⑴Awal Mula⑴

615 70 100
                                    

Sebuah meja bundar di sudut sana mengundang atmosfer hampa nan sunyi. Pemandangan jalan raya tersorot jernih dari sebuah jendela di sudut tersebut. Di atas meja, terdapat kedua tangan yang sedang menggenggam segelas cairan dengan bongkahan es batu. Tangannya asik mengambil satu persatu es batu dengan sedotan dan memasukkan pada mulutnya yang sudah membiru.

Brak!

Suara itu membuat seisi ruangan heboh. Beberapa ada yang langsung berdiri dan mendekat pada jendela, ada pula yang berpura-pura tidak tahu dan melanjutkan aktivitasnya. Sementara itu, sang gadis langsung menyambar tasnya dan menuju sumber suara.

Kepulan asap melayang-layang dan memenuhi jalan raya sehingga beberapa kendaraan terpaksa berhenti atau memutar balik. Namun, ada beberapa orang yang turun dan langsung mendekati mobil dan motor dengan bagian depan yang remuk. Suara klakson kendaraan pun ikut menambah bising dari paniknya para pengendara.

"Permisi, saya meminta bantuan bapak untuk mengamankan keadaan!" teriak gadis itu sambil mengeluarkan beberapa peralatan di dalam tasnya.

"Siapa kau?" tanya pria itu sambil berkacak pinggang. Gadis itu kemudian menunjukkan sebuah kartu identitas. Setelah itu, barulah si pria tadi menuruti perintahnya. Ia mengamankan keadaan sekitar dengan bantuan beberapa orang.

Gadis itu menghentakkan kakinya yang dibungkus dengan sneakers putih. Rambut cokelat yang ia kucir ekor kuda melambai-lambai seiring kakinya melangkah. Ia bergegas menuju sosok dengan helm biru langit yang tergeletak tak berdaya di seberang tempat ia duduk tadi.

"No-nona, t-tolong saya," lirih sosok wanita yang sedang tergeletak itu dengan mulut bergetar. Sang gadis memegang bahu wanita itu. "Permisi sebelumnya, saya Aretha. Izinkan saya untuk memeriksa keadaan dan menangani Ibu, ya? Ini bertujuan untuk mencegah segala hal buruk yang kemungkinan terjadi," jelasnya panjang sambil berusaha menenangkan wanita itu.

Sebuah anggukan kecil membuat kedua tangan Aretha bergegas menangani luka sayat pada lengan kanan atas. Ia sesekali mengawasi kondisi sekitar, lalu lanjut memberikan pertolongan pertama pada wanita itu. Sesekali ia merintih, lalu Aretha menenangkannya lagi. Hingga balutan terakhir pada lengannya selesai, sebuah sirine membuat hati wanita itu merasa sangat lega.

Sebuah senyuman terukir di wajah Aretha. Gadis itu kembali untuk menghampiri korban yang mengendarai mobil, seorang pria dengan pakaian serba formal. Walau tampaknya fisik pria itu baik-baik saja, tampak di raut wajahnya emosi yang meluap-luap.

"Wanita brengsek itu tiba-tiba menerobos dan menghalangi mobilku! Padahal aku baru saja melunasinya, sekarang aku harus membayar untuk perbaikannya?!"

Suara omelan dengan nada tinggi itu membuat beberapa pengendara lain kewalahan menenangkannya. Hingga Aretha datang menghampirinya, lalu bertanya, "Apakah bapak baik-baik saja? Anda tidak mengalami cedera?"

Sebuah telunjuk mendarat tepat di depan hidung Aretha. "Gunakan kedua matamu untuk melihat dengan jeli, saya tidak baik-baik saja!"

"Lalu, Bapak cedera di bagian apa? Saya tidak melihat adanya respons kesakitan dari Bapak."

Pria itu berdecih. Penampilannya yang tampak berwibawa tak mencerminkan kepribadiannya sama sekali. Ia menarik kerah Aretha, sehingga gadis itu sedikit tercekik. "Mobilku rusak, bodoh! Kau kira penderitaan apalagi yang harus aku alami?!" sergahnya.

Seorang pengendara dengan helm hitam menarik pria itu. "Hanya pria bodohlah yang mau menyerang wanita!"

Bug!

Kepalan penuh amarah itu mendarat tepat pada rahang pria berhelm hitam itu. Beberapa detik kemudian, suasana jalanan menjadi ramai. Hiruk pikuk suara yang menjadi masif itu mengundang suara yang tak kalah kencangnya.

Sirine polisi.

***

Heyyow! Sanra kembali dari hibernasi alias malas nulis:)Udah kelas 9 bukan berarti harus berhenti total, hanya saja harus bagi waktu, kan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Heyyow!
Sanra kembali dari hibernasi alias malas nulis:)
Udah kelas 9 bukan berarti harus berhenti total, hanya saja harus bagi waktu, kan?

Challenge 100 hari menulis from WWAcademy^^

and also, big thanks for sweetaehoney yang udah kasih tutorial gif. ❤☺

Tinggalkan jejak, kawan^^
-San-

The Benevoles ✓ (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang