Story by: Chris Kalfani
Karakter, tempat, keyakinan, dan peristiwa dalam cerita ini adalah fiktif. Kemiripan dengan kejadian sebenarnya adalah kebetulan
O7. Keong
"Bapak Presiden, sungguh saya tahu kalau Anda masih muda dan pasti ingin memiliki waktu luang sendiri. Tetapi setidaknya bawalah pengawal, jangan asal ke luar saja sendiri."
Kyungsoo selalu menjadi sosok paling tenang dari sekian banyak orang yang dikenal Chanyeol. Awalnya dia senang memiliki Sekretaris Negara yang tenang dan pintar. Tetapi ketika Chanyeol semakin lama mengenal sekretarisnya itu, dia merasakan lagi yang namanya ditegur seorang ibu ketika membolos les.
"Aku hanya bertemu dengan Kakek," jawab Chanyeol tenang. Dia benar-benar sudah terbiasa dengan omelan Kyungsoo atau bahkan kabur dari kediamannya sendiri.
"Saya mendapatkan laporan dari pengawal Anda bahwa Anda pergi tanpa pemberitahuan apa pun. Setidaknya jika Anda ingin pergi, bilanglah terlebih dahulu agar seluruh staf tidak panik."
Chanyeol menghela napas, menutup dokumen di hadapannya kemudian menatap Kyungsoo. "Sungguh aku hanya pergi mengunjungi Kakek."
"Tetapi bahkan Anda tidak memberi tahu istri Anda sendiri."
"Sekretaris Do."
Sekarang giliran Kyungsoo yang menghela napas. "Saya mengerti. Tetapi tidak ada lain kali lagi hal seperti ini terjadi."
Chanyeol tersenyum, tidak mengatakan apa pun atas perkataan Kyungsoo. Lagipula dia tidak mau berjanji untuk kabur lagi. Menjadi presiden tidak pernah menjadi pekerjaan yang mudah, dan pekerjaan yang tidak mudah ini sungguh kaku.
Setidaknya Chanyeol harus memiliki waktu luang sendirian tanpa seorang pun stafnya yang mengawasi. Dia tidak ingin tercekik dengan semua pengawal yang mengikutinya. Seperti tidak memiliki privasi sama sekali.
Kyungsoo menyerahkan setumpuk dokumen setelah membacakan jadwal Chanyeol untuk hari ini. Dia kemudian membungkuk dan ke luar dari ruangan.
Sambil berjalan ke halaman belakang gedung itu, Kyungsoo mengeluarkan ponselnya. Laki-laki dengan bibir berbentuk hati itu menatap beberapa pengawal yang jauh darinya kemudian menempatkan ponsel di telinganya.
"Presiden Park hanya mengunjungi Tuan Tua di kediamannya. Saya tidak bisa mengecek CCTV di tempat itu dank arena otoritas beliau. Dia juga sempat memberikan nomor pribadinya pada Tuan Arshavin."
"Apa dia sudah memutuskan untuk memilih G&Arsh?"
"Saya belum yakin, Tuan."
"Kau benar-benar tidak berguna."
Setelah kalimat tidak mengenakkan itu, panggilan telefon ditutup secara sepihak membuat Kyungsoo meremat ponsel. Harus sampai kapan dia melakukan ini?
Sedangkan Chanyeol menatap sekretarisnya itu dari balik jendela ruangan. Wajahnya tampak tenang, dia pun sudah menebak siapa yang dihubungi sekretarisnya itu di jam kerja seperti ini.
Hal itu sudah berjalan sejak lama. Bahkan jauh sebelum Chanyeol menikah dengan Haeun. Dia tidak ingin mengekspos hubungan Kyungsoo dengan mertuanya itu. Walaupun kadang-kadang membuatnya jengkel. Tetapi bila mertuanya itu mulai curiga dengan Baekhyun, dia harus bertindak cepat atau lambat.
Laki-laki dengan satu lesung pipi itu mengambil ponselnya dan mengetikkan nomor yang sudah dia hapal di luar kepala. Pada sambungan pertama, panggilan Chanyeol langsung diangkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAHARA
أدب الهواةChanbaek: Gahara Situasi kita persis seperti masa lalu bahkan ketika dunia berubah begitu hebatnya. Enigma tentangmu, kesialanku yang sekali lagi jatuh untukmu, sakit hati dari masa lalu yang menggempur hatiku. Kau---Park Chanyeol---bahkan kematian...