"Daerah ini!" Seru Rana. "Dan tebak apalagi, gue udah menyelidiki beberapa sekolah didaerah ini juga dan ternyata didalam sekolah mereka juga terjadi terror kayak gini!"Buset, rasanya tadi dia bilang baru saja dapat kabar, eh tau-tau sudah riset. "E.. Ran, kok lo niat banget sih.."
"Harus dong! Soalnya gue merasa teror ini berhubungan sama siswi yang jatoh kemaren.." Kata Rana.
Terdengar keheningan menyusul pernyataan itu. Aku selalu ingin tahu bagaimana cara mengatakan, 'Rana, dugaan lo kayaknya kelewatan deh' tanpa melukai perasaannya yang sehalus pantat bayi itu.
Pertama, kita nggak tahu kebenaran berita-berita itu lantaran seperti yang tadi mereka bilang, ini hanya kabar dari mulut ke mulut alias kabar burung. Kedua, jikapun benar ada teror, pasti yang disasar adalah sekolah-sekolah yang mentereng. Pelita Internasional serta Lasiodora jelas termasuk dalam kategori itu. Sementara sekolah yang separuh sawah ini, lewat deh! Jadi mungkin saja siswi yang jatuh kemarin benar-benar murni kecelakaan atau memang bunuh diri karena gamon. Aku bahkan akan memilih faktor gamon ketimbang teror jika hanya dua hal itu yang disandingkan. Soalnya, nggak mungkin banget!
Disamping itu masa iya seorang penjahat meninggalkan surat setiap kali mencelakai orang? Terlebih lagi semua kejahatan itu masih berada dalam daerah yang sama. Itu mah sama aja dengan bilang 'hei gue habis nusuk si A, loh! Tangkep gue ya dirumah nanti hari minggu!’
Konyol banget.
Namun.. Sekalipun teror Daman itu benar terbukti, aku harus tetap menyangkalnya. Jika Neru atau Neri atau salah satu anggota Daman terdeteksi berada disekolah ini, Eksekutor akan berdatangan dan memindai setiap murid dan staff disini. Dan itu artinya kurang lebih: tamatlah riwayatku.
"Tapi Ran, kita kan sama-sama tau ngga ada surat ato apalah tadi yang kalian sebutin di teror-teror itu.." Sahutku memecahkan keheningan.
"Lebih tepatnya kita ngga tau surat itu ada atau ngga. Inget ngga siapa yang pertama kali nemuin mayat korban?" Balas Rana.
"Heh! Orangnya belum mati tau!" Sela Arcee.
"Oo, iya iya.." Kata Rana.
"Emangnya siapa yang nemuin?" Tanyaku.
"Aduuh, Ryl, kudet banget sih! Lo kan preman sini masa gatau apa apa.." Komentar Budiman.
Sialan.
"..yang pertama kali nemuin tuh Pak Leo guru piket!" Kata Rana.
"..tapi kok aneh ya ngga ada yang denger pas anak itu jatoh.." Sahut yang lain.
"Tuh apa gue bilang, Ran. Kalo emang anak itu dicelakain pasti minimal dia tereak-tereak dulu.." Kataku.
Tapi Rana tetap ngotot, "Gimana kalo yang ngedorong dia itu seseorang yang dia kenal?"
"Kalo gitu berarti pelaku teror itu orang dalem dong?" Balasku.
Tiba-tiba sepotong suara dingin menyela pembicaraan kami, "Ada apa ini?"
Bu Nani, guru (killer) bidang kesiswaan yang merangkap antek-antek Pak BP si guru BK berdiri diambang pintu kelas. Ah, sial, aku mencium bau surat skors.
Suasana kelas senyap seketika.
"E-eh.. Bu Nani, a-anu, Bu.." Gagap Arcee.
"Anu apa? Teror apa yang kalian maksud?" Tanyanya tajam.
Hening. Duh, berabe ini urusannya!
"Saya dapet info dari temen saya yang sekolah di Lasiodora, katanya mereka dapet teror beruntun, Bu" akhirnya Rana berbicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
UMBRA
Science FictionDalam dua minggu belakangan ini sekolah-sekolah menengah di Jakarta diwarnai kejadian berdarah. Penikaman yang terjadi di SMA Lasiodora, murid SMA Pelita yang kecelakaan di Climbing Wall dan seorang siswi yang jatuh dari lantai dua sekolahku. Bebe...