Tindakan yang harus kita lakukan saat guru sedang menerangkan adalah menyimak dan mendengarkan, bukan?
Akan tetapi hal ini jarang diterapkan oleh siswa-siswi.Bu Audrey- Guru seni budaya kelas XII ini sedang menerangkan tentang sejarah seni.
"Seni menurut Ki Hajar Dewantara adalah segala sesuatu hasil karya manusia dan menurut Asistoteles adalah sebuah peniruan terhadap alam yang memiliki sifat tepat guna atau ideal dan bersifat ––" Bu Audrey berhenti menerangkan dan mengedarkan pandangannya ke semua anak muridnya.
Mata elang bu Audrey melihat seorang gadis yang sibuk dengan dunianya sendiri tanpa menyimak ajarannya. Bu Audrey menghampiri gadis itu, otomatis semua anak menoleh ke arahnya.
"Calla, kamu sedang apa? Kenapa kamu tidak menyimak pelajaran ibu?" tanya bu Audrey.
Ya, gadis itu adalah Calla Lavinia. Gadis beriris mata biru laut dengan rambut yang digerai nya.
Calla tidak menjawab, dia lebih baik menunduk karena takut. Bu Audrey yang geram dengan Calla langsung melihat apa yang dikerjakan Calla. Gambar.
Bu Audrey mengernyitkan dahi bingung. "Apa ini?" tanyanya.
Calla tak terima dengan ucapan gurunya itu, "Ya gambar lah," elak nya.
Guru itu tak perduli dengan pertanyaan anak muridnya dan kembali berjalan menuju papan tulis.
Calla mulai geram dengan sosok gurunya itu. Dia berdiri, berniat untuk menjelaskan arti sebenarnya tentang seni karna yang diucapkan oleh gurunya tentang seni tadi itu. Salah.
Camkan, Salah. Bukannya ia sok tahu atau gimana, tapi memang benar yang diajarkan oleh guru tadi itu salah.
"Yang ibu jelaskan tentang seni itu salah! Seni menurut Ki Hajar Dewantara adalah segala sesuatu yang merupakan hasil karya manusia yang bersifat indah dan ––" Dia menarik napas lalu melanjutkan kata-katanya setelah melihat kalau gurunya itu menoleh kearahnya.
"Seni menurut Asistoteles adalah sebuah peniruan terhadap alam yang memiliki sifat tepat guna atau ideal dan bersifat mungkin," lanjutnya.
Semua siswa maupun siswi di kelas itu tercengang.
Bagaimana tidak, Calla yang notabene nya anak pendiam dan jarang berinteraksi tiba-tiba berbicara sangat panjang dan ingat satu hal.
Membantah gurunya.
****
Seorang wanita paruh baya sedang berbincang-bincang di dalam ruangan yang sangat dihindari siswa-siswi.
Ruang BP.
Wanita di dalam ruangan tersebut adalah Lisa –– mama Calla.
Kenapa Lisa ada di ruangan BP?
Jika ada yang menjawab karna Calla membantah guru tadi. Yap, itu benar.
Well, setelah penuturan Calla tadi, guru itu langsung melaporkannya keruang BP dengan alasan kurang ajar dengan guru. Aneh.
Padahal dia tidak berbuat tidak senonoh kepada gurunya tapi kenapa di bilang kurang ajar. Membingungkan memang.
Calla sedang menunggu Lisa diluar ruangan. Sambil menyelesaikan lukisan nya di kursi panjang. Ia tidak perduli dengan masalah guru itu. Toh, dia tidak berbuat apa-apa.
Tiba-tiba seorang cowok menghampiri Calla dan menepuk pelan pundaknya. "Tete-h punten mau tanya, kantor kepsek dimana ya?"
Calla menoleh, dia menyipitkan matanya. "Lo tadi manggil gue apa?" tanyanya.
"Saya tadi manggil tete-h," ujar cowok itu membenarkan.
"Sembarangan lo manggil gue," ucapnya marah. Cowok itu bergidik setelah melihat muka marah Calla.
"Maksudnya tete-h itu kakak dalam bahasa sunda," tukas cowok itu membenarkan. Calla mengangguk-angguk lalu menunjuk kearah kanan.
"Makasih ya teh." Cowok itu berlalu dari hadapannya. Bertepatan dengan perginya cowok itu Lisa keluar dari ruangan dengan raut wajah kesal.
Calla berdiri dan membereskan alat lukis nya kedalam tas. "Ayo mah."
Lisa mengangguk lalu pergi ke arah parkiran.
****
Calla POV
"Calla, duduk sini," titah Mama. Aku hanya mengangguk lalu duduk disebelah Mama.
"Kenapa Ma?" tanyaku tidak sabaran.
Maklumi saja, aku memang tidak dekat dengan Mama. Di keluarga ini, aku hanya dekat dengan Papa dan Bik Lila.
"Tadi kata guru BP, kamu kurang ajar sama bu Audrey, benar Calla?" tanya Mama.
Aku mengangguk. "Aku gak ngelawan dia Ma! Aku cuma membenarkan penjelasan dia tentang seni, karena yang dijelaskan sama bu Audrey tentang seni itu salah," tuturku.
"Tapi kam ––"
"Udahlah Ma, aku cape pengen ke kamar." Akupun berlalu ke kamar meninggalkan Mama.
"Aku capek dengan kalian yang tak menganggap ku, cuma papa yang ngertiin aku," Gumamku seraya membuka pintu kamar.
****
Tbc.
Jangan lupa vomment.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVANO
Fiksi RemajaCover by @HunYoel Semua orang mudah mengatakan "Cinta", karena mudah diucapkan. Daripada percaya apa yang kamu dengar, lebih baik percaya apa yang kamu rasakan.