Y

12.2K 2.1K 162
                                    

Kali ini, Baekhyun bersyukur dia sudah tidak memiliki kelas yang harus didatangi lagi. Maka, jika ia tidak pergi ke kampus, itu bukanlah suatu masalah. Tubuhnya berbaring miring. Menghadap tembok kamar. Ujung telunjuk lentik menyentuh tembok dingin itu pelan. Lalu, menarik tangannya untuk diletak di sisi wajah.

Setelah mengirim pesan pada Chanyeol bahwa ia tidak bisa ke apartemen pria itu selama beberapa waktu, ponselnya pun ia matikan. Dalam hati, merasa bersalah. Semalam, ia meminta Chanyeol untuk menunggu. Namun, ia mengingkari hingga menyebabkan pria itu harus menghujam ponselnya dengan puluhan pesan dan telepon.

Baekhyun tidak bisa.

Dia.. tidak bisa bertemu dengan Chanyeol dalam keadaan seperti ini.

Posisi tubuh, diubah menjadi telentang. Sudah beberapa jam semenjak pesan itu terkirim. Chanyeol pasti khawatir sekali. Turunnya mood milik pria itu akan berimbas pada orang-orang fakultasnya yang akan terus digalaki hari ini.

Embusan napas kembali keluar.

Tubuhnya beranjak duduk. Semalam, pertama kalinya ia memutuskan untuk melawan. Dan akhirnya malah semakin parah. Selimut disibak. Telapak kaki menyentuh langsung lantai dingin. Langkahnya tidak lebar. Berhenti di depan cermin.

Sudut bibir kanannya sedikit sobek dan memar. Juga pelipis kiri yang membiru. Dan goresan memerah di dahi karena tak sengaja terkena kuku Ayahnya. Oh, di rahang kanannya juga memar. Baekhyun rasa itu karena terkena jam tangan. Pantas saja rasanya ada yang berdenyut semalam.

Ini kali pertama, bagian wajah ikut terkena imbas. Biasanya hanya pipi yang memerah karena tamparan. Suasana hati Ayahnya sedang buruk. Ada masalah di kantor. Lalu, Baekhyun pulang malam tanpa tahu dari mana dan akan pergi kembali. Apalagi, putra satu-satunya itu memang jarang pulang ke rumah semenjak masuk ke bangku kuliah. Akhirnya, mereka cekcok.

Biasanya, Baekhyun hanya akan diam jika Ayah marah. Tapi, semalam, Baekhyun sudah lelah dengan perilaku orang tua tunggalnya itu. Dan melawan, ternyata hanya membuat segalanya semakin memburuk.

Sipit itu melirik jam dinding yang telah menunjuk waktu tengah hari. Helai karamel disisir ke belakang. Kemudian, memutuskan untuk keluar kamar karena perutnya berbunyi minta diberi makan.

Dia tidak bisa memasak. Kemampuannya tidak berkembang. Sejak dulu hingga sekarang, Baekhyun hanya bisa memasak mie instan dan telur, juga nasi. Jika ia nekat memasak yang lain, bisa-bisa dia mati keracunan atau malah memberantakan dapur. Dan Baekhyun sedang tidak ingin merepotkan diri sendiri.

Pintu depan diketuk.

Dahi Baekhyun berkerut.

Lalu, ketukan berubah menjadi gedoran.

"Baekhyun!"

Itu suara Junmyeon.

Ah, Baekhyun tidak bisa membiarkan Junmyeon melihat keadaannya yang seperti ini. Tidak ada satu pun orang yang boleh melihatnya.

"Baek! Kalau kau tidak segera membuka pintu, aku akan mendobraknya!"

Baekhyun melangkah mendekati pintu. Telapak tangan menyentuh benda keras yang menghalangi mereka itu.

"Aku serius! Aku harus membalas dendam karena kau melaporkan hal palsu pada Chanyeol!"

"Pulanglah, Junmyeon. Kalau mau membalas dendam, nanti saja."

Lalu, hening.

"Baek, mundur."

Baekhyun kembali mengernyit, "Apa?"

"Mundur! SEKARANG!"

Kakinya sontak melangkah ke belakang. Tepat setelah langkah keempat, pintu rumahnya dipaksa membentang terbuka. Mengeluarkan suara debuman keras hingga Baekhyun terperanjat.

Sipitnya membola. Tercengang. Kaget. Pintu rumah rusak. Kemudian, ia mendongak. Menatap si pelaku perusak.

"..Chanyeol."

TampangBaekhyunCantik

[2] PANGERAN [ChanBaek][SELESAI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang