Langit terlihat cukup cerah hari ini. tidak ada gerombolan awan hitam pekat yang menghalangi sang mentari. membuat sang mentari lebih leluasa menyombongkan cahayanya.Aku melihat sebuah jam melingkar di tangan kiri ku. Jarum kecil itu mengarah Tepat pukul delapan. Aku duduk di sebuah ruangan asing, lebih tepatnya aku berada di ruangan kepala sekolah.
Aku lihat bunda tengah mengobrol dengan dua orang. Terlihat dari segi fisiknya aku melihat seorang laki-laki bertubuh gempal. Dan hal yang menarik perhatian Ku adalah kepalanya begitu mengkilap hingga tidak ada rambut yang tumbuh di sekitarnya. Hal yang menjadi ciri khasnya juga adalah kumis tebal hitam yang memicu simpatik kengerian ku. Hal ini membuat ku merinding karena mengingatkan ku kepada ulat bulu. Huwaaaaa
Aku agak terkejut setelah mengetahui beliau adalah kepala sekolah ku.
Percakapan yang menghabiskan waktu 30 menit itu akhirnya usai. Bunda tersenyum kepadaku dengan memegang erat jemari ku.
"Jangan gugup ya sayang" ucap bunda sambil berbisik.
Kata-kata nya selalu saja menenangkan ku. Bagiku bunda adalah pengungkap ekspresi paling tepat. Lagi-lagi Bunda selalu saja bisa membaca ekspresi ku. Bahkan saat aku diam pun dia tahu.
Setelah itu aku melihat perbincangan kepala sekolah dengan seorang perempuan, yang sekarang aku ketahui dia adalah wali kelas ku. Perawakan Ibu Mina yang terlihat segar dan bugar karena dia masih muda. Mungkin usianya tidak jauh dari Abang Zayn sekitar 25 tahunan. Yang membuat ku kagum adalah Hijab lebar dan panjang yang hampir separuh menutupi badan beliau, ditambah kacamata bulat yang melingkar di bola matanya sangat cantik dan cocok.
Aku sangat menyukai hijab, tapi aku belum bisa berhijab. Mungkin someday aku bisa di berikan hidayah oleh Tuhan untuk bisa mengenakan hijab.
Aku melamun cukup lama, dengan mata tertuju pada Ibu Mina. Hingga pandangan dia tertuju pada ku.
"MasyaAllah ibu Mina Cantik ya"ucapku tanpa sadar dengan setengah berteriak.
Sontak saja aku menjadi pusat perhatian di ruangan itu, mereka serentak tertawa melihat tingkah ku.
"Inilah Khanza pak, Bu. Anaknya sedikit mengejutkan". Ucap bunda dengan malu-malu.
Aku hanya nyengir sambil menggaruk tengkuk ku yang tidak gatal.
***
Setelah beberapa menit berlalu. Aku di berikan instruksi mengikuti ibu Mina untuk pergi ke ruangan yang nantinya menjadi kelasku. Dengan malu-malu aku berjalan mengikuti Ibu Mina.
Terlihat beberapa siswa sedang mengikuti pelajaran olahraga di lapangan dan siswa lainnya terlihat sedang berkegiatan di luar. Beberapa mata tertuju padaku mereka melihat ku dengan berbagai persepsi di otak mereka. Mungkin karena aku murid baru dan terlihat asing, aku dengan mudahnya menjadi objek baru penglihatan mereka.
setelah berjalan melewati lorong dan keramaian kelas lainnya. Aku sampai tepat di depan ruangan yang nantinya menjadi kelas ku. Kelas MIPA 3
Terdengar ruangan kelas itu begitu gaduh. Namun, setelah melihat kedatangan Ibu Mina suasana kelas hening seketika. Aku masih berdiam diri d luar, memastikan baju ku rapih, dan memoles sedikit lipbalm agar wajahku tidak terlihat pucat.
"Pagi, Anak-anak. Kelas kita kedatangan teman baru loh" ucap Ibu Mina kepada Anak-anak intonasinya terdengar sangat energik di tambah ekspresi wajah ibu Mina yang memainkan simpati untuk menarik perhatian murid-murid nya itu.
"siapa Bu?"terdengar seorang murid laki-laki bertanya. Dan murid lainnya sepertinya setuju dengan pertanyaan yang di lontarkan temannya itu.
"Tapi, sebelum Ibu kenalin ke kalian. Kalian harus janji dulu ya. Kalian harus bisa welcome sama Khanza, terutama A-Tha-ya… setuju Athaya?" Ucap ibu Mina dengan nada yang menekan pada nama Athaya itu. Aku menduga-duga sepertinya dia laki-laki yang sering membuat onar di kelas ini. Aku harus hati-hati dengan laki-laki ini.
Setelah berbincang dengan muridnya. Ibu Mina memberi arahan agar aku masuk. Aku mengangguk dan menuruti arahan ibu Mina. Aku berjalan kedalam kelas dan mendapati diriku yang sedang berdiri di depan penghuni kelas ini.
Aku mengamati setiap sudut ruangan di sana pandangan orang-orang mengarah padaku. aku berusaha agar tidak gugup dan sebisa mungkin tersenyum.
"Hai, perkenalkan nama Aku Khanza,semoga kita bisa berteman dengan baik ya "kataku tak lupa aku tersenyum selebar mungkin.
"Kesan pertama itu harus baik ya za, jangan cemberut sebisa mungkin kamu harus terlihat ramah jika kamu ingin punya teman." Kata bang Zayn memberikan sebuah tips kepadaku. Aku hanya mengangguk.
"Ingat jangan biasakan nunduk terus,tatap matanya jika kamu lagi berbicara dengan orang lain...".
Katanya sembari memainkan rambut di kepalaku ada raut wajah sedih,dan kawatir disana.
"Tapi Abang percaya kamu bisa za"katanya lalu tersenyum kepadaku. Tidak lupa jurus andalannya mengacak-ngacak rambut ku.
Kulihat ibu Mina sedang berpikir dia mengamati bangku yang hampir semua terisi penuh.
"Emm Athaya kamu bisa kan turunin kaki kamu di kursi yang satunya lagi"kata ibu Mina dengan tersenyum.
"Pokonya kursi ini ga boleh bu "kata nya, lalu memandang sinis ke arahku.
"Athaya Malik "ucap ibu Mina dengan intonasi yang cukup jelas terlihat Sedikit marah.
Kulihat laki-laki bernama Athaya itu menurunkan kaki nya dari kursi dengan ekspresi datar.
"Silakan Khanza duduk di kursi sebelah Athaya" kata bu Mina tak lepas dengan sebuah senyuman yang mehiasi wajahnya.
Aku melangkah duduk ke arah kursi kosong itu yang tepat sekali di sebelah laki-laki bernama Athaya itu. Aku melirik ke arahnya tapi pandangannya lurus ke arah luar dengan ekspresi datar.
Tettttttt
Bel istirahat sudah berbunyi.Aku membuka isi tas ku dan membawa sebuah kotak pink dan botol minuman yang sudah bunda siapkan untuk makan siang.tadinya aku ingin bergabung dengan teman yang lain,tapi melihat teman sebangku ku hanya menelungkup kan wajahnya di atas meja aku mengurungkan niatku.
"Emm Athaya mau makan gak?"tanyaku padanya. tapi dia tetap tidak bergeming. Aku mencoba menggoyangkan tubuhnya. Dia mencoba mengangkat wajahnya. Aku melihat dahi nya mengkerut dan mengejamkan matanya dengan cepat. Lucu
"Apa sih lo?" Katanya sinis
"In...i udah istirahat,jadi aku bangunin kamu"kataku dengan suara seperti orang katakutan.
Dia mencoba membenarkan mimik wajahnya,lalu pergi melenggang ke luar.
Sabar za
KAMU SEDANG MEMBACA
TERJEBAK MASA LALU
Teen FictionTerimakasih untuk kesempatan mengenalmu,karena itu adalah sebuah kesempatan yang di berikan semesta untuk mengenalkan ku tentang apa itu Luka. Dan waktu pun membawaku pergi pada sebuah rasa,yang aku anggap itu Cinta. Untuk kamu,terimakasih Masa lal...