Mint chocolate chip untuk Kirishima dan oreo cheesecake untuk [Name]. Berteduh dari sengatan matahari dengan melahap es krim ampuh untuk mengusir panas.
"Misal kamu tidak memerdekakan diri, apakah kamu akan sekolah di UA?" tanya Kirishima.
"Pasti. Tapi tidak mengambil kelas pahlawan." [Name] mengambil bagian yang mencair, "Kenapa?"
Kirishima mengusap tengkuk belakangnya.
"Tidak apa. Aku hanya memikirkan alternatif lain."
"Yah, semisal kita bertemu karena UA, aku yakin jalan ceritanya berbeda."
Memikirkan alternatif-alternatif itu membuat Kirishima merasa bersyukur karena berada dalam satu dari sekian milyar kemungkinan pertemuan seperti ini. Karena bisa saja dia tidak bisa sedekat ini jika bertemu lewat sekolah.
"Tapi, hei, kau tidak ada niatan kembali ke rumah?"
[Name] mengerjapkan permata hijaunya.
"Kalau harus, aku punya alasan apa?"
Kirishima memegang kotak es krim dengan satu tangannya, sedang tangan yang lain digunakan untuk mengacak rambut si gadis.
"Mengapa harus khawatir begitu? Kau kan anak mereka...."
"Uuh, Kirishima, kau tahu yang namanya harga diri tidak, sih?"
"Hm, gengsi?" Sudah benar sampai di sini. "Aku pernah dengar ilmu parents-children relationship. Teori itu mengungkapkan alangkah lebih baik jika seorang anak yang lebih dahulu bersikap manja untuk meluluhkan hati orangtua."
[Name] menatap sangsi.
"Lagipula," Kirishima melanjutkan omongannya, "bahaya untuk perempuan yang memiliki mata seindah ini untuk tinggal sendirian." Jemari Kirishima berakhir menyetuh dahi [Name].
[Name] memalingkan badannya ke arah lain. "Oke, oke. Aku akan beli soft lens setelah ini!"
.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
