1. Halte.

403 39 5
                                    

Arkan sungguh tidak tahu apa yang salah dengan langit hari ini. Kota Jakarta diguyur hujan deras, membuat Arkan harus meneduh di tempat terdekat. Arkan sudah hafal dengan letak tempat di sekitarnya sebab ia tidak pernah pergi jauh-jauh dari rumahnya. Arkan memutuskan untuk meneduh di sebuah halte, daripada basah kuyup dan terjebak hal-hal yang otak Arkan putar. Dengan pelan ia berjalan untuk duduk di bangku halte yang ia yakin kosong.

Arkan hampir saja terjatuh sebab tersandung trotoar kalau seseorang tidak menahannya. Arkan mengucapkan 'terima kasih' dengan sebuah senyum tipis, sedangkan orang tersebut hanya diam. Berpikir positif saja, mungkin orang itu balas tersenyum. Orang itu menuntun Arkan ke bangku yang ada di halte, keduanya duduk bersebelahan.

"Terjebak hujan juga, ya?" tanya Arkan pada orang asing yang membantunya. "Iya. Hujannya deras sekali, kalau gerimis aku lewati." Arkan tersenyum kecil mendengar jawaban orang asing tersebut.

"Aku Arkan, namamu siapa?" Arkan mengulurkan tangannya, ia tidak tahu ulurannya ke arah benar atau salah. Orang asing itu menjabat tangannya, ia menjawab, "aku Arion. Tapi panggil saja Langit." Arkan mengangguk mengerti, walau sedikit bingung sebetulnya. Untuk apa dia mengenalkan dirinya sebagai Arion tapi ingin dipanggil Langit?

Tatapan Arkan fokus ke depan, sedangkan tatapan Langit fokus pada Arkan. Netra hazel Arkan membuatnya kagum. Wajah Arkan dengan netra hazel tersebut adalah perpaduan yang pas.

"Langit, menurutmu hujan itu bagaimana?" Langit menatap hujan deras yang mengguyur kota Jakarta. Ia tersenyum sebelum berucap.

"Hujan itu indah. Hujan bisa menjadi tempat kita menangis, ia pandai menutupi air mata. Terkadang melihat hujan membuatku mengingat kenangan. Entah itu kenangan manis atau kenangan pahit." Arkan tersenyum mendengar ucapan Langit. Arkan selalu merasa tenang ketika mendengar suara hujan. Arkan suka sekali dengan hujan.

Keduanya diam, tidak ada yang mengeluarkan sepatah katapun sampai hujan berhenti.

"Sampai jumpa lain waktu." Itu adalah kalimat terakhir yang Langit katakan pada Arkan. []

HAPPY ENDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang