"Mr. Warren. Anda begitu mendadak sekali datang. Kami bahkan belum siap untuk menyambut kedatangan anda". Ucap seseorang yang tiba-tiba mendekati Warren dengan begitu akrab. Dilihat dari seragamnya saja dan jumlah bintang dibahunya. Sudah dipastikan jika ia merupakan komisaris kepolisian.Warren mendengus dan berkata sinis. "Kau sudah pikun ternyata. Anak buahmu yang membuat ulah dengan mengusikku".
"Benarkah itu?. Tapi kami hanya memanggil gadis ini, Warren" ucap orang yang memiliki jabatan komisaris dengan tangan yang menunjuk Alvin.
"Mengusiknya. Sama saja dengan mengusikku bodoh. Ia orang kepercayaanku" tukas Warren menggeram marah.
Ia juga melangkahkan kaki mendekati komisaris itu. Komisaris itu terdiam di tempat. Sedikit tertekan, akan aura yang dikeluarkan oleh Warren.
"Aku menyumbang pajak paling besar setiap tahun, aku juga berdonasi cukup besar dikepolisian. Bahkan sebagai warga negara yang baik, aku juga membantumu memberikan informasi mengenai penjahat-penjahat yang masuk dalam daftar buronanmu" ucapnya tajam.
Komisaris itu bergerak gelisah. Sedikit melonggarkan dasi yang terasa makin mencekiknya. Ia tak menyelidiki lebih jauh bahwa saksi yang akan mereka periksa. Memiliki hubungan cukup dekat dengan Warren. Siapa yang tak mengenal pria dihadapannya ini.
Hanya orang bodoh yang tak mengenalnya. Wajahnya sering menghiasi televisi dan majalah bisnis terkemuka. Ia juga mendapatkan julukan sebagai orang terkaya saat ini, dengan total kekayaan yang hanya akan membuat kepalanya geleng-geleng dan bertanya-tanya darimana ia bisa mendapatkan uang sebanyak itu.
Dan yang paling penting dari semua itu adalah anak buah Warren sering membantu kepolisian dalam memberantas kartel mafia narkoba di kota ini.
Warren menatap tajam polisi itu lalu melanjutkan ucapannya. "Kau menodai kepercayaanku, Sir. Dan kau sangat membuatku kecewa".
"Maafkan saya, apakah kalian berdua butuh privasi untuk berbicara. Silahkan... ruanganku terbuka dan sangat privasi untuk pembicaraan kalian" ucap komisaris itu dengan cepat dan terbata. Dipikirannya saat ini, hanya berpikir bagaimana menjaga jarak dari Warren.
Warren memasukkan kedua tangannya dalam saku. "Baiklah. Mengapa kau tidak menawarkan sedari tadi. Aku pegal berdiri terus". Warren, Alvin, Leon dan komisaris itu berjalan melewati lorong yang cukup panjang untuk sampai diruangan yang akan menjadi tempat mereka berbicara.
Sepanjang perjalanan, memori Alvin seakan kembali terbuka tak sengaja. Karena tak banyak yang berubah dari tempat itu. Ia bahkan masih bisa mengingat dimana ia duduk. bagaimana ia dipaksa dan dibentak hingga Badannya lagi-lagi bergetar hebat.
Leon yang menyadari itu lalu menggenggam tangan Alvin. Menguatkan. Sekaligus memberikan kehangatan padanya.
"Menunduklah. Aku yang akan menjadi matamu" ucap Leon pelan.
Alvin tak banyak membantah. Ia langsung menundukkan kepala. Dan mempererat genggamannya pada Leon.
Tak terasa, mereka telah sampai di ruangan itu. Setelah komisaris itu mempersilahkan mereka bertiga masuk. Dan langsung pamit undur diri untuk menjaga privasi mereka.
Tak hanya sang komisaris, Leon pun seperti mengerti situasi. Ia juga pamit undur diri dan berkata akan menunggu di depan pintu saja.
Warren dan Alvin pun duduk saling berhadapan di sebuah sofa kulit berwarna hitam. Tak ada waktu untuk melihat-lihat bagaimana ruangan kepolisian yang tak pernah ia kunjungi. Karena Warren langsung menyimpan tas nya dihadapan mereka.
"Kau membuatku kesal karena tak bisa menghubungimu seharian" ucap Warren membuka obrolan.
"Maafkan saya Sir". Alvin hanya tertunduk hormat pada atasan nya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Time (Completed )
RomanceJangan lupa follow dulu ya Biar tau klo update ---- Highest Ranking [#1 in whatsnew ] [#3 in billionare (26/12/19)] [#1 in 21] [#4 in roman (24/02/20)] [#1 Rich (14/03/20)] [#1 Sedih] Saat dia memutuskan untuk hidup mandiri, Nada meyakinkan diri ba...