"ADUH, gue harus gimana dong?" gumam Aiza sambil mondar mandir gak jelas. Saat ini, mereka sedang berada di koridor kelas. Teman - temannya sudah pulang sejak setengah jam yang lalu. Alhasil, sekolahnya sepi.
"Duhh, udah dong Ai. Pusing gue liatnya!" tegur Zilla, yang merasa geram dengan sikap Aiza. "mending kita pulang, entar gue kasih tau kalo di jalan," Aiza mengangguk lemah.
Ia sepertinya frustasi, sejak istirahat pertama, pikirannya tidak jauh akan Revan. Apalagi, saat dia melihat Revan, bangun dari tidurnya dengan tatapan yang sangat menusuk.
Mereka berjalan. Mulai meninggalkan koridor kelas. Mereka berjalan melewati kantin dekat kelas 11 Mipa, tanpa di sengaja, Aiza melihat Revan yang sedang melihatnya tajam.
Mampus gue.
Aiza tetap berjalan santai. Dan, Zilla tidak mengetahui keberadaan Revan dan kawan - kawan.
"Ada cewek cantik tuh, ajak kenalan gih," ucap Reyhan.
"Kalo itu mah gak usah diajak kenalan lagi! Dah tau gue." kata Algani.
"Emang mereka siapa?" tanya Reyhan polos.
"Aiza itu cewek judes, tapi mukanya aja kok, sebenarnya dia ramah. Kalo si Dezilla itu, ituloh, pacar si Bagas anak kelas sebelah." jelas Danial.
"Ajak kenalan ah." baru saja Reyhan beranjak, tiba - tiba ada suara yang membuatnya duduk kembali.
"Gak usah." Algani, Reyhan dan Danial merasa terkejut dengan apa yang diucapkan si Revan. Gak usah? Lah emang siapa yang mau nyuruh dia kenalan?
"Kenapa Van?"
"Gapapa." Reyhan mendengus kesal.
Setelah Aiza dan Zilla keluar dari wilayah kantin, Aiza menghembuskan nafasnya kasar. Sedari tadi, dia menahan gugup, jika teman - teman Revan, menggodai dirinya dan Zilla. Tapi, Zilla tetap tidak mendengar perkataan mereka, karena sedari tadi, Zilla memakai headset.
Saat di depan gerbang, mereka celingak - celinguk mencari angkutan umum. Setelah sekian lama menunggu, tiba - tiba ada motor yang berhenti di depan mereka. Seseorang itu membuka helmnya, dan terlihat wajah gantengnya.
"Yuk, pulang." ajak orang itu.
"Kok lo bawa motor sih? Gue kira lu bawa mobil. Si Aiza mau di taro di mana coba?!" teriak Zilla ngamuk.
"Lu yang gak ngasih tau kalo pulang bareng Aiza. Sorry ya Ai, gue nggak tau." Vino. Kakak Zilla, dia kuliah, seumuran dengan kakak pertamanya. Dan dia juga, teman kakak pertamanya. Jelas jika dia mengenal Aiza.
"Udah Zil, gue pulang nebeng aja sama si Al, kalo enggak pake ojol aja. Gue kira tadi lu mau naik angkot bareng gue. Dan Bang, gapapa kok. Santai aja sama gue mah."
"Hehe. Sorry Ai, gue gak ngasih tau. Terus gimana?" tanya Zilla.
"Gak gimana - gimana, pulang aja."
"Bener?"
"Iya."
"Kalo udah pulang hubungi gue oke?" Aiza mengangguk. Lalu Zilla segera duduk di motor, dan melenggang pergi meninggalkan Aiza sendirian.
Aiza bingung, ponselnya kehabisan baterai, dia pulang pake apa coba? Kalo pake angkot, takut ada yang ganggu.
Pasalnya, ia sangat takut kepada laki - laki yang tak dia kenal.
Setelah lama berpikir, ia menoleh ke arah sekolah kembali. Dia melihat Revan yang sedang berjalan ke arah parkiran. Tanpa pikir panjang, Aiza menghampirinya.
"Kak." sapa Aiza, Revan menoleh, "saya minta maaf ya Kak, duh pasti kakinya sakit ya? Saya obati lagi ya?" Revan masih menatapnya datar. Aiza tak kehilangan akal, ia harus mendapatkan maafnya. Pokoknya harus!
KAMU SEDANG MEMBACA
22 Desember
Teen FictionMempunyai pacar ganteng, adalah impian semua perempuan. Sama seperti Aiza, dia juga menyukainya. Namun, entah ada angin apa, Aiza tiba-tiba harus menjadi seorang pacar bohongan dari kapten tim basket, yang baru dikenalnya beberapa hari yang lalu. Ka...