Prolog

22 0 0
                                    

Hari yang dinanti pun datang.
Hati yang sunyi pun guncang.

Raina hanya bisa termenung menatap hujan dari balik kaca ruang perawatan salah satu rumah sakit. Dalam hati berkata lirih  "lihatlah aku saat ini, tak henti menangisi apa yang bukan menjadi takdirku. Mengasingkan diri dari kenyataan yang belum juga bisa aku terima. Sampai kapan aku seperti ini? Sampai kapan!" matanya mulai basah, telapak tangannya tak kuasa menahan air mata yang semakin deras.

"Sudah cukup, lupakan semuanya! Kau harus bangkit karna kau kuat, percayalah ini bukan akhir dari segalanya." dia terus membujuk dirinya untuk tetap kuat dia sudah lelah bertengkar dengan dirinya sendiri.

Setelah esok tiba, setelah semua kabar bahagia itu datang, tak ada lagi pengaharapan segala atasnya melangit, semua kenangan tentangnya harus dibumikan dalam-dalam.

"Sebenci apapun kita pada perpisan, perpisahan itu fitrah.
Kita pasti akan berpisah". Pasti!

-Ust. Abu Bassam Oemar Mita

Desember dan LukanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang