Pagi

2K 37 0
                                    

Pagi itu sekitar pukul 8 WIB, aku terbangun. Aku menyalakan pesawat televisi dan memilih-milih channel yang sedang menayangan program yang menurutku terbaik dan menghibur. Aku pilih acara telenovela saja, Cinta Paulina. Lumayan, walaupun jadul tapi ceritanya menarik dan asik buat ditonton. Sambil memasak air aku menikmati tontonan segar yang membuatku bernostalgia dengan masa kecilku.

“Tok…tok…tok!” Suara orang mengetuk pintu, lalu tak lama kemudian pintunya terbuka dan muncul sesosok laki-laki yang sudah sangat kukenali.

“Abang…” ujarku dengan ekspresi sangat terkejut.

“Ya De..” sahut si Abang sambil menutup pintunya dan langsung mendekati aku. Seperti biasa dia menyosor menciumi aku.

“Abang, dari mana, Bang?” tanyaku.

“Habis dari tempat pajak, terus mampir deh ke tempat Adek,” jawab Abang Dede seraya memeluk tubuhku dan mencium bibirku.

“Abang kangen, Dek… sama Adek!” imbuhnya.

“Ya, Bang… aku juga kangen sama Abang,” timpalku seraya melumat bibir pacarku itu. Sekian lama kami bercipokan, saling beradu bibir dan merasakan nikmatnya berciuman.

Saat berciuman mesra seperti ini tanpa sadar kontolku mendadak jadi ngaceng, entahlah seperti ada aliran setrum yang saling berkaitan.

“Hayoo… ada yang bangun tuh, Dek!” celetuk Abang sambil meraba area selangkanganku dan meremas-remasnya.

“Abang, nakal sih!” tukasku.

“Hehehe...” Abangku jadi terkekeh.

Kami berdua kembali berciuman seraya merangsang bagian tubuh kami yang paling sensitif dengan mengusap-usap manja.

“Tunggu Bang…” Aku melepas pelukan Abang ketika aku ingat sesuatu, bahwa aku sedang memasak air. Dan air yang kumasak itu sudah matang, dengan refleks aku pun mematikan kompornya dan mengangkat tekonya.

“Abang, mau aku bikinin minuman apa? Teh atau kopi?” tanyaku.

“Teh aja, Dek!”

“Baiklah!”

Aku menuangkan air panas ke dalam cangkir, lalu menyelupkan sebungkus teh celup, kutambakan dua sendok teh gula pasir dan mengaduknya perlahan.

“Tehnya di sini ya, Bang!” Aku meletakkan teh itu di depan Abang.

“Taruh aja, Dek… Abang lagi pengen kangen-kangenan sama Adek aja!” Abangku ini menarik tubuhku ke atas kasur, lalu memelukku dengan sangat erat dan mencium bibirku lagi.

“Kita lanjutkan aja, Dek… Abang sayang sama Adek!”

“Ya, Bang… Aku juga sayang kok sama Abang.”

“Abang horny, Dek… Abang pengen bercinta sama Adek!” BF-ku ini mulai melepaskan bajuku satu per satu, lalu dengan gesit dia menjilati putingku dan menyeruputnya perlahan.

Aaaacckkhhh… aku jadi keenakan.
Lelaki yang sudah menjadi pacarku dua tahun ini melakukan hal-hal erotis yang membuat tubuhku menggelinjang dan melayang dalam nuansa drama percintaan yang liar, nakal dan menggairahkan. Abangku tahu betul titik-titik pada tubuhku yang mampu membawaku pada puncak kenikmatan bersenggama.

Kontolku yang sudah tegang dihisap mantap, kemudian sambil menyeruput bibir gempalku tangan Abang mengocok-ngocok benda kelelakianku dengan ritme yang konstan dan cepat sehingga sekujur tubuhku bergetar. Dan akhirnya aku tak kuasa untuk mencapai klimaks persetubuhan ini. Croot… Croot… Croot… spermaku muncrat tak terkendali membanjiri dada dan perutku, dan seketika itu Abangku yang tersayang ini kembali melumat bibirku. Dia memainkan lidahnya dan membuat gaya ciuman frenchkiss yang hot dan bikin ruang percintaan bertambah dahsyat. Abang memeluk tubuhku erat dan menggesek-gesekan kontolnya di atas perutku. Pantatnya bergoyang maju mundur, gerakannya semakin lama semakin cepat, beberapa kali Abang menekankan kontolnya yang panjang tepat di lipatan pahaku seiring dengan naik turunnya tubuhnya yang menindihku. Lalu… accckkkhhh… Abangku meraung panjang bersamaan dengan keluarnya cairan kenikmatan nun kental berwarna putih dari lubang organ vitalnya. Croot…croot… croot… Abangku ngecret banyak sekali.

“Abang sayang Adek,” bisik Abang di telingaku, kemudian dia memberi satu kecupan lagi.

“Aku juga sayang Abang,” balasku.

Abangku tersenyum sambil mendekapku dengan penuh rasa kasih yang dalam.

Coretan Nakal HerioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang