1. Awal

13 1 0
                                    


'Sebuah alasan yang kutunggu, alasan dimana kamu menghilang. Disaat aku mulai sayang.'
-Shanne Ayune Soeharno-

●●●

"Selamat ulang tahun. Maaf aku pergi. Lagi, tanpa pamit sama kamu"
"Hidup aku masih baik-baik saja, tanpa ada kamu di dalamnya." Lanjutnya, nampak memelas namun sangat menusuk hati.

"Sampai akhirnya aku pergi pun kamu masih belum memikirkan perasaanku. Harus bagaimana lagi aku mengatasi semuanya?, sampai mati pun kamu tidak akan pernah paham," walaupun sakit aku harus mengatakannya agar semuanya jelas hingga akhir.

"Bukan belum memikirkan tapi tidak akan pernah, ingat hanne aku menganggapmu hanya teman." Sekali lagi, sangat sakit.

"Maaf." walaupun aku sudah tahu bahwa akhirnya akan begini, tetap saja sangat sakit.

Shanne menatapnya dengan sumbang dan lelaki itu hanya menatapnya dengan raut datar. Perlahan tercipta serpihan-serpihan kecil di sekelilingnya kemudian membawa tubuh lelaki jangkung itu melebur bersama derasnya hujan di malam hari.

Semuanya selesai, bahkan sampai salah satu diantaranya pergi.

•••

"Arghh..." teriakan Shanne terdengar di lantai 2 rumahnya, membuat Abang dan Mbaknya berlari kearah kamar adik mereka.

Shanne Ayune Soeharno, seorang remaja kelas 11 di SMA Adijaya Bandung, memiliki pribadi yang ceria, lincah, pelupa, dan bergairah.

"Kenapa dek? lo mimpi itu lagi?" Gara bertanya setelah sampai dikamar Hanne.

Bryanne Gara Soeharno namanya, mahasiswa teknik semester 5, satu fakultas dengan Bara.

"Dek tenang dulu, istighfar.." Caca menenangkan sembari memeluk adik kecilnya,

Sakrani Caca Soeharno, sangat lembut namun galak setelahnya. Bekerja di perusahaan Fashion dan Desain, memiliki toko butik 'Soeharno fashion' dekat dengan kampus Hanne dan abangnya.

"Masih sama tentang itu?" Timpal Gara setelah berhasil sampai,

Barastian Gara Soeharno, kembaran sama bang Gara, sifatnya sangat mirip, hanya satu yang membedakan mereka yaitu Bang Bara punya tahi lalat di dekat alis, yang membuatnya terlihat lebih manis. Sedangkan Bang Gara memiliki alis kiri yang sedikit terpotong.

"Bang, mba, bahkan gua masih merasa sakit setelah bertahun-tahun, bahkan hanya dalam mimpi gua takut untuk liat dia." Hanne berujar dengan ketakutan yang kentara,

"Yaudah sekarang ambil wudhu, terus salat minta sama tuhan apa yang kamu inginkan untuk kedepannya" Caca memberi saran, dan menyuruh kedua adiknya untuk pergi keluar kamar.

Saat kembali tenang, Hanne beranjak dari kasur menuju toilet untuk mandi dan mengambil air wudhu dan melaksanakan salat subuh.

•••

Jam telah menunjukan pukul 06.00 WIB yang berarti satu jam lagi Shanne harus berngkat ke sekolah

"Woi monyet bangun, lo jadi ke sekolah gak?", Bara membangunkan adiknya yang masih menyelami dunia mimpinya itu.

Shanne yang merasa tidurnya terganggupun akhirnya bangun dengan ogah-ogahan,

"Iya jelekk gua sekolah ini, udah sana keluar mau ganti baju," usir Shanne

"Udah cepet gua tungguin di bawah ama Bryan," tambahnya kemudian keluar dari kamar shanne dengan membanting pintu dengan kesal, Shanne yang melihat abangnya kesal hanya bergidik.

•••

Shanne menuruni tangga di rumahnya dengan terburu-buru, takut telat pikirnya

"Bang ayok berangkat, nanti gua telat woi!" Shanne berbicara sangat keras membuat keluarganya yang sedang duduk di ruang tv terkejut lalu menoleh kepada pelakunya, yang dilihat hanya memasang cengiran bodoh andalannya.

"Hehehe maap, Shanne lupa kalo masih ada Ibu sama Bapak," Shanne menghampiri keluarganya yang sedang bersiap-siap untuk pergi kerja dan kuliah.

Ayah Shanne berdiri untuk berangkat ke kantor nya, disusul ibunya yang bersiap untuk pergi ke toko kuenya di dekat kantor ayahnya, sedangkan Caca pergi ke butiknya.

Mereka semua akan melakukan kegiatan masing-masing sampai sore kemudian akan berkumpul saat malam, walaupun masing-masing hanya bertemu sebentar namun keluarga mereka sangat harmonis dan tentram.

"Bapak sama ibu berangkat duluan ya, kalian juga cepetan berangkatnya nanti telat," ibu Shanne berjalan kedepan rumah diikuti ketiga anaknya dan suaminya.

"Iya Caca juga berangkat jangan lupa kunci pintu ya Bray," Bryan menganggukan kepalanya, Caca mencium tangan kedua orang tuanya kemudian memasuki mobilnya dan pergi dari halaman rumah mereka.

"Ibu sama Bapak berangkat ya sayang," ibu shanne mencium kening shanne kemudian menyusul suaminya yang sudah di dalam mobil.

"Hati-hati bu, pak!" teriak Shanne saat ayahnya mulai menjalankan mobilnya.

"Yang terakhir kunci pintu sama gerbang", Bryan berucap kemudian berlari meninggal Shanne dan Bara yang kebingungan ke mobil mereka, sedetik kemudian Shanne ikut berlari meninggalkan Bara dan masuk ke mobil.

"Bang kunci pintu yaa," cengirnya yang membuat bara mengangkat jari tengahnya, Bryan dan Shanne yang melihat hanya tertawa.

"Kuy berangkatt, telat ni gue", Shanne panik saat Bara baru memasuki mobil, segera Bara menjalankan mobilnya menuju sekolah Shanne dengan kecepatan yang tinggi.

•••

"Bang gua sekolah dulu ya," kedua abangnya mengangguk, Shanne keluar dari mobil lalu berjalan memasuki sekolahnya.

"Belajar yang bener ya cintaaa!" Bara berteriak membuat orang yang melihatnya dan mendengarnya deg degan, seolah Bara sedang menyemangati mereka,

Shanne menoleh lalu mengacungkan jari tengahnya, sebab dia geli jika abangnya seperti itu.

•••

TBC

jangan lupa vote and komennya biar makin semangat nulisnya,



jangan lupaa juga yaa follow penuliss

salam,

jeberka.

Bila nantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang