Malam Minggu(1)
Pukul 20.15 WIB.
Aku keluar dari tempat kerjaku. Dan malam ini tak ada janji pertemuan dengan siapa pun juga. Padahal aku tahu, ini malam minggu. Namun, apalah artinya malam ini. Bagi diriku yang berpredikat single alias jomblo. Mungkin ini seperti malam-malam biasanya.
(2)
Malam Kelabu.
Itu semacam agenda yang harus aku lalui di setiap akhir pekan. Walaupun aku enjoy, tetapi tetap ada rasa sepi yang sangat mendalam. Entah, sampai kapan aku bisa menghalau semua ini dan membuka lembaran baru serta lepas dari penyandang jomblo akut.
(3)
Aku sudah banyak mengenal orang dan aku sadar apa sebenarnya tujuan akhir dari orang-orang itu mengenalku. Semua bisa disimpulkan kalau perkenalan itu berakhir di ranjang, lalu delete contact semua media sosial dan saling melupakan. Terdengar aneh, tetapi itulah kenyataannya.
(4)
Hmmmm ... terlalu jauh aku berpikir. Hingga aku tak sadar kalau aku telah tiba di persimpangan jalan. Dan aku menghentikan langkahku kala mata ini menangkap sesosok bayangan yang cukup familiar. Gesture dan postur tubuh orang itu sangat aku kenali.
(5)
Dia berdiri di sana. Di tempat yang sama dan baju yang serupa. Dan dia adalah Alvino, sang mantan yang tanpa sengaja bertemu atau memang sudah ada skenario yang telah disiapkan oleh lelaki yang pernah singgah di dalam hatiku itu.
Saat ini aku justru ingin menghindari dia.
(6)
Karena kehadirannya hanya akan mengorek kisah lama yang tak perlu diulang kembali.
Namun ... aku tahu dia sudah melihat keberadaanku. Dia memandangku dengan sorot mata yang sangat berbinar, seperti pertama kali kami bertemu dulu. Mimik wajahnya berseri-seri. Penuh rasa percaya diri.
(7)
Senyumnya mengembang, dan senyum itu adalah senyuman yang sama yang membuatku terpesona. Aku benci hal ini, tetapi aku juga tak mampu menolaknya. Dia menghampiri aku.
"Hai ... Herio!" sapanya tepat di depanku.
"Hai ... apa yang kamu lakukan di sini, Alvino?" balasku rada ketus.
"Aku menunggu seorang Herio."
(8)
Aku tersenyum getir, "jangan bercanda Alvino!"
"Aku serius, Herio ... Aku ingin bermalam di kostan kamu."
Aku terbengong tak yakin.
"Kamu tidak keberatan, bukan?" tanya Alvino.
Aku hanya memandang wajah Alvino. Dia masih terlihat seperti dulu. Awet gantengnya.
(9)
"Jika kamu keberatan ... tak apa-apa ... mungkin lebih baik aku pulang saja ..." Alvino membalikkan tubuhnya dan mulai melangkahkan kakinya.
"Vino ...!" Aku menghentikan langkahnya, dan Alvino mendongak ke arahku seketika.
"Iya... kamu boleh menginap di kosanku!"
(10)
"Yesss!!!"
Tangan Alvino mengepal tanda kemenangan. Raut mukanya penuh kegirangan.
"Jangan girang dulu ... kamu harus janji bahwa kamu tidak akan macam-macamin aku saat nanti tiba di kost."
"Oke ... Aku janji, Boss!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Coretan Nakal Herio
Short StoryApa yang terjadi setiap hari adalah sebuah kisah yang bisa kita tuangkan dalam tulisan. Sedih, bahagia, menangis dan tertawa. Semua itu bagian dari skenario hidup yang perlu kita perankan. Aku ... hanya penulis kacangan. Yang mencoba jujur dengan al...