TIGA-MIRELA'S LIFE

199 36 10
                                    

Tiga

Mirela menatap ke arah papan tulis dengan pandangan bosan, sudah lima belas menit berlalu sejak bel yang menandakan jam istirahat telah berakhir, tetapi guru yang akan mengajar belum masuk. Mirela pikir di sekolah elit seperti ini tidak ada guru yang telat masuk kelas, ternyata dugaannya salah.

Kaela menoleh ke belakang karena ingin mengajak Mirela bicara, lima belas menit ia habiskan hanya untuk bermain game di handphonenya dan rasa bosan sudah menghampiri Kaela.

"Lo beruntung karena gurunya telat masuk," kata Kaela.

Mirela diam selama enam detik, bingung bagaimana harus membalas ucapan Kaela.

"Memangnya kenapa?" tanya Mirela setelah menemukan balasan yang cocok untuk ucapan Kaela tadi.

Kaela tersenyum senang karena Mirela menjawabnya, ia pikir Mirela tidak akan merespon ucapannya. "Gurunya galak banget, kalau ngasih tugas juga nggak pernah sedikit."

Mirela mengangguk saja lalu menatap ke depan kelas karena seorang cowok yang baru datang. Mirela menunjuk ke arah depan dengan dagunya pada Kaela yang tidak sadar ada orang yang baru datang.

"Teman-teman tenang dulu," ucap cowok itu seraya menaikturunkan tangannya, mengisyaratkan agar teman-temannya diam.

"Sekarang kita free class karena guru fisika kita ada kemalangan."

Sontak satu kelas langsung heboh, mereka bersorak dan bertepuk tangan. Namun Mirela menghela napas, hari pertama masuk ke sekolah ini dan langsung mendapat free class.

"Diam! Diam! Kalian malah senang kalau guru kita dapat kemalangan," kata cowok yang masih berdiri di depan kelas tersebut.

Kehebohan di dalam kelas sudah mulai berkurang mendengar ucapan tersebut, beberapa di antaranya ada yang menyengir karena merasa canggung.

"Yaudah, gue belum selesai ngasih infonya. Ada tugas yang dititipin."

Sebagian besar dari isi kelas tersebut mengeluh mendengar ada tugas meskipun guru yang bersangkutan tidak hadir.

"Yaudah, tugasnya apa?"

Mirela menoleh ke samping kanan untuk melihat siapa yang bicara, seorang cowok yang sepertinya tidak banyak tingkah.

"Soal-soal di buku paket halaman 105-120, dari nomor 1 sampai 100. Harus siap hari ini juga karena nanti dikumpulkan setelah pulang sekolah."

Punggung yang tadinya Mirela sandarkan langsung tegak mendengar tugas yang diberikan. Apa ia tidak salah dengar? Mirela memang suka belajar dan juga mengerjakan soal-soal, tetapi tidak langsung seratus soal juga.

Lagi-lagi keluhan kembali terdengar di sekitaran Mirela, setidaknya keluhan mereka telah mewakilkan isi hati Mirela.

"Kalau gitu mending nggak usah free class, tugasnya lebih capek."

Mirela setuju dengan keluhan itu.

"Mirela, lo udah dapat bukunya?" tanya Kaela yang sudah kembali menghadap ke belakang.

"Belum sempat gue ambil," jawab Mirela yang langsung merasa panik, kalau tidak ada buku, bagaimana ia akan mengerjakan tugas ini? Jika sekarang Mirela ke koperasi, apa waktunya masih cukup untuk mengerjakan soal-soal itu? Lagipula dia tidak tau di mana letak koperasi.

"Yaudah, pakai buku gue aja, mau nggak?"

Mirela mengangguk dengan cepat, tentu saja dia mau. Ternyata Kaela memang baik dan untuk hari ini, Mirela menganggap Kaela adalah pahlawannya.

Kaela berdiri lalu memutar kursinya untuk menghadap ke belakang, setelah itu meletakkan buku paket yang cukup tebal ke meja Mirela.

"Lo bawa kertas double folio, nggak?"

Mirela menggeleng. Dia tidak bawa, tidak kepikiran juga kalau kertas itu akan digunakan. Kaela membuka tasnya dan mengeluarkan plastik bening yang isinya kertas double folio. "Gue bawa banyak, soalnya sering dipakai, besok jangan lupa bawa, ya."

Kaela memberikan lima lembar kertas kepada Mirela. "Makasih ya, Kaela."

Mirela mulai mengerjakan soal-soal tersebut, memang cukup sulit, tetapi bisa mengerjakannya setelah membaca materi secara singkat. Kaela juga mencoba mengerjakannya, tetapi hanya bisa mengerjakan beberapa soal dan akhirnya melihat jawaban Mirela.

"Iya, nggak apa-apa."

Itu jawaban Mirela saat Kaela bertanya apa ia boleh melihat jawaban di kertas Mirela karena tidak tau harus bagaimana mengerjakannya. Jika ini di sekolah lamanya, maka Mirela tidak akan mengizinkan, Kaela sudah memijamkan bukunya dan memberikan kertas, Mirela sadar diri untuk tidak pelit pada orang yang telah membantunya.

Dari sekitarnya Mirela bisa mendengar keluhan karena tidak bisa mengerjakan soal-soal itu, bahkan ada yang menggunakan handphonenya untuk searching, tetapi tidak menemukan jawaban yang diinginkannya.

"Buku ini dibuat sama guru mata pelajaran yang bersangkutan, tiap tahun diganti. Soal-soalnya juga dibuat sendiri sama gurunya, makanya nggak bisa dapat hasilnya meskipun udah searching," kata Kaela.

"Kalau sebelum-sebelumnya, gimana cara kalian ngerjainnya?" tanya Kaela di sela-sela menghitung jawaban menggunakan kalkulator.

"Liat jawaban Gavin, ada juga yang pasrah, jawab seadanya gitu."

"Gavin?"

Kaela menunjuk ke arah kirinya yang berarti di sebelah kanan Mirela. "Gavin itu yang lagi fokus nulis."

🍁🍁🍁

Revisi: Selasa, 4 Juli 2023

MIRELA'S LIFE [Selesai] RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang