Brian datang pagi-pagi sekali. Ia tak ingin terlambat lagi dan mendapatkan hukuman seperti kemarin.
Pagi ini begitu damai dan tenang. Brian berusaha sebisanya untuk mengikuti arahan dari depan. Mood-nya lumayan bagus hari ini. Tapi begitu ia melihat satu sosok yang baru saja muncul di depan sana, wajahnya langsung jatuh ke tanah. Garis-garis kekesalan muncul di wajahnya.
Ngapain dia datang lagi?!
Oh, iya. Dia kan panitia ospek... Lupa gue.
Brian membuang muka. Ia tak ingin melihat wajah Rayhan sepagi ini.
"Nah, kalo gini kan rapih," Rayhan berkata.
Brian menoleh, tiba-tiba saja Rayhan sudah ada di depannya. Kepalanya diusap tanpa izin. Dasinya juga dikencangkan tanpa persetujuan. Brian mendesis, memberi wajah garang. "Apaan, sih?!"
Brian benar-benar muak. Melihatnya sedekat ini, membuat Brian ingin menggosokkan tai sapi ke wajahnya. Seenaknya sekali orang itu menyentuhnya!
Rayhan mendengus, sedikit mengangkat ujung bibirnya. "Heh, lo galak banget," ucapnya pelan.
Tatapan sinis diluncurkan. "Balikin HP gue!"
Reyhan menatap Brian sebentar. Sambil menimbang-nimbang, ia menatap sekitar. Belum ada aba-aba baru dari depan dan barisan masih belum berubah. Ia kembali ke Brian. "Kalo gue balikin sekarang, gue takut lo bakal mainin HP lo selama ospek. Jadi, kita ketemu sehabis ospek buat balikin HP lo, setuju?" ucap Rayhan. Sebelum ia pergi, ia mengulurkan tangannya. Ia bermaksud untuk mencubit pipi mahasiswa baru itu, namun Brian lebih dulu menghindar.
Rayhan sedikit terkejut dengan respon yang diberikan anak itu.
Galak banget, tu anak. Kayak kucing hutan.
Seharian ini, Rayhan tak bisa menghilangkan matanya dari mencari keberadaan maba bernama Brian itu. Setiap memberi arahan, matanya sesekali tertuju pada Brian. Tak ada alasan lebih. Ia hanya ingin memastikan kalau anak itu tak membuat masalah.
"Eh! Maba botak yang di pinggir sana!" Reyhan berteriak dari depan.
Semua maba laki-laki lagi botak, btw.
Menyadari kalau ia ada di barisan paling pinggir dan suara dari depan mengarah padanya, Brian pun memberi perhatian ke depan.
"Di mana perhatian lo?! Yang lain lagi yel-yel dan lo cuman bediri kayak patung!" Rayhan berkata tegas. "Sekarang lo berdiri di depan, tunjukin bagaimana gerakan yel-yel-nya!"
Brian membeku.
ANGJENG, KENAPA GUE LAGI?!
.
.
Sekolah masih libur.
Pemuda yang sedang asik bernapas itu sibuk mencari posisi yang nyaman di sofa. Sejak pagi, tak ada hal lain yang lebih berarti yang ia kerjakan. Ia terus berputar di tempat yang sama, tak pernah berhenti sampai ia kembali ke posisi awal sebelum melakukan hal ini dari awal lagi.
Iyok tak bisa lagi menanggung penderitaan ini. Saat ia berdiri dari kemalasannya, ia baru sadar kalau kepalanya sangat sakit. Ia juga belum mandi sejak pagi.
Iyok mewek. "Mama...." ucapnya, lirih. Sayangnya Ibu dan Ayah Iyok sedang pergi ke acara sunatan tetangga. Iyok jadi tak bisa mengeluh ke orang tuanya.
"Gio...." Iyok mulai mencari pertolongan. Karena tak ada jawaban, Iyok mulai menyeret kakinya. "Gio...."
Sampai di kamar, ia tak menemukan orang yang ia cari. Hatinya makin sedih dan semangat hidupnya turun drastis.
KAMU SEDANG MEMBACA
TROUBLEMAKER 2 ; Brian Azriel [END] [E-BOOK] [Buku Fisik]
Fiksi Remaja(GAY 18+) Brian Azriel mendapat karma. Setelah masa-masa mengganggu murid lain di SMA-nya berakhir, kini ia mendapat gangguan yang sebenarnya dari salah satu senior di kampus. Awal kuliahnya seharusnya baik-baik saja... tapi orang itu selalu muncul...