Part 43

15.6K 683 52
                                    

"Alvina Dayita Demestria " desis Dastan tajam.

"Alvina Dayita El Daka Deandra, itu lah nama yang sebenarnya" desis Dalvin tak mau kalah.

--

"Kau yakin, tak ingin tetap berada di rumah sakit?" tanya Darren entah untuk keberapa kali. Lagi-lagi dijawab hanya dengan gelengan lemah oleh Alvin.

Darren mendecak sebal dengan kekeraskepalaan gadis itu. Namun tangannya tetap mendorong kursi roda Alvin menuju rumah Eva. Tempat yang diinginkan Alvin.

Darren mengingat kembali pertengkaran mereka selama di mobil sampai tiba di rumah sakit.

Setelah sadar dari pingsannya, Alvin membulatkan mata kaget, kenapa ia bisa tertidur di pangkuan Darren. Karena seingatnya ia masih berada di pemakaman.

Namun ketika Alvin ingin berpindah menjadi posisi duduk. Darren menahannya dan malah makin mempererat pelukannya.

Alvin tak kuasa memberontak, karena tubuhnya mulai lemah dan tak bisa lagi berkompromi dengannya.

Perdebatan pun mulai terjadi saat mereka telah tiba di rumah sakit. Saat dokter datang ingin memeriksanya. Berkali-kali Alvin harus mendengar kata tidak dari Darren.

Darren selalu mengeluarkan protesnya kepada dokter yang memeriksa. Dari mulai terlalu tampan, terlalu imut, terlalu kurus, terlalu gendut dan kata-kata lain yang malah membuat Alvin makin sakit kepala.

Bahkan ia harus menunggu sekitar 1 jam, hanya untuk mendapatkan seorang dokter yang sesuai dengan kriteria dari Darren. Benar-benar gila..

Langkah Darren pun terhenti saat mendengar perdebatan yang berasal dari dalam rumah.

***

"CUKUP HENTIKAN" teriak Viona histeris. Saat dua pria yang tak lagi muda itu, ingin melanjutkan perkelahiannya.

Teriakan Viona, menarik perhatian keduanya. Hingga mereka memutuskan untuk membatalkan aksi saling baku hantam nya.

"Kalian berperilaku seperti anak kecil saja" geram Hugo marah.

"Kalian sibuk mengklaim Alvin sebagai putri kalian. Tapi apakah Alvin mau mempunyai ayah yang seperti ini?" tanya Hugo.

Hugo melangkah mendekati keduanya. Jari telunjuknya menunjuk wajah mereka secara bergantian.

Wajah pertama yang ia tunjuk adalah wajah Dastan. "Kau bersikap seakan akan, kau memang menyayanginya tapi kau malah menyakitinya".

"Dan kau Dalvin" lanjutnya. Jari telunjuknya mengarah pada Dalvin.
"Kau mengklaim ia sebagai putrimu. Ketika ia sudah dewasa. Mengapa kau sekarang begitu yakin ia putrimu? Apa kau telah melakukan tes DNA?" tanya Hugo. Yang ditanya hanya terdiam.

"Kalian berdua tidak menyayangi nya...". Sebelum Hugo selesai melanjutkan ucapannya. Alvin malah seenaknya dengan santai memotong ucapan Hugo.

"Kalian hanya menganggap ku sebagai sosok yang mirip dengan ibuku, benar bukan?" ucap Alvin dengan nafas yang sedikit sesak. Ia telah bangkit dari kursi roda tanpa sepengetahuan Darren. Karena Darren terlalu fokus pada drama yang tengah disuguhkan di depan matanya.

Badan Alvin kini bersandar pada salah satu tiang yang berada tak jauh darinya.

"Alvin" ucap mereka dengan serempak

"Kenapa bajumu sangat basah seperti ini sayang" ucap Viona yang dengan langkah anggun mendekati Alvin.

Tak ada lagi tatapan manja yang diperlihatkan oleh Alvin. Justru sebaliknya Alvin tersenyum miring.

Lost Time (Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang