B.{bab 15}

194 62 3
                                    

Jangan bodoh karena harta
Seberapa lama anda mencari dan seberapa banyak harta yang anda miliki, jika Tuhan berkehendak waktu 1 menit akan cukup untuk ayam jago merah melahap semua harta bahkan nyawa
Nike Tia Ayunda

✍✍✍

Rangkaian-rangkaian dan ritual-ritual telah selesai alm ayah Mara lalui. Tentunya dengan adat dan tradisi masing-masing. Berhubung ayah Tamara seorang muslim, maka alm ayah Tamara akan di kuburkan di TPU Muslim

Setelah selesai di kebumikan, warga dan pak polisi segera pergi kerumah masing masing. Untuk pak polisi kembali bekerja dan menuntaskan persoalan keluarga Tamara

Tinggalah Tamara dan Valdyo seorang. Tamara mulai menangis kembali. Valdyo menenangkan dan bernapas dengan pelan
Tamara memegang patok sang ayah

"Yaah, Tamara udah maafin ayah kok. Ayah yang tenang ya di sana. Disini Tamara bakalan selalu menjaga adik Tamara seperti menjaga diri sendiri. Tamara pamit ya ayah" Di usapnya air mata yang kini berhenti berjatuhan, sebelum Tamara dan Valdyo benar-benar pergi, mereka tersenyum ke arah kuburan sang alm.ayah

✍✍✍


Hari demi hari berganti, dan Tamara memulai aktifitasnya dengan biasa. Setelah pulang bekerja Tamara menyempatkan diri untuk ke rumah sakit tempat adik Tamara dirawat.

Kondisinya kian membaik. Dan sepertinya saat ini di perbolehkan untuk pulang. Tidak perlu menjelaskan banyak tentang siapa itu Tamara.

Ternyata adiknya sudah mengetahui dirinya, bocah tersebut bernama Nendiwa Anjasemara, umurnya sudah 10 tahun dan sama sekali belum di sekolahkan oleh ayah dan ibunya.

Dan hasil otopsi Alm ayah tamara sudah keluar. Ternyata selama ini ayah Tamara di sakiti dan tak di beri makan oleh sang ibu tiri. Dan iblis tersebut pun telah di beri hukum pasal berlapis-lapis

Kehidupan baru seorang Tamara Audry Cantika pun di mulai. Ia tak sendiri. Sekara ia mempunyai tanggung jawab untuk menyekolahkan adiknya. Berkat bantuan mbak dinda, mbak cinta dan valdyo. Tamara imsaallah mampu.

'Bismilah' Kata Tamara dalam hati

✍✍✍

Adzan subuh mulai memanggil-manggil umat muslim untuk segera menyempatkan diri bersujud kepada sang maha kuasa.
Setelah kejadian beberapa hari kemarin, Tamara mulai giat untuk beribadah kepada sang Maha Pencipta. Tak lupa mendoakan Alm. Ayahnya dan seluruh orang yang ia cintai.

"Diwa, bangun. Ayok kita beribadah" Tamara membangunkan Diwa untuk di ajak sholat subuh berjamaah di mushola

"Iya kak" Jawab Diwa lempeng. Mungkin nyawanya belum terkumpul sempurna

Tamara sangat senang karena Siwa adalah anak penurut dan baik. Tidak nakal seperti anak-anak seumurnya

"Diwa bisa wudzu?" Tanya Mara memastikan

"Ya bisa dong kak, abah selalu ajarin diwa cara beribadah yang baik, walaupun abah tidak pernah beribadah. Kasihan kak, abah selalu di pukuli amak" Jawab Diwa mulai sedih

Tak inggin Diwa kembali mengingat masalalu nya yang kelam, Tamara menyudahinya dengan segera mengajak Diwa wudzu dan berangkat ke masjid

TamaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang