02. Lipan

82 12 1
                                    

Story By: Chris Kalfani

Keyakinan, tempat, organisasi, dan kejadian dalam cerita ini hanyalah fiksi belaka.

02. Lipan

Suara jarum jam terdengar nyaring pada malam yang sepi. Harum stroberry dan pinus bercampur memenuhi seluruh ruangan. Kilau cahaya bulan yang masuk melalui celah tirai membuat wajah laki-laki yang tengah duduk seperti memancarkan silau keperakan.

Wajahnya tanpa ekspresi, matanya kosong seperti tidak ada kehidupan di dalamnya. Kakinya ia silangkan dengan punggung yang sangat lurus ketika duduk. Bulu matanya yang panjang berkibar ketika berkedip, menggelitik siapa pun yang melihatnya. Alisnya yang halus seperti aliran sungai terlihat tegang bila dilihat dengan teliti.

Titik-titik keringat yang muncul di sekitar dahi dan juga leher yang muncul ketika terjaga, mulai mengering. Tangan kanannya menyugar rambut yang mulai jatuh menutupi dahi, mengungkapkan fitur wajah seperti bangsawan. Dia elegan dengan segala unsur yang ada di dalam tubuhnya.

Ketika laki-laki tersebut menatap ke luar jendela, wajahnya berubah menjadi tidak menyenangkan. Matanya yang kosong secara tiba-tiba memperlihatkan vitalitas, itu bersinar penuh dengan kebencian.

Seperti merasakan kebencian laki-laki tersebut, bulan dan bintang yang sejak tadi menghiasi langit malam mulai tertutupi awan hingga langit menjadi gelap gulita tanpa satu pun setitik cahaya. Tetapi walaupun begitu, laki-laki itu tampaknya lebih suka melihat langit yang gelap.

Tiba-tiba, kilasan mimpi membanjiri kepalanya.

"Yang mulia, Anda harus menghukum mati menteri itu dan juga seluruh orang yang berhubungan dengannya. Dia harus bertanggung jawab atas semua dosa-dosanya. Bagaimana mungkin dia berani membunuh seluruh keluarga mertua Anda dan para bangsawan yang mendedikasikan hidupnya untuk negeri ini."

Angin berhembus membuat rambut panjang laki-laki itu berterbangan dan sesekali menutup matanya yang penuh dengan niat membunuh.

Langit malam yang penuh bintang tampak tentram tidak seperti keadaan di bumi. Bau amis dan busuk bercampur dengan keringat. Jeritan manusia yang meminta pengampunan menggema di seluruh aula eksekusi. Namun laki-laki dengan rambut yang berterbangan itu masih saja diam.

Keadaan yang penuh kontradiksi itu membuat orang awam merasa sangat terkecik, hingga mereka tidak tahan lagi dan muntah. Langit yang indah dengan manusia yang satu-persatu mati cukup menjadi pemandangan yang akan terukir selama ratusan tahun kemudian.

Hingga seorang algojo mulai menghampiri laki-laki itu. Dia sudah cukup menderita ketika melihat semua orang yang pernah dengan setia bekerja dengannya mati dengan tidak hormat. Ketika matanya bertemu dengan algojo, dia menghela napas. Sudah saatnya dia pergi membawa semua dendam ini.

Ketika dia mendongak untuk melihat terakhir kalinya orang yang membuatnya seperti ini, laki-laki tersebut memberikan senyuman yang penuh dengan kebencian. Dia tidak akan pernah melupakan mata dingin yang memandangnya tanpa hati ketika dia mati.

Sebelum laki-laki itu dipenggal kepalanya, dia mendengar Permaisuri Raja berteriak penuh dendam.

"Aku bersumpah, bahkan ketika kau bereinkarnasi kau akan tetap membayar dosa-dosamu. Dan aku akan terus menuntut pengampunanmu sampai kapan pun."

Baekhyun mengalihkan pandangannya dari langit malam ketika mimpi-mimpi itu masuk ke dalam ingatannya. Dia meminum segelas alkohol untuk meredakan kegelisahannya.

Dia tidak ingat dengan jelas sejak kapan memimpikan hal-hal seperti itu. Kematian karena dipenggal kepalanya terasa sangat nyata dan Baekhyun tidak menyukai perasaan itu.

GAHARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang