Sepanjang perjalanan hidupnya, baru sekali ini Namjoon bisa merasa begitu sentimentil hanya dengan memandangi sebuah boneka.
Selama hampir 30 tahun hidupnya semuanya berjalan sangat lurus, semua mengalir sesuai alur yang telah dirancang kedua orangtuanya, ayahnya.
Bukan, bukan karena Namjoon itu orang suci atau terlalu lugu sehingga hidupnya tak pernah bermasalah dengan orangtuanya.
Namjoon hanyalah orang yang tidak memiliki perasaan dan tak pernah memasukkan drama dalam hidupnya. Pendidikannya dilalui dengan lancar, layaknya robot dia seperti sudah diprogram untuk mendedikasikan hidupnya hanya untuk perusahaan keluarganya.
Saat dia menyadari seksualitasnya yang menyimpang dia bisa mengatasinya dengan mudah bersama Hoseok teman semasa kuliahnya yang saat ini juga bekerja di kantornya. Mereka membuat janji bertemu atas dasar mau sama mau. Saling menuntaskan hasrat tanpa ada yang merasa dirugikan. Toh, Hoseok sendiri juga sudah memiliki istri dan anak seperti dirinya. Hidup normal sesuai standar aman di lingkungannya.
Semua terlihat begitu sempurna. Namjoon hanya perlu mengikuti jalan yang telah dibuat ayahnya. Hanya semudah itu hingga hari itu datang, Namjoon untuk pertama kalinya membuat belokan dalam hidupnya.
Pertemuannya dengan seorang bocah kurus bermata indah, yang memperangkapnya dari pandangan pertama, bagai tawanan kalah perang yang dengan suka rela menyerahkan dirinya menjadi budak.
Kim Namjoon sang CEO berdarah dingin, jatuh cinta dan sakit hati untuk pertama kalinya.
Namjoon membawa pulang boneka itu ke rumahnya. Boneka berwarna merah berbentuk hati yang saat itu ada dalam pelukan anak itu di hari dimana Namjoon menemukannya untuk pertama kali. Sementara pakaian dan barang-barang Taehyung lainnya masih ada di apartemen. Tak ada sedikitpun yang berubah karena Namjoon masih berharap suatu hari Taehyung nya akan kembali.
"Sayang turunlah. Aku sudah siapkan makan siang." Wajah cantik Yoona istrinya menyapanya dari ambang pintu.
Ini adalah hari Minggu. Hari yang kemarin-kemarin didedikasikan untuk keluarganya, berpiknik atau hanya sekedar makan bersama di luar, - tentu dengan meninggalkan Taehyung yang cemberut di apartemen, menantikan dirinya kembali di malam hari dan menyelesaikan sisa hari Minggunya bercinta dengan kesayangannya. Sungguh sempurna. Namjoon merasa hidupnya begitu diberkati.
Namjoon bangkit dengan kepala yang berkunang-kunang. Dia kurang tidur, tertidur pukul lima pagi dan melewatkan sarapan paginya. Dia tidak bisa menolak makan siang ini atau istrinya akan curiga.
"Astaga sayang kau pucat sekali. Apa perlu kupangggilkan dokter." Istrinya ini memang baik sekali.
"Tidak perlu. Aku hanya lapar." Lalu mengecup pipi istrinya sekilas.
"Anak-anak dimana. Kenapa sepi sekali." Pandangannya berkeliling menyadari ketidakberadaan dua putri kembarnya.
"Kau lupa sudah berjanji mengajak mereka jalan-jalan ke Lotte World. Sekarang mereka pergi bersama Hoseok dan Seulgi. Mereka sudah seperti keluarga besar saja." Yoona tersenyum sangat manis tapi suaminya bereaksi berbeda.
"Ohh ... " Hanya satu kata bodoh terucap dengan wajah datarnya.
Bagi Yoona ini seperti ungkapan rasa bersalah dari suaminya, tapi bagi Namjoon ini adalah kekhawatiran besarnya. Namjoon berpikir Hoseok mendekatinya lagi setelah berita hilangnya Taehyung tersebar.
"Sayang ... " Yoona menggenggam tangan suaminya, mengusapnya lembut.
"Taehyung pasti akan ditemukan. Setelah dia kembali nanti kupastikan dia harus tinggal disini. Aku masih bingung dengan cara berpikirmu hingga dia harus hidup di apartemen terpisah dari kita." Masih dengan tangan yang bertautan Yoona menyandar ke bahu suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Epiphany of Two December
Fiksi PenggemarDecember Boy Kita akan bersama lagi setelah perjalanan panjang ini. Setelah masing-masing dari kita, kau dan aku menemukan diri kita sendiri. Epiphany of Two December Ini buku lanjutan dari No More Dream. Baca buku sebelumnya ya biar tidak bingung. ...