Kue Nastar

15 0 0
                                    

Sebentar lagi Hari Raya tiba, hari kemenangan kita semua setelah menjalani Ramadhan selama satu bulan. Sungguh kebahagian bagi kita semua masih diberi kesempatan menikmati Ramadhan yang penuh berkah dan berharap masih dipertemukan lagi di tahun-tahun berikutnya.

Seperti biasa, beberapa tahun belakangan Rain sedang giat-giatnya belajar membuat kue nastar dan seperti biasa Fatir mempunyai peran sebagai tester food. Ini sudah menjadi nastar yang kesekian setelah banyak revisi dan Fatir tetap bilang itu enak! Entah hanya ingin menyenangkan Rain atau memang sungguh enak, hanya Fatir dan Tuhan yang tau.

Kali ini Fatir tak ingin hanya menjadi tester food tapi juga sebagai marketing dan pelanggannya Rain.

"Aku order 10 toples ya Rain buatkan yang paling enak dari tangan-tangan ajaibmu" kata Fatir

"Hah 10? Banyak banget, kamu ngga lagi bercanda kan atau sedang menghiburku?" Ujar Rain tak percaya

"Memangnya aku ada kelihatan bercanda? Ini enak sungguh, aku mau kasih ke mba dan masku pasti mereka suka. Lagi pula kalo 1 toples aku ngga rela bagi-bagi hehe"

"Dasar kamu ya pelit, yakin nih 10?"
"Yakinlah, makanya aku pesen banyak kan"
"Baiklah.. segera ku buatkan yang paliiiiing enak!"
"Good job chef" puji Fatir

H-7 lebaran Rain sudah menyelesaikan nastar pesanan Fatir. Tahun ini Rain dapat pesanan nastar paling banyak dibanding tajun-tahun sebelumnya, itu cukup membuat Rain senang paling tidak sejauh ini ada sesuatu yang dia buat dan bermanfaat.

"Lebaran ini kamu kemana?" tanya Fatir

" Aku ngga kemana-mana, paling main ke rumah Pakde sama silahturahmi ke tempat teman. Kamu?" ujar Rain

" Tenang, aku juga sama, ngga kemana-mana disini aja sama kamu" jawab Fatir dengan santai. Raina hanya menatap Fatir heran.

-***-

Hari raya pun tiba.
Di malam hari ke-2 Rain dan Fatir bertemu untuk silaturahmi dengan teman-teman mereka, tak terasa sudah larut dan Fatir mengantarnya pulang mengiringi Rain dari belakang untuk pertama kalinya Rain mengajaknya mampir bukan menawarkan, "Mampir dulu yuk, sekalian lebaran sama orang rumah nanti ku buatkan minuman hangat" kata Rain.

"Terimakasih Rain, tapi ini sudah larut malam nanti mengganggu lain waktu saja" Fatir menolak dengan wajah yang tidak seperti biasanya.

"Baiklah.. Kamu hati-hati dijalan kabari aku jika sudah sampai dan salam untuk keluargamu ya" Rain tidak memaksa hanya saja masih memikirkan wajah yang tak biasa tadi, seperti ada yang disembunyikan.

Keesokan harinya Raina mendapat pesan dari temannya. "Rain, Fatir mau pergi kemana?" 
Raina membalas "Maksudmu pergi?" dengan bingung dan penuh tanya. "Iya tumben, Fatir ada buat status di airport mau mudik ya?". Buru-buru Rain melihat status yang dibuat Fatir, benar! Tapi semalam dia tidak bicara apapun soal ini, bukan kah dia bilang ngga kemana-mana? Kenapa dia ngga bilang.. (gumam Rain dalam hati). Rain membalas singkat "aku ngga tau".

Apakah ini ada hubungannya dengan wajah yang tak biasa itu tadi malam. Akhirnya Rain memberanikan bertanya tapi dia merasa jawabannya akan melukainya, entah apa.

"Kamu mau pergi kemana?" pesan dikirim ke Fatir

Setengah jam kemudian balasan dari Fatir diterima.
"Mau silaturahmi ke tempat Pakde sekalian mampir Rain, calon Ibu mertua sudah menanyakan"

Tak sampai Raina membuka pesan itu hanya muncul di layar notifikasi. Raina terdiam. Apa maksudnya? Hatinya seketika pilu menatap layar handphone miliknya. Benar saja, jawaban itu entah kenapa amat melukai hatinya.


Desember dan LukanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang