Kekacauan Tak Terbendung

14.1K 1.3K 463
                                    

Update tengah malam biar uhuyy!

//koreksi bila ada typo, ya!//

◇◇

Sebuah mobil hitam baru saja diparkirkan di basement. Tak lama kemudian, seorang lelaki keluar dari mobil tersebut. Lelaki tersebut berjalan di sekitar area parkiran, terlihat tengah mengecek sesuatu.

.

.

Brian mengusap-usap layar ponselnya, mengecek ada aplikasi apa saja yang tersedia disana. Setelah sedikit beradaptasi, ia menggosok permukaan kaca ponselnya dengan hati-hati.

"Lo udah bersihin layarnya dua puluh kali. Belum cukup?" Rangga berkata, terdengar sedikit tak senang.

Brian memandang sinis. "Kenapa? Masalah? Masih baru, nih, jadi harus dirawat baik-baik."

"Dulu waktu gue beliin hp, kenapa layarnya langsung pecah? Padahal baru 3 hari." Rangga memangku dagunya dengan bosan. Entah kenapa ia sedikit cemburu dengan ponsel barunya Brian. Pasalnya sejak tadi perhatian Brian hanya tertuju pada benda mati tersebut!

Brian bersenandung ria, tak menghiraukan ucapan Rangga. "Membeli hp pake duit sendiri rasanya beda. Kayak ada manis-manisnya gitu," ucap Brian dengan gembira.

Di balik raut biasa sajanya itu, Rangga tengah dibakar api cemburu. "Lo kok sampe bisa kecopetan, sih? Habis ini hati-hati, jangan sampe kecopetan lagi!"

Brian menyodorkan tangannya, menatap sambil tersenyum dengan deretan gigi yang rapi. "Pinjem hp."

Untuk sesaat, Rangga hanya diam menikmati senyum Brian yang jarang diekspos. Sejujurnya itu lebih baik daripada melihat Brian menggeram padanya seperti kucing liar.

Begitu Rangga meminjamkan ponselnya, Brian langsung membuka kontak dan menyalin beberapa nomor yang penting baginya ke ponsel. Rangga hanya duduk memperhatikan Brian sambil menyesap kopinya dalam diam.

Menggulir layar ponsel milik Rangga beberapa kali, Brian lalu menemukan sesuatu yang mencurigakan. Ia otomatis menatap Rangga dengan mata yang sengaja disipitkan. "Lo nge-save nomor bokap gue?"

Rangga mengangguk menyiakan.

Brian sedikit memajukan tubuhnya. Ia kemudian berbisik menyelidik, "Ada hubungan apa lo sama bokap gue?"

"Hubungan calon menantu dan calon mertua. Lo gak perlu tau." Rangga menyeringai kecil, menggoda pemuda di depannya denga tatapannya.

Brian mengernyitkan alisnya, lalu mendengus. "Apa sih?!" Brian mengalihkan pandangannya, lalu mengambil kopi hangatnya sambil sedikit menggerutu untuk menyembunyikan rasa malunya. Diam-diam, ia pun kembali melanjutkan kegiatan menyalin nomornya yang sedikit tertunda tersebut.

Hari sudah gelap. Di jalanan yang cukup ramai, Rangga membonceng Brian dengan kecepatan yang sedang agar perjalanan mereka menjadi nyaman. Pemandangan perkotaan saat malam juga cukup indah untuk dilewatkan dengan cepat. Brian berpegangan pada pinggang Rangga sambil memandangi gedung-gedung tinggi yang berlalu dengan cepat.

Salah satu tangan Rangga melepas stang motor, kemudian menggenggam tangan milik pemuda di belakangnya."Tangan lo dingin," ujarnya. Ia menggosoknya beberapa saat, lalu menarik kedua tangan Brian ke dalam jaket yang ia kenakan.

"Eh?!" Brian sedikit kaget. Tubuhnya tertarik dan tersandar pada punggung lebar milik Rangga.

Rangga menatap melalui kaca spion. Raut Brian terlihat cemberut, namun Rangga masih bisa melihat Brian yang malu-malu di sana. Anak ini ternyata belum terlatih untuk menyemunyikan perasaannya yang sebenarnya. Ia terkekeh. "Biar anget. Peluk yang kenceng, ya!"

TROUBLEMAKER 2 ; Brian Azriel [END] [E-BOOK] [Buku Fisik]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang