Tamu Yang Tak Diundang

23.6K 2.1K 271
                                        

Ospek yang melelahkan akhirnya berakhir. Brian sekarang bisa bebas lagi dan bisa melanjutkan sisa liburannya dengan tenang. Setelah mendiskusikan beberapa hal kecil bersama, Rangga dan Brian pun membereskan kamar kos dan membawa beberapa barang mereka ke apartemen.

Brian begitu semangat, bahkan ia tak bisa menunggu sampai pagi. Ia benar-benar telah meyingkirkan rasa lelahnya setelah pulang dari kampus dan segera mengemas barang-barangnya.

Kembali bisa melihat apartemen Rangga, Brian merasa telah lama tak kembali ke sana. Ia membuka sepatunya dan menaruh barang-barangnya. Saat ia membuka tas, Rangga menghentikannya.

"Lo mandi dulu aja. Pasti lo gerah, kan?" Rangga menarik tas itu.

Brian terkekeh kecil. Ia memukul pelan punggung Rangga. "Ehehe, perhatian banget," ucapnya. "Atur yang rapih, ya," dengan itu, Brian pun masuk ke kamar mandi. Mood-nya sangat bagus, ia bahkan sampai menggelar konsernya dalam kamar mandi. Suaranya terdengar sampai ke luar.

Mengatur pakaian di dalam lemari, Rangga menangkap nyanyian Brian. Rangga sedikit terpukau. Baru kali ini Rangga mendengar anak itu bernyanyi. Ia harus jujur, suaranya benar-benar bagus. Dengan rasa penasaran, Rangga pun mendekatkan diri ke pintu kamar mandi. Ia memasang telinganya dengan baik untuk mendapatkan hal langka ini.

Tubuh yang segar keluar dari kamar mandi. Brian merasa baru saja dilahirkan kembali. Tetesan air dari helain rambutnya yang pendek terjatuh ke lantai. Tubuh bagian atasnya terekspos begitu saja. Putih dan mulus, membungkus tubuhnya yang ramping. Brian sendiri tak mengerti. Ia sudah mencoba latihan untuk membesarkan badan, namun ia tetap saja terlihat ramping. Mungkin ini karena ukuran tulangnya yang memang kecil.

"Lo ternyata jago nyanyi, ya?" Rangga datang dengan membawa pakaian untuk Brian. Ia menaruh pakaian itu di atas tempat tidur.

Brian itu adalah orang yang tak bisa dipuji. Hidungnya akan memanjang 10 centi dan dagunya akan naik sampai ke langit. Ia terkekeh sombong. "Asal lo tau aja, gue ini punya suara emas. Kalo gue jadi musisi, Justin Bieber pun bakal kalah!"

Rangga mengelus dagu. Alisnya bergerak, pura-pura berpikir. "Gue baru sadar. Pantesan desahan lo bagus banget. Anu gue sampe tegang mulu kalo lo ngedesah!" Raut Rangga tiba-tiba jadi mesum. Ia melihat ke arah Brian dengan tatapan lapar.

Sebuah kemoceng lalu terbang ke arah Rangga.

Brian mengambil pakaian yang disiapkan Rangga, pura-pura tak mendengar apapun yang diucapkan Rangga barusan. Ia bertingkah agak kesal untuk menyembunyikan rasa malunya.

Duduk dengan tenang di pinggir tempat tidur, Rangga mengambil waktunya untuk melihat Brian memakai pakaiannya. Entah kenapa, ia tak pernah bosan untuk melihat tubuh ramping itu bergerak di depannya. Ah, gawat. Celananya mulai sesak lagi.

Malam itu, mereka berencana untuk makan di luar. Mereka memilih restoran cina yang tempatnya agak jauh. Niatnya sekalian jalan-jalan. Brian juga ingin menebus 1 minggunya yang melelahkan selama ospek.

"Buka aja topinya, Brian," ucap Rangga. Mereka sekarang sedang menunggu pesanan di meja mereka.

Brian mendecih kecil. "Gak usah."

"Buka aja."

"Ga mau!"

"Tapi gue suka liat kepala botak lo." Tangan Rangga bergerak untuk menggapai topi yang dikenakan Brian. Sayangnya Brian sudah lebih dulu menjauh.

"Minggir, ah! Cerewet banget, sih?!" kedua alis Brian bertaut sebal.

Rangga terkekeh kecil melihat bibir yang sedang kesal di sana. Rasanya ingin sekali melahap benda itu.

TROUBLEMAKER 2 ; Brian Azriel [END] [E-BOOK] [Buku Fisik]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang