Kacamata

2.3K 39 0
                                    


Bang Dede

(1)

Siang ini cuacanya agak panas. Lidahku rasanya pengen sesuatu yang segar dan pedas. Aku ingin memakan rujak, tetapi dari tadi tak ada tukang rujak yang lewat di depan kost-an. Padahal biasanya mereka berseliweran datang bergantian. Terpaksa, aku cari di pasar.

(2)

Berburu tukang rujak ternyata sama seperti berburu cowok ganteng, ya? Kalau tidak beruntung ya, bakal susah untuk mendapatkannya.

Mataku celingukan mencari-cari si tukang rujak. Ke sana kemari sampai letih, tetapi tak menemukan juga. Akhirnya aku pulang saja.

(3)

Saat dalam perjalanan pulang. Ada seseorang dari belakang menghentikan langkahku. Dia memanggil-manggil namaku. Aku mendongak ke arah orang itu. Seorang pria berkacamata yang sudah tampak dewasa. Aku tidak mengenalnya. Namun bagaimana bisa dia tahu namaku?

(4)

Aku terus memperhatikan wajah pria ini. Sepertinya dia tidak asing di mataku, tetapi siapa?

"Hai .. kamu Herio 'kan?"

"I-iya ... benar, aku Herio. Tapi maaf, anda ini siapa, ya? Kok mengenali aku?"

Pria berpakaian rapi ala kantoran ini tersenyum simpul. Dia menyalami tanganku.

(5)

"Aku Dede ... aku teman Facebook kamu, lho....," ujarnya memperkenalkan diri.

"O, ya, benarkah?" Aku masih bingung.

"Iya ... wajahmu itu sama dengan foto yang ada di profil FB kamu. Makanya saat aku lihat kamu, aku langsung panggil aja. Eeh ... Ternyata emang bener."

(6)

"Oh begitu." Aku garuk-garuk kepala yang sebenarnya tak gatal.

"Iya ... Dan ternyata kamu lebih manis aslinya daripada yang ada di photo."

"Hehehe ... masa, sih?"

"Iya ... sejujurnya aku kenal kamu udah lama dan pengen banget ketemu sama kamu, Herio."

Aku cuma nyengir tak tahu harus berkata apa.

(7)

"Sumpah, aku senang banget ketemu kamu di sini. Tanpa disengaja lagi." Mimik muka pria ini memang menunjukkan rasa senang yang begitu dalam. Tampak tulus. Dia juga kelihatan hamble dan friendly. Aku jadi mengingat mimpiku beberapa hari yang lalu. Wajahnya mirip dengan pria itu.

(8)

Apakah pria ini adalah sosok yang hadir dalam mimpiku itu? Entahlah ...

"BTW ... Herio sudah makan siang belum?"

"Mmmm ... sudah, Mas... eh Bang!" jawabku gugup. Padahal sebenarnya aku belum makan, tetapi aku enggan buat makan. Aku cuma kepengen makan rujak.

(9)

"Oh ... kirain belum. Kalo belum aku mau traktir kamu, Herio."

"Hehehe ... Tidak usah repot-repot, Bang ... terima kasih."

Duh ... kenapa laki-laki ini mendadak bisa membuatku salah tingkah begini sih. Padahal dari sisi wajah, dia tampak biasa-biasa saja. Umurnya juga sepertinya jauh di atasku.

(10)

Namun, mengapa dia mampu membuatku jadi kalang kabut di hadapannya? Dia seolah memiliki aura magic yang bisa menarikku untuk masuk ke dalam pesonanya yang seperti angin. Ada tapi tak terlihat. Tak bisa disentuh tapi bisa dirasakan. Dia bagai medan magnet yang mampu menarik hatiku dengan teramat kuat.

Coretan Nakal HerioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang