Part 51

15.6K 662 65
                                    


Kikan mulai duduk di kursi yang sudah disediakan. Raut wajahnya dibuat semanis mungkin namun menyimpan banyak rencana - rencana indah yang terselubung.

Menyilangkan kaki jenjangnya dengan sikap anggun. Tak lupa juga tangannya ikut disilangkan di depan dada. Matanya menatap tajam. tatapan yang hanya tertuju pada satu orang. Siapa lagi kalau bukan Nadia.

"Peserta nomor 44" panggil salah satu panitia diantara mereka. Merasa dipanggil gadis itu pun langsung memasuki area catwalk. Melenggak lenggokan tubuhnya dan berjalan sehati-hati mungkin dengan heels 15 cm miliknya.
Setelah selesai terdengar tepuk tangan yang riuh dari para penonton.

Kikan yang duduk di tengah. Diapit diantara para pria sebelah kanan kirinya. Hanya mengangkat sebelah alisnya saja saat penampilan Nadia telah usai. Ia terlihat tak tertarik sama sekali dengan pemandangan di hadapannya.

"Perkenalkan namamu" ucap pria yang berada di sisi kiri Kikan dengan nada yang terdengar sedikit genit. Kikan melirik pria itu tajam. Spontan pria itu pun langsung menunduk takut, tak tahan dengan pandangan yang diberikan Kikan.

Gadis itu tersenyum manis lalu menjawab dengan lemah lembut "Nad....".

"Mundur" potong Kikan tiba-tiba. Nadia yang kaget dengan teriakan Kikan spontan bergeser.

"Ckck.. Aku menyuruhmu mundur. Bukan bergeser" Kikan berdecak kesal.

"Cantik saya kelewatan yaa, maka nya disuruh mundur" Nadia mencoba berkelakar.

"Badanmu memenuhi layar kamera" jawab Kikan sinis. Tapi mengundang gelak tawa orang-orang yang menyaksikan ajang itu.

"Ma..af" cicit Nadia dengan muka sedikit memerah. Malu ditertawakan.

"Lanjut" Kikan mengkode Nadia untuk melanjutkan perkenalannya yang terpotong tadi.

"Nama saya Nadia Val.."

"Valak?" potong Kikan kembali.

"Valkor Demestria" desis Nadia melanjutkan perkenalannya. Ia sangat kesal. Sampai-sampai ia mengetatkan rahangnya, menahan kekesalannya.

Kikan beroh ria. " Oh.. Pelakor" sambil memanggut manggutkan kepalanya ke atas ke bawah.

"Val..Kor" Nadia berusaha memperbaiki ejaan penamaannya.

Memutar mata malas. "Whatever.." Kikan mengangkat bahu acuh.

Pria di sisi kanan Kikan hanya menggelengkan kepala melihat perdebatan keduanya. Lalu memfokuskan kembali pada Nadia.

"Jadi apa motivasi kamu mengikuti ajang ini?" tanya pria itu.

"Untuk bisa terkenal" jawab Nadia dengan tingkat kepercayaan tinggi.

Kikan mendengus lalu kembali menimpali "Kau hanya perlu telanjang lalu berlari mengitari kota New York, kau pasti langsung terkenal. Tak usah repot-repot mengikuti audisi seperti ini"

Nadia mulai geram dengan sikap menyudutkan yang sangat kentara dari Kikan. "Dengan cara baik-baik... Dengan jalur yang benar".

"Kau sedang tersesat? butuh petunjuk untuk mencari jalur yang benar? Aku sarankan perbarui saja gps mu. Mungkin gps mu terlalu usang" jawab Kikan dengan wajah dibuat secuek mungkin.

Sudah cukup. Tak tahan dengan sikap Kikan. Nadia pun melayangkan protesnya.

"Kikan bisakah kau tidak bersikap bar-bar?" pinta Nadia

Kikan melirik ke kanan, lalu ke kiri, ke belakang dan balik lagi ke depan. Jari telunjuknya menunjuk ke wajahnya " Aku? Ish.. Tidak.. Bisa.. Siapa yang kau suruh itu. Ingat disini aku jurinya. Aku yang menentukan nasibmu" ucap Kikan berbangga diri dan tersenyum meremehkan.

Lost Time (Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang