Kemelut Cinta- 3

213 18 0
                                    

*Hanna

Memasuki rumah berarsitektur modern dengan material yang mewah dan modern. Pilar-pilar beton terkuat di kelasnya sebagai penyangga, bangunan bercat coklat susu serta keramik mengkilat yang terbaik. Kediamanku bersama kedua orang tua.

Rumah mewah dengan ukuran luas tak terhingga hanya dihuni olehku, mami juga papi, serta beberapa asisten rumah tangga. Selebihnya adalah satpam dan tukang kebun.

"Hanna." Suara Mami mengejutkanku dari arah ruang tamu, setelah aku masuk rumah.

Wanita setengah baya asli dari Chines itu sepertinya sengaja menunggu kepulanganku. Mami memang wanita mualaf semenjak menikah dengan papi, seorang muslim. Sedang papi berasal dari Indonesia, asli Semarang.

Langkah berubah haluan, semula hendak masuk kamar, kini menghampiri mami yang melambaikan tangan meminta diri ini mendekat ke arahnya.

Kucium tangannya dengan takjim seraya mengucap salam yang belum sempat terucap dari bibir ini saat melewati pintu jati setinggi dua setengah meter berwarna putih mengkilat tadi.

"Assalamu'alaikum, Mi." Sambil duduk di sampingnya.

"Wa'alaikumsallam. Dari mana dulu? Kok, jam segini baru pulang, Sayang?" tanya Mami dengan tatapan menyelidik.

"Mm, tadi Hanna mampir dulu ke rumah Mas Adi. Oh iya, papi mana?" jawabku sekaligus mengajukan tanya tentang papi, karena tak kulihat beliau berada di sini.

"Papimu lagi ke masjid. Ada apa ke rumah Adi? Bagaimana kabar calonmu?"

Aku manggut-manggut. Melingkarkan tangan ke belakang memeluk bahu mami.

"Mas Adi baik, Mi. Hanna ada sedikit perlu sama Mas Adi, gak lebih, kok," jawabku lagi tanpa menceritakan tujuan yang sesungguhnya ke sana tentang kekonyolan Rayyan.

"Lebih juga gak apa-apa, kok. Biar tambah ehem-ehem."

"Ish, Mami. Kan belum halal," sergahku malu, mencubit kecil lengan mami. Dia terkekeh.

"Mami cuma canda, kok. Tahu lah belum halal, hihi. Makanya, mami sudah gak sabar, pengen cepet punya mantu, trus nimang cucu. Rinduuu, rasanya."

"Iihk, Mami, sabar dikit. Mas Adi kan perlu persiapan. Rayyan juga perlu beradaptasi dulu dengan keluarga baru."

"Kapan mami bisa ketemu dengan calon putra tirimu, pastinya sudah besar kali, ya?"

"Nanti Hanna pertemukan Mami sama calon cucu Mami, deh."

Meskipun hubunganku dengan Mas Adi hampir berjalan satu tahun, mami maupun papi sama sekali tidak pernah bertemu dengan putra semata wayangnya calon suamiku.

Sewaktu kami bertiga berkunjung ke rumah Mas Adi, kebetulan Rayyan sedang tidak berada di rumah. Katanya itu anak lagi main Band.

Mas Adi yang sering datang ngapel ke rumah ini tidak pernah dikawal sang anak. Lagi pula, Rayyan bukan type pemuda yang suka ngintilin ke mana ayahnya pergi.

Sejauh ini, Rayyan bersikap baik dan menerima kehadiranku. Meski terkadang sikapnya aneh, dalam memperlakukan diri ini. Bikin bingung.

Rayyan seakan mempunyai maksud tersendiri yang sama sekali sulit kutebak. Sungguh aku merasakan sikap Rayyan lain ... ahh, sudahlah, mungkin perasaanku saja.

Kesibukan mami sama papi dalam dunia bisnis menjadikan mereka jarang berada di rumah. Mereka adalah partner, setiap ada kunjungan bisnis ke luar negeri, dipastikan mereka pergi berdua.

Meski papi memiliki perusahaan sendiri, aku lebih nyaman bekerja bersama Raditya. Toh orang tua Radit dan orang tuaku satu perusahaan hanya beda cabang.

Kemelut CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang