua orang terkejut.
"Dan setau gue, kalaupun ada dari mereka anak perempuan, itu masih kecil kayaknya. Hmm, gue inget - inget dulu. Dia...baru kelas 10, iya kan?" tanya Aiza.
"Iyap, gue kelas 10 Mipa 1. Dan ya, jangan centil lo, mentang - mentang cantik, lo berani deketin Revan."
"Emang dia cantik kok, lu aja yang burik!" ucapan Zilla sukses membuat orang - orang tertawa.
"Eh gak usah belagu lo! Kelas apa sih, biar gue keluarin dari sekolah ini." Keadaan semakin tegang, Aiza dan Zilla hanya tertawa.
"Eh Syera. Mentang - mentang anak salah satu donatur, belagunya minta ampun. Kenalin kita, Aiza dan Dezilla, anak kelas 11 IPS 2." Syera dan teman - temannya terkejut. Mereka kira, Aiza dan Zilla ini kelas 10.
"Dan, buat eneng Syera, jangan pernah atas namakan keluarga lo dan jabatan. Inget, masih ada orang di atas lo. Dan yah, buat masalah si Revan, lo bisa langsung tanya ke orangnya tentang masalah ini, itupun kalo lo ga punya rasa malu." jawab Aiza enteng.
"Oh iya, punya tata krama kan? Nah itu dipake, sekian, kami undur diri, Yang Mulia." Aiza dan Zilla hormat ala kerajaan, lalu melangkahkan kakinya menuju keluar gerbang sambil tertawa puas.
Syera yang merasa dipermalukan, langsung berbalik arah dan berteriak. "Awas aja lo, gue bakal buat lo gak tenang di sekolah ini."
Aiza dan Zilla menoleh, lalu berbalik ke arah Syera.
"Mau buat kita gak tenang karena lo anak donatur? Gue aja bisa buat lo gak tenang di dunia ini gara - gara temen - temen gak kasat mata gue, gimana?" tawar Aiza, hal itu membuat orang - orang bergidik ngeri.
Syera menghentakan kakinya kesal dan berjalan menuju arah ruangan para donatur dan kepala sekolah diikuti oleh teman - temannya.
Aiza dan Zilla hanya tertawa kencang melihat kejadian itu. Tiba - tiba ada yang bertepuk tangan, kedua sahabat itu lantas menoleh.
"Bravo! Hebat gais! Kalian bisa mengalahkan nenek sihir yang satu itu!" teriak Reyhan, dan berjalan ke arah mereka diikuti oleh ketiga temannya.
"Oh iya dong, Zilla gitu lho." ucap Zilla yang mengibaskan rambutnya, Reyhan yang melihatnya langsung bergidik ngeri.
"Tumben berani." ucap Algani kepada Aiza.
"Lah iya dong, masa sama bocah aja takut." jawab Aiza, lalu dia menoleh ke arah Revan yang sedang menatapnya dengan tatapan yang datar.
"Eh pacar." ucap Aiza "gue mau minta sesuatu boleh?" tawarnya.
"Jangan mau Van, si Aiza mah makannya banyak, entar lo tekor!" kata Algani, karena dia mengalami. Jika Aiza menghampirinya, itu artinya Aiza meminta makan. Padahal Aiza tak pernah kekurangan uang saku. Tapi Aiza selalu beralasan, "itu resiko ada seseorang kehidupan gue."
"Ih apaan sih, sotoy banget sih bambang!" jawab Aiza yang langsung memukul punggung Al dengan tasnya.
"Aw anjir!"
"Minta apa?" jawab Revan yang membuat Aiza antusias.
"Gue mau minta putus!" ucap Aiza begitu santai, teman - teman Revan terkejut, begitu pun dengan Revan. Tapi Zilla hanya menggeleng dengan kelakuan si Aiza ini.
"Gak." jawab Revan yang langsung melenggang pergi. Aiza hanya menatapnya kesal.
"Ihh, gue belum ngasih tau alasannya Revan! Kan orang putus biasanya gitu!" teriak Aiza.
"Heran gue, bisa - bisanya punya pacar kayak gitu." gumam Aiza yang masih bisa di dengar oleh teman - temannya.
"Tapi Ai, lo beneran punya temen ghaib?" tanya Reyhan penasaran.
"Si Aiza dipercaya!" ucap Algani enteng.
"Emang gue punya dodol, sotoy banget ih jadi orang!"
...
Menurut kalian, Aiza beneran gak sih punya temen ghaib?
Selasa, 10 Maret 2020.
"
KAMU SEDANG MEMBACA
22 Desember
Teen FictionMempunyai pacar ganteng, adalah impian semua perempuan. Sama seperti Aiza, dia juga menyukainya. Namun, entah ada angin apa, Aiza tiba-tiba harus menjadi seorang pacar bohongan dari kapten tim basket, yang baru dikenalnya beberapa hari yang lalu. Ka...