Arkan lagi-lagi terjebak hujan di halte dekat rumahnya. Padahal Arkan sudah lapar, pulang niatnya untuk makan. Kenapa hujan menghalangi Arkan makan, sih? Arkan terpaksa harus meneduh di halte tersebut. Baju Arkan sudah setengah basah, hujan semakin deras mengguyur kota Jakarta. Duh, bagaimana ini? Arkan ingin pulang, Arkan ingin makan.
Arkan memegang perutnya saat perutnya berbunyi. Ia menepuk pelan, kemudian berkata, "Sabar, ya perut? Nanti kita makan yang banyak kalau sampai di rumah."
Arkan mendengar suara tawa kecil dari sampingnya. Ia bingung, ada orang juga toh di halte? Arkan tersenyum tipis, mengucapkan 'hai' pada orang tersebut. Orang tersebut menghentikan tawa kecilnya, kemudian menyampirkan sesuatu di tubuh Arkan.
"Hujan sepertinya menyukai Jakarta akhir-akhir ini. Lain kali bawa jaket agar tidak kedinginan," ucap laki-laki di sampingnya. Arkan tersenyum semakin lebar. "Terima kasih sudah perhatian."
"Kamu lapar? Saya punya roti, sekadar untuk mengganjal perut." Laki-laki tersebut menyodorkan roti kepada Arkan. Arkan sempat kebingungan, sampai akhirnya laki-laki tersebut menaruh di tangan Arkan. Arkan memberikan senyum kotak khasnya. "Terima kasih lagi, harusnya tidak perlu repot-repot begini."
Laki-laki tersebut tersenyum melihat Arkan yang sedang makan. Arkan terlihat menggemaskan sekali saat mengunyah. Ia membersihkan selai cokelat di sisi bibir Arkan, lalu tertawa pelan. "Makan itu jangan berantakan." Arkan membuat ekspresi cemberut, disusul tawa oleh laki-laki di sebelahnya.
"Sepertinya takdir benar-benar suka mempertemukan kita, ya?" Arkan mengernyitkan dahinya, menelan kunyahan roti terakhir.
"Memangnya kita pernah bertemu sebelumnya?" Laki-laki tersebut lagi lagi tertawa. Ia mengusak rambut Arkan dengan lembut.
"Aku Arion, masih ingat tidak?" Bibir Arkan membentuk O. Iya, Arkan ingat dengan Langit. Laki-laki yang juga terjebak di halte dengannya beberapa hari yang lalu.
"Oh, Arion toh?" Langit mengangguk— walaupun ia tahu Arkan tidak dapat melihat anggukannya. "Saya bilang panggil saja Langit, kenapa Arion?"
Arkan tersenyum sebelum menjawab, "Biarkan, hehe. Biar berbeda."
Arkan itu... selucu ini, ya? []

KAMU SEDANG MEMBACA
HAPPY ENDING
Fiksi PenggemarYAOI [JINV]. Arkan berharap, kisahnya akan berakhir dengan bahagia. Namun, bagaimana kalau semua hanya sekadar harapan, bukan kenyataan? LOKAL! AU