From 2020 [Part 1]

609 64 0
                                    

"Aku berani sumpah, aku tidak tidur dengannya ayah." ucap Tzuyu membela diri.

"Sudah cukup pembelaanmu. Sudah musnah kepercayaan ayah padamu. Malam ini juga beresi barang-barangmu! Besok kau harus segera berangkat ke New York!" Titah tuan Chou kemudian berlalu.

"Ayah aku mohon, percayalah. Aku benar-benar tidak tidur dengan Mingyu. Jangan percaya kata Lisa, dia berbohong." ucap Tzuyu mengikuti langkah kaki ayahnya.

"Bagaimana bisa aku tidak mempercayai sahabat yang sangat kau sayangi itu disaat sudah ada bukti bahwa kau tidur dengan pria itu. Ayah kecewa Tzuyu!"

"Aku dijebak Ayah. Aku benar-benar tidak tahu apa-apa saat itu."

"Sudahlah, ayah butuh waktu sendiri." tuan Chou menepis tangan anaknya kemudian hilang dibalik pintu

Tzuyu menangis, tak di sangka ayah dan ibunya rela mengirim anak bungsunya ke New York. Lebih menyesalkan lagi ketika mereka tidak percaya apa kata Anak sendiri. Mereka lebih mempercayai mulut sahabat, oh tidak! Mulut orang terkutuk seperti Lisa.

Tzuyu menghapus air matanya. Itu hanyalah hal tak berguna! Jadi tdak perlu di tangisi. Sekarang ia harus mengemasi barang-barangnya karena besok ia harus menempuh hari baru, tempat baru, orang-orang baru pula.

Sesampainya di kamar, Tzuyu menangis sejadi-jadinya. Hal tidak berguna apanya? Tidak mudah bagi seorang Tzuyu melupakan itu semua. Saat di mana ia di fitnah oleh salah satu orang yang paling ia percayai.

Baju-baju yang seharusnya di lipat rapih dalam koper malah dibuang-buang sembarangan. Matanya bengkak dan merah, rambutnya berantakan dan air matanya kini tidak lagi menetes. Mungkin sudah habis karena hampir 8 jam gadis jakung itu menangis tanpa henti.

Jam menunjukan pukul 07.00 KST. Itu berarti Tzuyu tidak tidur sama sekali dan beberapa jam lagi ia sudah harus melakukan penerbangannya ke New york. Demi apapun Tzuyu tidak ingin saat ini terjadi. Tzuyu ingin hilang kemana pun asalkan ia terjauh dari masalah ini.

"Tzu..." ucap seseorang dari balik pintu kamar Tzuyu, "...Aku masuk." ucapnya lagi.

"Astaga Tzuyu, apa yang terjadi?" kata Kyulkyung kakak Tzuyu terkejut.

Tzuyu tidak menjawab, ia malah tertidur sambil menyelimuti dirinya. Kyulkyung menggeleng kemudian membereskan pakaian adiknya dan memasukannya ke dalam koper.

"Tzu, barang-barangmu sudah kakak kemas. Kau hanya tinggal mandi dan bersiap"

"Kak, aku tidak tidur dengannya. Kau percaya kan padaku?" Tanya Tzuyu masih dengan posisi menyelimuti seluruh tubuhnya.

"Iya, aku percaya."

"Tapi kenapa mereka tidak?"

"Tzu, kau tahu kan setiap manusia itu berbeda. Kakak yakin mereka pasti percaya padamu hanya saja masih ada sedikit keraguan, masalah ini terlalu besar untuk diterima oleh hati dan pikiran Tzu."

"Tapi kenapa mereka setega itu mengirimku hingga ke New York? Apa aku sekeji itu di mata mereka sehingga tidak ingin melihatku lagi?"

"Hei, apa yang kau bicarakan? Tentu tidak! Mereka mengirimmu karena ada alasan tertentu. Kakek yang memintanya, sudah hampir setahun kakek menanyakan kapan seorang dari kita akan ke sana. Dan kau jawabannya."

"Begitukah?" Tanya Tzuyu dan dijawab anggukan oleh Kyulkyung "...tapi rasanya aneh."

"Ini perintah ayah, dan apa yang diperintahkan beliau selalu menjadi yang terbaik bagi anak-anaknya."

"Baiklah." ucap Tzuyu keluar dari persembunyiannya kemudian memeluk erat Kyulkyung.

"Kukira, aku akan sangat meridukan nasehatmu ini."

➖➖➖

Tzuyu menarik koper penuh sticker-nya itu menuju ruang tunggu Incheon internasional airport. Wajah sedihnya itu terus melekat hingga pesawat yang ia naiki lepas landas.

Tzuyu tidak habis pikir, bagaimana bisa tidak ada satu sanak saudaranya pun yang mengantarnya ke bandara. Orang tuanya saja tidak. Bahkan saat perpisahan di rumah tadi, ayah dan ibunya sama sekali tidak memasang wajah sedih. Hanya kakaknya Kyulkyung yang betul-betul mengeluarkan air mata. Ia tidak tahu apakah setelah ia tidak ada di rumah orang tuanya akan menangis ataukah bahagia. Mungkin saja mereka mengadakan pesta besar atas kepergiannya.

Pesawat yang dinaiki Tzuyu sudah berada tiga puluh ribu kaki di atas permukaan air laut dan sudah 12 jam lamanya Tzuyu berada di dalam pesawat dengan tujuan New York itu.

Awalnya Tzuyu biasa saja, tidak ada perasaan takut atau apapun, karena bukan hanya sekali Tzuyu menggunakan pesawat ke luar negeri, yah walau ini pertama kalinya bagi Tzuyu pergi seorang diri.

12 jam berlalu dan pesawat yang ditumpangi Tzuyu terbang dengan baik tanpa ada kendala sedikit pun hingga akhirnya pesawat tersebut memasuki awan hitam, sangat hitam. Bahkan suasana di dalam pesawat menjadi gelap, lampu yang sejak tadi padam dan menyala tidak jelas menambah suasana mencekam. Ditambah lagi pesawat yang berguncang hebat.

Jangan tanya betapa histerisnya penumpang yang mencapai 500 orang itu termasuk Tzuyu. Banyak yang menangis, berdoa dan bahkan ada yang memarahi para pramugari/pramugara padahal itu adalah kehendak alam.

"Ya Tuhan, jika ini akhir dari hidupku, aku ikhlas... tapi jika aku diberikan kehidupan kedua aku tidak ingin menjadi Chou Tzuyu yang seperti ini lagi." begitulah kira-kira doa dari Tzuyu.

Pesawat semakin berguncang dan keseimbangannya berkurang membuat kehisterisan para penumpang menjadi-jadi. Para petugas pesawat dan pramugari berusaha menenangkan disaat mereka sendiri masih shock dengan apa yang dialami.

Tzuyu mual, pusing, dan sangat ketakutan. Apa tujuannya ke New York hanya untuk mati? Terlalu sia-sia untuknya. Ia bahkan belum pernah bertemu kakek yang selalu diceritakan ibunya itu.

"Tzuyu aku mohon bertahanlah, kau tidak akan mati disini aku yakin." batin Tzuyu menguatkan hingga akhirnya keadaan menjadi gelap total. Tzuyu sudah tidak sadarkan diri, ia pingsan.

➖➖➖

"Kau sudah siuman?" Itu kalimat pertama yang Tzuyu dengar begitu kesadarannya kembali.

Matanya mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan intensitas cahaya dalam ruangan tersebut.

Tzuyu tidak seperti orang dalam drama yang akan bertanya-tanya dimana aku?  Begitu siuman. Ia tahu betul saat ini ia berada di rumah sakit. Ia bisa melihat infus, obat-obatan, terlebih lagi dokter yang sedang tersenyum kearahnya.

Yang ia pertanyakan adalah kenapa dan bagaimana ia bisa ada di sini? Rumah sakit atau apalah itu.

"Kau sudah siuman?" Pertanyaan itu lagi dan Tzuyu tidak suka pertanyaan itu. Baginya itu adalah pertanyaan terbodoh yang pernah dilontarkan. Apa dia tidak bisa melihat kalau Tzuyu sudah siuman? Kenapa harus bertanya lagi? Bodoh!

Tzuyu mengangguk terpakasa, dari pada pria aneh yang berdiri disamping dokter dengan senyum bodohnya itu terus-terusan bertanya.

➖➖➖
*TBC*

Taetzu FF Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang